Minggu merupakan hari terfavorit untuk kebanyakan manusia. Dimana segala lelah, rindu, dan keinginan dapat tertebus hari ini.
Kebanyakan dari mereka menyibukkan diri di rumah, baik untuk menghabiskan waktu bersama keluarga, atau hanya untuk bersantai ria.
Tapi, lain hal dengan tempat yang bernama pasar. Justru hari minggu inilah mereka bekerja ekstra, karena para pembeli cukup ramai pada hari ini.
TIT!! TIT!!
"MA POLOH!!"
"BELI DUA YA DAPAT DUA."
"MURAH MERIAH, MARI BUK."
"AYO DIBELI, BELI SATU GRATIS AKU!!"
"MARI, MARI KAKAK CANTIK!!"
"WOYY!! KALAU JALAN PAKE MATA!!"
"LAH MIKIR DONG ANJENG, JALAN PAKE MATA YA PERIH LAH!!"
"LAH GOBLOG!!"
Ntah berisik karena suara penjual yang berteriak, atau karena suara pembeli yang cukup ramai. Ataupun karena suara beberapa manusia yang tak sengaja berselisih di tengah jalan.
"Ma, pulang aja yuk." Pria sawo matang, yang berpakaian kaos serta celana pendek ini merungut tak karuan.
"Ck, list belanjaan mama aja belum kecentang lebih dari setengah, kamu udah minta pulang aja. Nanti!!" jengkel, sedikit memelototi anaknya.
"Ck, Ma, disini berisik banget, pusing ma." layaknya anak umur tujuh tahunan lagi-lagi ia merengek.
"Akhh, jangan sampai mama cubit ya, Tan!!" mulai mengancam karena anaknya ini tak kunjung diam.
"Kenapa harus Utan sih ma, Kak Winda kan ada...." belum menyelesaikan kata-kata nya, ibunya sudah mengancam hendak mencubit nya lagi.
Akhirnya pasrah, memilih diam dan mengekori ibunya ini. Sebenarnya ia sudah teramat muak berada di sekeliling manusia yang bersuara lantang ini. Mengingat kebiasaan ni anak mengurung diri di kamar yang minim akan suara.
"Akhh, tolong!! Tolong!! Tas saya di jambret!!" nampak seorang perempuan hamil yang berteriak meminta tolong.
Peka terhadap permohonan itu, pria ini mencoba mencegat pencopetnya yang sebentar lagi akan lewat di sampingnya.
Ia mengambil kursi milik penjual disana dan langsung menduduki dirinya. Menghadap ke arah pencopet itu, 3 langkah mendekati dirinya, kakinya yang panjang langsung dijulurkan ke arah jalanan yang akan di lalui pencopet itu.
BRUKK!! JACKPOTS.
Pencopet itu langsung tersungkur mencium tanah, Orang-orang yang melihat itupun tersentak kaget, dan berusaha mengambil jarak menjauh dari pencopet itu.
Ia kembali berdiri dari kursi itu, dan langsung melangkah ke arah pencopet yang tersungkur tadi. Mengambil tas yang dicopet tadi, tapi belum seutuhnya berada di genggaman nya, pencopet itu sudah lebih dulu mengarahkan pisau ke arahnya, sehingga membuatnya reflek melepaskan tas itu.
"Sultan!! Pergi!!" ibunya Sultan berteriak dari ujung pasar. Tak rela membiarkan anaknya melawan pencopet yang membawa senjata itu.
"Bentar Ma!!" bukannya tak menurut, tapi baginya akan rugi jika membiarkan orang ini terlepas membawa hak orang lain begitu saja.
Pencopet itu sudah kembali berdiri, tas yang ia copet tadi ia sandangkan ke lehernya agar tak mudah direbut. Dengan pisau yang berada di tangan kanannya, ia bersiap hendak menyerang Sultan.
"YAA!"
Cukup sigap Sultan menangkis pisau dengan kakinya dari tangan pencopet itu, sehingga pisau itu langsung terlempar jauh darinya. Jika tidak, bisa dipastikan pisau itu menempel pada tubuhnya. Sekarang ialah yang mengambil ancang-ancang hendak menyerang.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARI AKHIRI INI (FUGACIOUS)
Teen FictionProblematic kehidupan selalu hadir mengambil tempat. Kesalahpahaman, pengkhianatan, keterpurukan, serta kehilangan merupakan bagian lain dari masalah itu sendiri. Tak terkecuali pada sepasang manusia ini. Dia Jaendral, pria yang dikenal humoris di...