24. GORO

7 6 0
                                    

"Woyy!! Lo bawa apa?" Alvan yang baru datang langsung bertanya pada Jaendral yang sibuk main HP di lantai sambil lesehan.

"Nyawa." tak melirik temannya sedikitpun, ia masih asik memainkan game yang ada di HP nya itu.

"Tolol, maksud gua lo bawa alat apaan untuk gotong royong nanti." satu geplakan menghantam kepala Jaendral.

"Lahh, emang harus? Gua ga bawa apa-apa." Jaendral langsung terduduk dan kembali mengantongi HP nya.

"Lo gak baca pesan grup? Buk Yaya nyuruh bawa alat dongo. Yang gabawa bakalan dibikin alfa," Alvan menjelaskan dengan ringkas.

"Ett dahh, ribet amat." Jaendral langsung berdiri.

"Eyy, eyy. Lo mau kemana?" Alvan menarik kaki temannya itu, agar tak langsung menghilang dari pandangannya.

"Nyari alat lah. Yakali gua datang dibikin alfa." Pria berseragam olahraga itu langsung melongos pergi.

"Woyy!! Gua ikut!!" Alvan yang lesehan di lantai tadi, langsung menyusul Jaendral.

Keduanya jalan beriringan meninggalkan kelas. Untungnya hari ini gotong royong nya baru di mulai kisaran jam 8 nanti, jadi masih tersisa waktu 1 jam lagi untuk mencari alat.

"Lo pada mau kemana, dahh?" Nopal yang baru datang hanya dengan bermodalkan semangat hidup bertanya.

"Nyari alat," Jaendral membalas.

"Alat apaan?" Ettan bertanya bingung.

"Anjay, Sama-sama dongo. Lo kagak baca grup?" Alvan berkacak pinggang.

"Ikut, kami gabawa." keduanya langsung mengikut arah jalan temannya tadi.

Agak capek, berkeliling sekolah tapi tak satupun ada benda yang menganggur. Sekarang keempat pria itu hanya duduk lesehan menyandar di pohon mangga taman depan.

"Banyak banget alat yang kamu bawa, Ra." Kiana menutup mulut seolah terkejut dengan alat yang dibawa Annara.

"Banyak apaan? Cuman semprotan kaca sama koran doang, kok dibilang banyak sihh." Annara terkekeh kecil menanggapi reaksi Kiana.

"Bukan, maksud aku. Korannya, padahal tadi aku lihat Yudanta bawa koran banyak juga. Yahh, sia-sia dong koran kamu." Kiana memanyun seolah prihatin dengan nasib koran yang dianggurin itu nanti.

"Ya ngga lah, nanti kan bisa bagi-bagi sama kelas lain." Annara tersenyum simpul menjelaskan pada Kiana.

"Ahh, iyaya." akhirnya gadis ini mengerti dan langsung mengangguk.

Annara baru sampai di sekolah, tak sengaja bertemu dengan Kiana yang keluar gerbang mengambil barang yang tampaknya sempat tertinggal.

"Woyy bro!!" Jaendral yang masih dalam posisi duduk lesehan di rerumputan memanggil 2 orang pria yang saat ini tampak membawa gunting rumput, dan juga palu.

"Mampus, bang Jaendral." keduanya nampak panik dan berusaha mengambil jarak sebisanya.

"Alat lo berdua cuman ini?" Jaendral bertanya, dan sekarang ia sudah saling hadap-hadapan dengan pria yang di panggilnya itu.

"Iya bang," keduanya serentak menjawab.

"Masih bisa nyari alat yang lain kan? Ini untuk gua aja." Jaendral hendak merebut dua alat yang ada ditangan kedua pria itu.

"Ehemm."

"Uhukkk."

"Ra, cowok lo ngambil punya orang."

"Nara, Nara, UHUKKK!!"

"HATTTT CUAHHH!!"

Ketiga pria yang mengikut dengan Jaendral tadi terbatuk serta bersin-bersin. Ntah apa yang mereka lakukan, ntah pada siapa sasaran kode mereka itu.

MARI AKHIRI INI (FUGACIOUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang