"Ketua nyuruh ngumpul dulu nih di depan gedung," celetuk Alya menginformasikan pada yang lain, setelah dirinya selesai membaca pesan chat yang di kirim pribadi oleh ketuanya itu.
"Ngapain?" bingung Nila, sibuk memasang maskara pada bulu matanya.
"Ngebagiin topeng," balasnya, kembali menaruh handphone miliknya itu ke atas meja di depan dirinya duduk.
"Untuk apaan?" tanya Shelin mendekat pada gadis itu.
"Gatau, liat nanti aja."
Pembicaraan di tutup setelah Alya kembali melanjutkan kegiatannya dalam merias wajah.
"Gaada warna lain apa nih baju?" terdengar gumaman lantang Lavanya, mengomentari pakaian yang telah terpasang di badan sohibnya yang saat ini sibuk mengupas kulit kacang bersama Kania.
"Gaada," cetus gadis itu masih sibuk mengunyah kacang.
"Udah kayak orang mau pergi ngelayat tahu, gak?" sungut Lavanya kembali mengomentari temannya itu.
"Bodoamat," balasnya cepat.
"Apa salahnya sih? Orang gaunnya cantik," sela Kania membela Annara.
"Diem deh lo...."
"Lo ikut gua, ganti baju lo," paksa Lavanya, menarik kasar temannya itu.
"Woyy!! Jangan diganti, udah janjian sama brody kamu!!" sentak Annara, berusaha menahan tubuhnya agar tak makin diseret temannya itu.
"Jaendral? Lo dua mau ngelayat?" tanya gadis itu setelah diangguki Annara, bertanya setengah keheranan.
"Ngelayat, ngelayat. Cantik gini kok gaunnya," sungut gadis rendah ini lagi, mendumel pada temannya yang memakai gaun berwarna mocca.
"Terserah lo deh, gua puyeng sama selera lo," lelah Lavanya, kembali berlalu ke dalam.
Sebenarnya kesal, tapi sudah terbiasa, alhasil gadis ini hanya bisa menaikkan ujung garis bibirnya sebagai pelepas kekesalan pada temannya itu.
Baru 2 langkah kakinya berjalan hendak memasuki ruangan, gadis ini sudah lebih dulu dibuat terlonjak kaget diakibatkan suara petir yang terlewat nyaring. Sempat mengusap pelan dadanya, niat agar detakannya dapat berkurang.
"Aneh banget, padahal siang tadi panasnya kebangetan," gumam gadis ini kembali melanjutkan langkahnya memasuki ruangan.
Sesampai di dalam sana semua teman-temannya tadi juga terlihat syok akan suara petir yang lantang tadi. Tampak Kania yang sudah menangis, tengah dihibur Gladys yang sama kagetnya dengan gadis itu.
Mendekat ke arah jendela, gadis ini mengintip keluar, mengamati keadaan luar saat ini. Memang benar, cuaca luar saat ini benar-benar tak bersahabat, hujan serta angin yang terlewat kencang berhamburan. Serta kilat yang sesekali melintas dengan sangat cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARI AKHIRI INI (FUGACIOUS)
Teen FictionProblematic kehidupan selalu hadir mengambil tempat. Kesalahpahaman, pengkhianatan, keterpurukan, serta kehilangan merupakan bagian lain dari masalah itu sendiri. Tak terkecuali pada sepasang manusia ini. Dia Jaendral, pria yang dikenal humoris di...