"Ini tas, bukan keset lantai," ujar seseorang yang tiba-tiba saja memasangkan tas pada pundak Annara. Sedikit terlonjak karena ia rada kaget akan kehadiran tiba-tiba dua pria ini.
"Yaudah yuk," ajaknya langsung merangkul gadis ini.
"Kamu ikut?" setelah melirik pada Jagadita yang berjalan mendahului mereka, Annara menengadah menoleh pada pria berdimple yang merangkulnya itu.
"Hmm." dehemnya sembari mengangguk.
"Gua gak percaya sama tu anak, takut gua ditikung, soalnya kelewat perfect," bisiknya menatap sungut pada Jagad.
"Lo suka cowok perfect?" tambahnya, membuat gadis itu berpikir.
"Siapapun bakalan suka sama cowok perfect," ujar Annara berhasil membuat Jaendral patah hati.
"Tapi, yang perfect bisa saja kalah sama yang humoris," tambah gadis itu berbisik, membuat senyum Jaendral merekah.
"Gua ya?" tanya nya memastikan.
"Nggak, kamu kan gila, bukan humoris," ledek gadis itu, langsung terbirit-birit berlari menjauh.
Jaendral hanya dapat mengusap wajah sembari terkekeh pelan, sebenarnya mau marah, tapi karena suka, jadi yasudahlah. Sekarang ia malah mengikut pada permainan gadis ini, berlari ikut mengejarnya yang berlarian ke arah parkiran.
"Ett, ett, mau kemana?" menarik jaket yang terpasang di tubuh Jaendral, Lavanya menariknya mendekat.
"Lo lupa tadi habis dimarahin Kayla?" tanyanya tak santai.
"Trus?" menarik alisnya keatas, sebagai tanggapan terhadap pertanyaan Lavanya.
"Ya sadar dikit napa? Latihan!! Biar besok gak diomelin lagi sama kerak neraka itu," omelnya menarik Jaendral menjauh dari Annara.
Hendak membantah, tapi punggungnya sudah lebih dulu di pukul Lavanya, "ini bukan kali pertama, Jagad bukan kanibal, sekalipun dia kanibal, dijamin mual-mual habis makan tu anak. Soalnya dakian, jarang mandi."
Sebelah sepatu Annara sudah berada di atas kepalanya, mengambil ancang-ancang akan melemparnya pada Lavanya, hitungan detik sepatunya itu langsung terlempar.
"AKHH!!"
Memang mengenai seseorang, tapi bukan dialah target gadis ini, Jaendral sudah dibuat terpekik sakit berkat sepatu bersol tebal milik Annara itu.
Seketika bola mata gadis ini melebar, mendekat pada Jaendral tapi langsung ditarik oleh Jagadita layaknya anak kucing. "Udah mau jam 3, jangan main-main."
"Bentar, bentar, sepatu!! Sepatu aku wee!!" teriak gadis itu, tak diberi ruang untuk melepas tarikan Jagadita.
***
"Stop! Stop!! Woyy!! Stop!!" teriak Lavanya, berkali-kali menepuk bahu Jaendral, yang tak kunjung berhenti."Apaan sih?" sungut Jaendral, yang sudah menepikan motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARI AKHIRI INI (FUGACIOUS)
Fiksi RemajaProblematic kehidupan selalu hadir mengambil tempat. Kesalahpahaman, pengkhianatan, keterpurukan, serta kehilangan merupakan bagian lain dari masalah itu sendiri. Tak terkecuali pada sepasang manusia ini. Dia Jaendral, pria yang dikenal humoris di...