Seperti yang mereka janjikan kemarin, saat ini Sean sudah berada di perpustakaan sekolah, dengan beberapa alat gambar yang mungkin akan mereka butuhkan nantinya.
Sebelumnya Sean sudah lebih dulu menghubungi Annara pagi tadi, karena tak sempat membicarakannya malam kemarin. Tanpa pikir panjang Annara mengiyakan saran Sean untuk memulai karya mereka pada jam istirahat.
Sean tak henti-hentinya menatapi jam yang berada di tangannya, takut bel masuk berbunyi dan membuat rencana mereka terhenti.
"Hai!!" wajah Annara ketara seperti orang yang habis berlari, pelipis yang dipenuhi keringat, nafas yang belum terlalu stabil, dan sesampai di perpus ia langsung duduk di depan Sean. Sedangkan, kepalanya malah langsung ia jatuhkan di atas meja.
"Kenapa ga jalan aja? Gua ga buru-buru kok." Sean yang tampak nya merasa bersalah melihat kondisi Annara demikian, mengeluarkan sapu tangannya agar digunakan Annara untuk menyeka keringatnya.
"Kalau aku ga lari, belum nyampe sini bel masuk bisa-bisa udah bunyi."
"Kenapa gitu? Kelas lo ga terlalu jauh dari perpus lohh." Sean tak melepas pandangan memperhatikan Annara yang sibuk menyeka keringat nya.
Kegiatan Annara yang saat ini tengah menyeka keringatnya seketika terhenti, "aa itu, lupa. Maaf ya, hehe."
Gadis itu terkekeh kecil, menampakkan raut agak bersalah. Sedangkan, Sean hanya membalas dengan gelengan pelan sesekali menghela napas.
"Yaudah, gapapa. Tapi jangan keterusan ya," Sean berucap memperingati Annara.
"Ehemm, siap." Annara berdehem meiyakan dan langsung hormat seperti mematuhi perintah Sean.
"Haus?"
"Lumayan hehe." tepat setelah Sean menawarkan minuman, Annara lagi-lagi terkekeh kecil menjawab pertanyaannya.
Sean memberikan sebotol air mineral yang segel dan juga tutupnya sudah lebih dulu ia buka, agar mempermudah gadis di depannya ini mengkonsumsinya.
"Thankyou." Annara tersenyum singkat dan dibalas anggukan oleh Sean.
Sempat dikerubungi kesunyian, mungkin masih belum terpikirkan akan memulai dari mana.
"Mau lanjut aja?"
"Ahh iya, boleh."
"Untuk desain gambar nanti aja kita pikirin. Karena itu nanti kita akan menyesuaikan genre apa yang akan kita pakai dengan konsep gambarnya."
"Oke." Annara mengangguk menyetujui saran dari Sean.
"Jadi untuk sekarang yang perlu kita diskusikan seputar tema atau genre apa yang akan kita ambil, juga kita akan mencari sebuah masalah apa yang akan kita angkat nantinya di dalam cerita ini."
Annara hanya mengangguk seolah paham dengan maksud Sean, mungkin karena posisi mereka jaraknya cukup jauh, jadi Annara sedikit membusungkan tubuhnya kedepan, agar dapat melihat coretan yang Sean tulis di sebuah kertas.
Sean menyadari saat ini Annara kesusahan mencerna ucapan nya, dilihat dari ekspresi nya juga postur tubuhnya yang tak enak dilihat.
"Ehemm, Annara." Sean berdehem menyahuti Annara, beberapa kali mengetuk pelan bangku yang berada di samping nya, niat menyuruh Annara duduk di sana agar mempermudah mereka untuk berkomunikasi.
Annara tak pikir panjang dan langsung berpindah, ia duduk di kursi yang Sean tunjuk tadi.
Sudah mendapati Annara duduk anteng di sampingnya, Sean langsung melanjuti pembicaraan mereka tadi. Sekilas ia melirik ke arah jam yang berada di tangannya, dan mulai melanjutkan pembicaraan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARI AKHIRI INI (FUGACIOUS)
Novela JuvenilProblematic kehidupan selalu hadir mengambil tempat. Kesalahpahaman, pengkhianatan, keterpurukan, serta kehilangan merupakan bagian lain dari masalah itu sendiri. Tak terkecuali pada sepasang manusia ini. Dia Jaendral, pria yang dikenal humoris di...