"Nungguin siapa? Gak langsung masuk lapangan?" sapa Jagad pada Alvin tampak seperti orang yang tengah menunggu kehadiran seseorang.
Jagad selaku Osis saat ini tak boleh melewatkan kesempatan untuk selalu memantau keadaan acara, tak hanya dirinya beberapa anak Osis lainnya juga demikian. Karena, mendadak menyadari keberadaan Alvin yang tak kunjung memasuki lapangan ia bertanya, tapi respon pria itu hanyalah seringaian juga senyuman malu-malu.
"Haii!! Aku dateng," tegur Lavanya yang tampak membawa sebotol air mineral juga handuk kecil. Tersenyum lebar ia berikan pada kekasihnya itu, ikut menyapa Jagad dengan lambaian.
"Cowok lo mana?" sentak Lavanya karena sedari tadi gadis ini hanya sibuk mengekorinya.
"Gapunya." tawanya cekikan, berhasil menarik alis Jagad untuk naik ke atas.
"Gua aduin Jaendral lo, ya," guraunya menakut-nakuti Annara.
"Cihh dasar cepu," ledek Annara berlalu mendekat pada Ersya yang berada di tepian lapangan.
"Lahh kamu masuk line? Cadangan ya?" ledek gadis itu menepuk pelan lengan pria itu.
"Lo yang iye aja deh, Ra. Gini-gini gua lebih jago mainnya ketimbang cowok sengklek lo itu," gerutunya menghina Jaendral yang datang mendekat ke arah mereka.
"Nyari siapa?" basa-basi pria jangkung itu, tersenyum sumringah.
"Gaada, cuman mau lihat anak ini main, takutnya malu-maluin nama kelas," godanya memanas-manasi Jaendral, sekaligus meledek Ersya.
"Kalau lo sendirian udah dijamin gua tenggelemin dalam got luar sana lo," ancam pria itu kesal, langsung mendapat pelototan dari Jaendral.
Mengibas-ngibasi tangannya, seolah menyuruh Ersya meninggalkan mereka berdua. Mendekat pada gadis yang berada di luar lapangan, sesekali pria itu usap pucuk kepalanya.
"Cuman mau lihat dia main?" tanyanya lagi memastikan, karena yang ia pikir gadis ini sedang menggodanya.
"Hmm, mau apa lagi, orang aku gak terlalu suka sama olahraga," ungkapnya menahan senyum.
"Lo serius, gak ada niatan nengok gua gitu?" ulangnya lagi memastikan, langsung diangguki gadis itu lagi.
"Cih, sana. Pantengin terus tuh anak, jangan pernah liatin gua," ujarnya kesal, bertingkah selayaknya anak kecil yang tengah merajuk.
Lagi-lagi garis ujung bibirnya tertahan, menahan tawa sekaligus senyuman. "Cemburu, ya?" godanya menyipitkan bola mata.
"Nggak, lo pikir gua siapa? Gua Jaendral, anti sama yang namanya cemburu." angkuhnya mengibasi rambutnya ke belakang. Merespon dengan memanggut-manggut, ujung garis bibir gadis ini tertarik ke bawah, berpangku tangan langsung memberi jarak pada pria itu.
"ERSYA!! GO ERSYA GO!! AYO!!"
"ADUHH!! TUMBENAN HARI INI GANTENG!!"
"WUUU, ERSYA!! SEMANGAT!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MARI AKHIRI INI (FUGACIOUS)
Fiksi RemajaProblematic kehidupan selalu hadir mengambil tempat. Kesalahpahaman, pengkhianatan, keterpurukan, serta kehilangan merupakan bagian lain dari masalah itu sendiri. Tak terkecuali pada sepasang manusia ini. Dia Jaendral, pria yang dikenal humoris di...