"Woyy!! Lo ngapain beli snack sebegitu banyak? Ingat badan lo Pal, kagak kasian liat kantong lo yang ga pernah penuh?" Joshua yang mendapati Nopal membawa begitu banyak snack ternganga dibuatnya.
Kini Joshua, Imora, Daiva, Alvin, Alvan, Kenzo, dan juga Nopal tengah berada di kantin, semuanya duduk di satu meja yang sama.
"Karena gua kepengen ni kantong penuh makanya gua borong semuanya."
"Hah? Lo kok makin bego sih Pal? Lo jajan sebegini banyak emangnya bisa dapetin duit dari mana? yang bisa duit lo malah habis." Imora kelewat bingung dengan jalan pikir Nopal.
"Tuuuuhh." mulut Nopal menunjuk kearah pria jangkung yang saat ini memasang raut muka masam.
Semuanya mengalihkan pandangan melihat kearah orang yang ditunjuk Nopal.
"Woahhh, ternyata lo ga blo'on-blo'on amat Pal." Daiva bertepuk pelan menghargai pola pikir Nopal yang mulai cerdik.
"Weyy, maksudnya apa?" Imora berbisik kearah Daiva, ia belum sepenuhnya paham dengan maksud Nopal ini.
"Lihat aja," Daiva tak memberikan penjelasan, hanya menyuruh Imora menyaksikan semuanya dengan sendirinya.
"Ehemm berapa Pal?"
"Goceng."
Jaendral saat ini sudah duduk diantara mereka, masih dengan muka masamnya seperti orang yang tak ada semangat hidup.
"Brody!! Ada apa gerangan? Masam gitu muka lo, udah kayak orang putus cinta aja." Kenzo lebih dulu menyapa Jaendral, mereka ber fist bump dan langsung kembali duduk.
Tak memberi jawaban, Jaendral hanya duduk melamun dengan muka lempeng serta tatapan kosong.
"Woyy Jen, niih pesenan lo." Nopal memberikan snack yang ia borong tadi ke Jaendral.
"Ga dulu, gua ga nafsu makan."
Panik, Nopal benar-benar panik karena semua uang yang ia punya, dibelikannya ke snack ini agar bisa mendapatkan untung lebih dengan memanfaatkan Jaendral.
"Lahh woyy, lo tadi mintanya dibeliin, udah gua beliin nihh, mana pake semua uang jajan gua lagi, trus sekarang lo nolak gitu aja, minta mati lo." Nopal menggulung lengan bajunya hendak beradu jotos dengan Jaendral. Sedangkan, sang empu tak menggubris sedikitpun, hanya tetap menatap kosong ke depan.
Tak ada cara lain, ia harus menjatuhkan harga diri agar mendapatkan untung lebih, semuanya demi uang.
"Oyy Jen, lo tega amat biarin gua kelaparan ha? Duit gua habis untuk semua ini, lo gaada niatan untuk ngegantiin apa?" Nopal meiba di depan Jaendral.
Semuanya hanya terkekeh kecil melihat aksi yang dilakukan Nopal saat ini.
"Berapa?"
"Satunya seharga gocap, karena ini banyaknya ada lima, jadi totalnya jadi 50 rebu."
"Nihh." teramat pasrah anak ini, tak mengomen sedikitpun, tapi dengan sukarela menyerahkan duitnya itu.
"Woahh gila." semuanya tercengang, jadi ini mengambil keuntungan yang dimaksud Nopal tadi.
"Kenapa sih? Eneg gua lihat lo kayak gini." mungkin kelewat jengah menatap orang di sampingnya ini, Alvin mencoba bertanya kepada Jaendral.
"Gua tebak, ini pasti karena Annara?" Alvan yang dari tadi sibuk menyeruput minuman yang ia beli, mendadak menimpali mencoba menebak asal.
"Hmm." Jaendral mengangguk pelan disertai deheman kecil.
"Lo udah nemuin dia? Udah lumayan lama lho," Kenzo bertanya penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARI AKHIRI INI (FUGACIOUS)
Teen FictionProblematic kehidupan selalu hadir mengambil tempat. Kesalahpahaman, pengkhianatan, keterpurukan, serta kehilangan merupakan bagian lain dari masalah itu sendiri. Tak terkecuali pada sepasang manusia ini. Dia Jaendral, pria yang dikenal humoris di...