46. BOLOS

9 6 0
                                    

Di ruangan berukuran 4×6 m² terdapat seorang pria berhidung tinggi yang tengah berdiri tegap menatap cermin yang menampilkan dirinya yang tengah berkokoh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di ruangan berukuran 4×6 m² terdapat seorang pria berhidung tinggi yang tengah berdiri tegap menatap cermin yang menampilkan dirinya yang tengah berkokoh.

Kegiatannya diiringi dengan mencomot roti yang telah dibuatkan pembantunya yang sudah selayak ibunya itu. Terakhir, bagian yang tak pernah tertinggal pada dirinya, yaitu jam tangan pemberian Rajendra yang bermerk Rolex, hadiah itu ia dapatkan tepat di hari ulang tahunnya yang ke-tujuh belas.

Sedari setahun yang lalu hingga sekarang ini, tak sekalipun Jaendral terniat untuk mengganti jam tangannya, karena yang ia pikir terlalu malas untuk beradaptasi dengan jam yang baru, ditambah ia tak mau terlihat mencolok di hadapan teman-temannya hanya karena jam tangan yang senilai dengan mobil Avanza ini mesti diganti dengan jam yang bernilai lebih fantastis lagi.

"Sudah mau berangkat?" tegur pria lansia yang duduk santai di ruang tamu ditemani laptop yang menyala terang di hadapannya.

Menghentikan langkahnya sejenak, memutar tubuh untuk menoleh pada kakeknya itu. Melangkah perlahan, ia langsung menduduki diri tepat di sampingnya.

"Ngapain?" tanya Jaendral basa-basi.

"Tak lihat saya sedang apa?" sungut Rajendra.

Hanya menanggapi dengan kekehan kecil. Anak muda ini merebahkan kepalanya sejenak pada bahu Rajendra yang berisi. Memejamkan matanya sejenak, sembari berpangku tangan mencari posisi ternyaman.

"Begadang lagi?" menjangkau mug yang berada di depannya, melirik singkat pada cucunya yang hampir terlelap.

"Hey, jangan tidur disini," larang Rajendra menggoyang-goyangkan tubuh Jaendral.

"Urusan dengan kepala sekolah itu bagaimana?" tak hiraukan kejengkelan Rajendra, satu pertanyaan yang telah lama mengganggu pikirannya kini kembali terlontar.

"Dugaanmu benar," jawab Rajendra setelah melenguh lelah.

"Kenapa tak di lengserkan saja? Tak dilaporkan?" tanyanya manelisik bahu kakeknya itu.

"Wanita itu berhubungan dekat dengan ayahmu, saya perlu bukti yang lebih kuat lagi untuk bisa menarik jabatannya."

"Saya kekurangan bukti, mereka terlalu teliti sehingga begitu banyak hal yang dapat dijadikan bukti telah mereka lenyapkan lebih dulu," jelasnya, diiringi dengan Jaendral yang manggut-manggut.

"Wait, mereka? Ini tindak korupsi saja atau ada penyelewengan lain yang dilakukan?" memperbaiki postur tubuhnya, menatap penuh pertanyaan pada Rajendra.

"Menurutmu bagaimana?" tanya Rajendra terkekeh pelan.

"Saya ini bertanya, tapi kenapa malah balik bertanya sih?" jengkelnya mengomeli pria berumur akhir 60an itu.

Niat yang akan berlanjut mengomeli Rajendra seketika tertepis, disebabkan getaran HP yang mengganggu kenyamanannya. Merogoh kantong celananya, mengambil benda terlipat yang menampilkan nama seorang kenalannya.

MARI AKHIRI INI (FUGACIOUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang