3. LULASO

13 9 3
                                    

Sekarang waktunya seluruh siswa berada di kantin, mengingat anak-anak ini yang lebih suka dengan gedung Utama, makanya sekarang mereka berdelapan sudah berada di gedung ini.

"Son, kapan karaoke an lagi sih? Lo janji-janji mulu, malah ga pernah jadi." nampak beberapa pria menghampiri meja tiga gadis yang duduk di pojok sana.

Mereka adalah si tiga serangkai alias Lulaso, Sonia, Lala, dan Luchia. Mengingat ketiganya sedari kelas 11 selalu sekelas makanya jadi sedekat ini.

Ketiga perempuan ini bisa terbilang most wanted Rajoendra? Benar, kemanapun kalian pergi, dan bertanya tentang ketiga perempuan ini, sudah dipastikan kalian akan mendapatkan jawabannya langsung.

Ketiganya saling melengkapi, sehingga tak ada kekurangan yang terlihat jika ketiganya sudah bersama begini. Sonia si juara paralel, Luchia si cantik yang selalu menjadi incaran seluruh umat laki-laki, serta Lala si gadis tangkas yang banyak di takuti orang-orang, dia merupakan atlit taekwondo dan beberapa kali pernah membawa medali emas serta perak atas kemenangannya.

"Hai kak!!" beberapa adek kelas yang tak sengaja lewat di depan mereka, menyapa gadis-gadis itu.

"Ohh hai." ketiganya langsung membalas dengan lambaian.

Tak terlupa dengan karakter ketiga gadis ini. Walaupun si Lala terlihat cuek karena perawakan wajahnya yang tegas bukan berarti dia cuek sungguhan, dia gadis yang tak kalah humble dengan yang lainnya. Juga, Luchia yang teramat pendiam juga seringkali membalas sapaan orang-orang walau hanya dengan senyuman. Apalagi si Sonia yang bijak, juga dewasa, akan dengan sangat mudah berteman dengan siapapun.

"Ck, sok banget," Gina yang nampak sedang menyeruput jus menggerutu sendiri.

Yang lainnya melirik heran pada gadis itu, ntah hal apa yang bisa membuatnya mengatakan hal itu.

"Kenapa sih?" Gita bertanya bingung.

"Lo ga gedeg lihat tingkah si Lulaso? Sok humble padahal mah munafik," tak tahu maksud dari ucapan gadis ini, yang pasti terdapat kejengkelan di dalam dirinya.

Semuanya serentak melirik kearah orang yang dimaksud Gina, dan kembali mengalihkan perhatian pada temannya itu.

"Lo kenapa sih? Terserah mereka lah mau gimana, orang hidup lo ga diusik mereka," Lavanya nyolot, tak suka dengan kata-kata Gina.

"Memang mereka ga ngusik hidup gua, tapi mata gua terusik lihat mereka tahu ga? Apa-apa mereka, kayak mereka aja yang ada disini. Cihh," lagi-lagi gadis ini menggerutu sebal.

"Kamu ga ngiri sama hidup mereka kan? Gaboleh gitulah, bunda Ika bilang iri itu ga baik untuk hati," Kania memotong memperingati Gina.

"Lo apaan sihh? Gua ga iri, ogah!!" kesal, Gina menggertakkan giginya.

"Kalau ga iri, trus lo kenapa bisa gedeg sendiri sama mereka?" lagi-lagi Lavanya membuka suara, dan makin membuat Gina jengkel.

"Gua ga iri, gua marah," dengan bola mata yang sudah di gelinangi air mata Gina berujar.

"Kenapa?" sekarang Nataya ikut bertanya.

"Luchia, dia orang yang jadi selingkuhan nya cowok gua," mulai menangis, Gina mengadu. Suaranya cukup lantang, tapi sebisanya Gita tutup agar tak mengganggu orang yang berada di kantin.

"Bukan selingkuhan tolol, lo baru pdkt-an sama tu cowok, jadi gabisa seenaknya mengklaim anak orang jadi selingkuhan," Dira berbisik ke telinga Gina, yang sudah terisak.

"Sama aja, intinya dia ngerebut cowok yang udah suka sama gua duluan!!" rada berteriak Gina tak terima dengan perkataan Dira.

Yang lainnya hanya sibuk menyumpal mulut gadis itu, kalau kedengaran bisa brabe hidup mereka yang duduk bersama gadis ini.

MARI AKHIRI INI (FUGACIOUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang