53. KORBAN 4 & CATATAN KECIL

8 6 0
                                    

Orang seruangan sibuk menata riasan serta kostum yang telah terpasang di tubuh mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Orang seruangan sibuk menata riasan serta kostum yang telah terpasang di tubuh mereka. Hanya tinggal beberapa orang lagi yang belum seutuhnya kelar akan riasannya. Beberapa yang sudah selesai dirias, dipersilahkan untuk menunggu di ruang kesenian niat agar kembali mengulang gerakan yang akan di tampilkan.

"Huhh." melepas napas panjang, tampak gadis ini kelewat gerogi mengingat bahwa dirinya akan menampilkan tarian di depan penonton ramai.

"Rileks, gaperlu takut." hibur Lavanya mengusap lembut punggung Annara.

"Takut, aku demam panggung," keluhnya memanyunkan bibir.

"Gak lu doang, gua juga," sentak Lavanya merangkul gadis itu, sekarang dirinya malah ikut serta melepas napas panjang.

"Jangan lupa, kita gak akan sendirian berada di atas panggung. Mungkin 50 orang dari kita akan naik ke atas sana, tapi jangan lupa sisanya juga masih ada di luar panggung yang juga akan menjadi perhatian orang-orang," sela seseorang, ikut serta masuk dalam pembicaraan dua gadis ini.

"Tak hanya kita, masih banyak yang lainnya."

"Kalian bisa menganggap mereka benda mati? Maka dengan begitu, tak akan ada rasa takut yang nantinya membuat kalian grogi."

Memang selayaknya sang ketua, tak heran lagi bahwa dirinya pantas untuk dijadikan seorang pemimpin dimanapun dia berada. Dengan pemikiran yang dewasa, tutur kata yang lembut, serta tampang yang tampan itu.

"Lo gak grogi?" heran Lavanya, karena hanya pria ini seorang yang terlihat santai, tak seperti yang lainnya.

Menampilkan senyum manisnya, pria ini menggeleng sejenak. Langsung paham, Lavanya mengangguk cepat, seraya berkata, "pertanyaan gua, salah orang."

Tak hanya Lavanya, siapapun juga akan tahu mengenai Jagadita yang tak akan gerogi di situasi seperti sekarang ini. Namanya sudah terlatih, juga sudah terbiasa, maka untuk tampil di panggung kecil seperti saat sekarang ini bukanlah hal yang patut untuk ditakuti bagi dirinya.

"Btw, cowok lo mana?" tanya Jagadita, sempat merotasikan pandangan ke sekitar, mencari keberadaan pria yang merupakan temannya itu.

"Hah? Jaendral?" Annara yang dijadikan sasaran pertanyaan, bertanya heran.

"Yaiyalah, siapa lagi kalau bukan dia coba," sungut Lavanya, mendahului Jagadita.

"Gatau tuh, belum liat." geleng nya, ikut serta merotasikan pandangan.

Sempat berpikir panjang, berusaha memikirkan tempat biasa yang dikunjungi pria itu, ataupun kegiatan yang menjadi kebiasaan dirinya.

Setelah berhasil meneka, bola matanya langsung melebar, "dia gak ketiduran, kan?" kaget gadis ini, hendak berlari keluar.

"Aiss," ringis Annara tiba-tiba, karena tanpa sengaja tubuhnya menghantam seseorang.

"Lo gak buta kan? Bisa liat gak kalau jalan?" bentak pria dengan stelan jas serba hitam dengan cincin yang melingkari jari telunjuknya.

MARI AKHIRI INI (FUGACIOUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang