Untung saja Ibunda Alvin tergolong orang yang tak banyak omong ataupun overprotective pada anak-anak nya, ditambah karakternya yang humble juga mudah menerima orang baru langsung memberikan kenyamanan tersendiri untuk dua gadis ini.
Semalaman setelah mereka hujan-hujanan Maura teramat ribut membantu para gadis ini untuk mengeringkan tubuhnya serta memberikan pakaiannya yang sudah lama tak terpakai, alias pakaian sewaktu ia muda.
Teramat senang sekaligus lepas rasa inginnya untuk memiliki seorang putri, dilihat dari seberapa lama ia selalu berangan-angan ingin memiliki seorang anak perempuan. Tapi, mengingat usianya yang sudah tak layak lagi, makanya ia pasrahkan dan akan bersabar menunggu menantu yang nantinya akan dibawa kedua putranya.
Kini ketiganya tidur di satu ranjang yang sama, dalam posisi Maura yang berada di tengah-tengah kedua gadis ini. Untung saja suaminya beberapa minggu ini melakukan perjalanan bisnis ke luar kota. Jadi, Maura merasa puas karena telah dapat menghabiskan malam bersama kedua gadis ini.
DRTT!! DRTT!!
Dering ponsel yang bergetar di atas nakas samping gadis ini tidur menganggu kenyenyakan nya. Annara yang tak terniat untuk langsung duduk, hanya berusaha menjangkau mengambil handphonenya yang terletak tak begitu jauh dari posisinya tidur.
Mengernyit perih, setengah matanya terbuka membaca nama orang yang menelponnya saat ini. Teralihkan tepat setelah matanya jatuh melirik pada angka yang tertera di depan layar HP nya, langsung terbelalak dan terduduk.
"Buset, udah jam 9 aja." kejutnya mengulum bibir.
Sambungan yang awalnya mati kembali berbunyi. Tak pikir panjang ia langsung mengangkatnya, dan berlalu cepat keluar, takut mengganggu dua wanita lainnya yang masih tertidur pulas.
"Hallo?"
"Kak? Pulangnya kapan?"
Sambungan itu berasal dari sang ayah, kemarin malam Annara sudah menyempatkan untuk menghubungi orang rumah dengan bantuan Maura yang lebih dulu memohon izin pada Abrasha. Sehingga tak satupun orang rumah yang dibuat panik karena ketidak pulangan si Annara.
"Bentar lagi kayaknya, yah. Soalnya sekarang Nara baru bangun banget, yang lainnya juga masih tidur."
"Tidur sama siapa? Jangan macem-macem ya, kak."
Goda Abrasha, meledek putrinya yang jarang-jarang memohon izin untuk menginap di rumah seseorang seperti saat ini.
"Sama Lavanya lah, yah."
"Gimana sih, ayah. Dipikir aku anak gak baik-baik apa?"
"Baguslah kalau gitu."
"Cepetan pulangnya."
"Nanti aja deh, yah. Yang lain masih tidur, ga tega ngebanguninnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
MARI AKHIRI INI (FUGACIOUS)
Teen FictionProblematic kehidupan selalu hadir mengambil tempat. Kesalahpahaman, pengkhianatan, keterpurukan, serta kehilangan merupakan bagian lain dari masalah itu sendiri. Tak terkecuali pada sepasang manusia ini. Dia Jaendral, pria yang dikenal humoris di...