16. Pilihan

675 100 54
                                    



Pagi ini rasanya Hayam Wuruk enggan bangun. Semalam entah mengapa kantuknya datang begitu cepat dan tak terasa lagi bahwa kini matahari sudah mulai tinggi di langit. Tubuhnya terasa lebih segar dan nyaman, mungkin karena beberapa hari dia sulit tidur, dan setelah melihat kedatangan rombongan kerajaan dengan selamat, merasa lega dan hilang kekhawatirannya.

Hayam Wuruk duduk di tepi ranjangnya, melemaskan otot-otot bahunya dengan mata yang masih terpejam. Saat membuka mata, pandangannya menemukan sosok perempuan yang memuaskannya semalam. Rambut Sudewi terurai panjang dan tercium wangi bunga tanjung yang lembut dan menyegarkan. Melihat Sudewi dari belakang seperti ini terasa menyenangkan dan juga menggairahkan.

Alih-alih memulai harinya dengan pujian pada permaisurinya, Hayam Wuruk justru berkata, "jangan biarkan rambutmu tergerai seperti ini di hadapan siapa pun. Seorang Permaisuri tidak hanya istri raja dan wanita milik raja, tapi juga ibu bagi negeri dan rakyatnya, harus menjaga penampilan dan citra diri sehingga memberikan teladan yang baik."

Sudewi segera berbalik. Agak terkejut saat tahu bahwa Hayam Wuruk sudah bangun. "Hamba baru membersihkan diri Gusti Prbu," balas Sudewi.

Hayam Wuruk berdiri dan hanya menatap sekilas pada Sudewi. "Bantulah aku untuk membersihkan diri. aku harus segera keluar dan menemui Paman Mada untuk membicarakan perjalanan berikutnya."

Sudewi segera menjalankan perintah. Diusapnya lembut bagian tubuh suaminya dengan air dari bejana yang berisi bunga sebagai wangi-wangian. Di bagian punggung, usapan Sudewi lebih menekan sembari memberikan pijatan cukup lembut. Tidak ada yang bersuara di antara keduanya. Hanya suara-suara dari luar tenda yang riuh terdengar. Sudewi sendiri tampak enggan untuk memulai pembicaraan meski Hayam Wuruk beberapa kali meliriknya dan bertemu pandang. Namun, Sudewi memilih diam.

Hayam Wuruk berdeham. Dia ingin Sudewi berbicara atau bercerita seperti terakhir mereka bersama sebelum berangkat ke Kapulungan terlebih dulu. Saat itu menjadi momentum kedekatan mereka berdua. Sehingga melihat Sudewi hanya diam sedari tadi bahkan terlihat enggan bersitatap dengannya membuat Hayam Wuruk merasa tidak diperhatikan.

"Kemarin Darya melaporkan bahwa manisan buatanmu sudah habis," kata Hayam Wuruk memulai pembicaraan.

"Bibi Padmi sudah memberi tahu pada Darya mengenai persediaan manisan sudah disiapkan di tandu perbekalan," jawab Sudewi.

Hayam Wuruk mengangguk lalu melirik Sudewi yang masih tampak acuh tak acuh. "Perjalanan kerajaan kali ini akan panjang dan memakan waktu cukup lama, apa keadaanmu benar-benar sehat? Jika tidak aku akan menugaskan prajurit Bhayangkara untuk membawamu kembali—"

Sudewi segera menyela ucapan Hayam Wuruk. "Hamba dalam keadaan baik dan sehat." Sudewi mengatakannya tanpa menatap Hayam Wuruk. Sedari tadi dia hanya fokus membersihkan dan merapikan penampilan Hayam Wuruk. Kemudian keadaan tenda hening kembali. Sudewi merapikan dirinya sendiri dan menggelung rambutnya sederhana, sebab pagi ini sebelum berangkat ke Pancuran Mungkur, keluarga kerajaan khususnya wanita dan selir, akan mandi di kolam petirtaan kemudian turut serta beribadah di Jajawa untuk berziarah dan memberikan penghormatan pada mendiang Prabu Kertanegara.

"Kakang Prabu, hamba mohon undur diri untuk bergabung bersama Ibunda Tribhuwana dan Ibunda Dyah Wiyat."

Alih-alih menjawab, Hayam Wuruk justru mendekat. Tatapannya tajam. Dia tidak suka diabaikan seperti ini oleh Sudewi apalagi cara Sudewi menatapnya enggan dan seolah tidak suka berada di dekatnya. Tidak tahukah Sudewi bahwa kemarin malam adalah hal yang mendebarkan dan menyenangkan baginya.

"Sejak kapan kamu berani merajuk seperti ini, Sudewi?" gumam Hayam Wuruk dengan lirih.

Lagi. Hayam Wuruk membenci Sudewi yang seperti ini. Tak gentar menghadapinya meski dengan wajah tertunduk tapi dia bisa melihat raut wajah Sudewi yang datar. "Hamba mohon maaf bila sikap dan pelayanan hamba tidak memuaskan. Hamba akan memperbaikinya."

MATAHARI TERBELAH DI WILWATIKTA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang