29. Garba (2)

606 80 27
                                    

Halo, adakah yang kangen Hayam Wuruk?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Halo, adakah yang kangen Hayam Wuruk?

Maaf banget baru update hari ini.

***

Rombongan tiba di tempat perdikan Tumenggung Nala saat menjelang petang. Sama halnya dengan tanah perdikan Madakaripura yang dianguerahkan pada Gajah Mada, tanah perdikan ini juga adalah tanah anugerah dari raja untuk Sang Tumenggung Nala. Aneka makanan dan minuman pun sudah disiapkan untuk menyambut Hayam Wuruk dan Sudewi serta rombongan yang mengiringi perjalanan kali ini.

Tumenggung Nala sendiri lah yang mengantarkan Sang Prabu dan Permaisuri menuju pendapa. Seorang gadis dengan tubuh ramping, berkulit cerah, dengan senyumnya yang manis, menyambut kedatangan mereka. "Selamat datang Gusti Prabu Sri Rajasanagara dan Gusti Paduka Sori," ucap gadis itu seraya menangkupkan kedua tangannya dan menunduk hormat. Sudewi sempat melihat Hayam Wuruk tampak mengernyitkan dahinya saat melihat gadis ayu nan manis yang ada di hadapannya ini. Tatapan Hayam Wuruk beralih pada Tumenggung Nala, akan tapi tidak ada kata-kata yang keluar dari kedua laki-laki itu, keduanya hanya diam, dan kembali melangkah saat Tumenggung Nala mempersilakan untuk masuk ke dalam pendapa.

Sudewi yang duduk di sebelah Hayam Wuruk hanya diam—menyaksikkan bagaimana tatapan Hayam Wuruk yang sejak tadi tak berkedip sedikit pun pada gadis itu. Jemari gadis itu lentik dan cantik. Sudewi sering menemui gadis-gadis cantik di Kedaton dan para putri keturunan bangsawan. Namun, gadis yang kini sedang menuangkan minuman itu, memiliki wajah cantik yang tidak biasa. Bisa dibilang wajahnya tegas dari bentuk mata dan caranya tersenyum.

Terdengar decak kagum yang keluar dari bibir Hayam Wuruk saat menyaksikkan bagaimana gadis di hadapannya ini sedang meracik minuman secara langsung. Aroma yang menguar dari minuman yang dituangkan oleh gadis itu, begitu harum, manis dan segar. "Gusti Prabu dan Gusti Paduka Sori, silakan menikmati minuman ini terlebih dulu untuk meredakan rasa lelah setelah perjalanan yang panjang," kata Tumenggung Nala.

Hayam Wuruk mengangguk dan segera menyesap minuman yang berada dalam cawan keramik. Kembali decak kagum itu keluar dari bibir Hayam Wuruk saat menandaskan minumannya. "Ini ... sangat luar biasa sekali rasanya. Aku belum pernah menikmati minuman yang diracik secara langsung," puji Hayam Wuruk.

"Biasanya kita memang menikmati minuman yang sudah ada di dalam kendi, baik hangat ataupun minuman seperti tuak. Tapi minuman yang disebut teh oleh orang-orang negeri Cina ini memang lebih segar saat melihat dan dinikmati langsung," sahut Tumenggung Nala.

"Siapa namamu?"

"Ah, gadis ini adalah seorang acaraki, Gusti Prabu. Hamba mempekerjakannya untuk membantu para tabib saat kita melakukan perjalanan ke berbagai tempat," kata Tumenggung Nala yang justru menjawab pertanyaan Hayam Wuruk.

"Acaraki," gumam Hayam Wuruk sembari menelisik pada gadis itu.

"Benar, Gusti Prabu. Saat perjalanan kembali ke Dompo dan terjadi keracunan pada beberapa prajurit kita, gadis acaraki inilah yang membantu para tabib untuk membuat ramuannya," terang Tumenggung Nala.

MATAHARI TERBELAH DI WILWATIKTA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang