Haaai, update lagi nih. Gas yuuk kondangan ala-ala zaman Jawa Kuno. Mau ngado apa nih buat Hayam Wuruk sama Sudewi 😅.
Setelah upacara tukon yang dilaksanakan satu bulan lalu, pada hari inilah dilaksanakan upacara pernikahan antara Hayam Wuruk dan Sudewi. Serangkaian prosesi yang harus mereka jalani begitu banyak. Prosesi pertama yang dilakukan oleh Sudewi dan Hayam Wuruk adalah upacara pidudukan berupa penyucian kepada kedua calon pengantin.
Hayam Wuruk dan Sudewi hanya memakai busana gagampang sederhana. Rambut Sri Rajasanagara itu dibiarkan tergerai hingga panjangnya sedikit melebihi bahunya yang kokoh dan lebar. Tidak banyak aksesoris yang dipakai Hayam Wuruk kecuali kelat bahu dan kain berbahan sutra dibagian bawah hingga mata kaki, bermotif sulur gringsing yang semakin tampak indah dengan paduan warna merah keemasan.
Sedangkan Sudewi sendiri, wajahnya dirias dengan pupur menur (bedak dari bunga melati), dan alisnya lebih dulu telah dibentuk luncup bagai bulan sabit. Di dahinya diberi hiasan tilaka. Rambutnya digelung kekendon (gelung miring), sedangkan bibirnya yang tipis dengan warna merah muda alami itu dihias tipis dengan lati aruna (lipstick zaman Jawa kuna yang terbuat dari bunga-bungaan berwarna merah kecokelatan). Busana Sudewi pun bercorak dan berwarna sama dengan Hayam Wuruk—yang memang disiapkan khusus oleh macadar (penenun) istana untuk busana pengantin calon raja dan permaisuri Wilwatikta.
Keduanya bersimpuh, menunduk dengan tangan yang ditangkupkan di atas kepala. Prosesi pidudukan adalah prosesi penyucian bagi kedua calon mempelai dan penguatan oleh pemuka agama. Setelah prosesi pidudukan selesai, upacara pernikahan dilanjutkan dengan upacara tawur. Kedua calon mempelai berjalan sedikit menjauh dari tempat penyucian. Upacara tawur adalah tabur sesaji untuk kedua calon pengantin. Setelah upacara tawur selesai, Hayam Wuruk dan Sudewi dibantu berdiri oleh kedua abdi mereka untuk menuju ke kediaman masing-masing, sebab setelah ini mereka akan melalui prosesi homayajna yakni pemberkatan pernikahan dari pemuka Siwa dan pemuka Buddha.
Selama prosesi pidudukan dan tawur, Sudewi beberapa kali melirik wajah Hayam Wuruk. Tidak ada senyum yang terukir dari wajah tampan dan tegas lelaki tersebut. Dalam benak Sudewi berpikir bahwa Hayam Wuruk sedang membayangkan mendiang Dyah Pitaloka lah yang berada di sisi laki-laki itu dan menjalani prosesi upacara pernikahan yang melelahkan ini. Namun, Sudewi tak berniat untuk mundur sejak dia menyadari bahwa tak ada jalan mundur baginya.
Bagi Sudewi bukan gelar permaisuri yang ingin direngkuhnya tapi adalah bakti pada Wilwatikta. Meski dia bukan sebagai keturunan murni wangsa Rajasa, tapi pembicaraannya dengan Ibu Suri Tribhuana Tunggadewi, membuka pandangannya pada pernikahan ini. Sembari beberapa emban membantunya untuk mempersiapkan busana ganti dan riasan wajah untuk upacara pemberkatan, Sudewi kembali melamunkan pembicaraannya dengan Ibu Suri Tribhuana setelah upacara tukon beberapa waktu lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATAHARI TERBELAH DI WILWATIKTA (TAMAT)
Historical FictionBlurb: Tragedi Perang Bubat tidak hanya menorehkan jarak antara Majapahit dan Pasundan, tapi juga luka dan duka bagi dua kerajaan tersebut. Gugurnya Dyah Pitaloka-calon permaisurinya, membuat Hayam Wuruk melewati masa-masa sulit. Namun, Wilwatikta t...