27. Bilik Rahasia

710 93 83
                                    

Sebagai penutup Weekend

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebagai penutup Weekend

Malam-malam gini, Hayam Wuruk update.

Selamat membaca.

Tarik napas dulu sebelum baca bagian awal, hihihi ...

***

Hayam Wuruk belum sempat mengatakan apa pun pada Sudewi tetapi permaisurinya itu segera meninggalkan tempatnya. Gamang. Hanya sempat termangu menatap punggung Sudewi yang sudah menjauh. Pandangannya teralih ketika suara Praya kembali mengaduh. Segera saja Hayam Wuruk berucap lantang memanggil Darya dan menitahkan untuk memanggil walyan dengan segera. Ketika Walyan datang, fokusnya hanya tertuju pada walyan yang memeriksa Praya.

"Tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan Gusti Prabu," ujar Walyan tersebut menyampaikan hasil pemeriksaannya akan kehamilan Praya.

"Lalu mengapa Selir Praya mengaduh kesakitan pada perut bagian bawahnya?" tanya Hayam Wuruk cemas.

"Saat ini usia kehamilan Selir Praya memasuki bulan keempat dan menuju bulan kelima, di mana biasanya perut akan semakin membesar dan kadang akan membuat ketidaknyamanan, mungkin karena ini adalah kehamilan pertama sehingga masih memerlukan penyesuaian diri, tapi memang semakin bertambah usia kehamilan dan semakin besar perut, akan membawa perubahan banyak bagi tubuh wanita," terang walyan tersebut secara hati-hati pada Hayam Wuruk.

Setelah beberapa saat walyan memberikan pijatan-pijatan lembut di sekitar perut dan kaki Praya, juga membuatkan ramuan obat, Hayam Wuruk mempersilakan walyan tersebut untuk meninggalkan tempatnya. Dia mendekati Praya yang sedang mengusap lembut perutnya. "Sekali lagi hamba mohon maaf Gusti Prabu, karena membuat Gusti Prabu khawatir," ucapnya dengan lirih.

"Istirahatlah Dinda, besok saja kamu kembali ke tempatmu, malam ini istirahatlah di sini," kata Hayam Wuruk seraya membantu Praya untuk merebahkan dirinya, tapi Praya menahan pergelangan tangannya.

"Gusti Prabu belum makan apa pun, izinkan hamba melayani Gusti Prabu," kata Praya.

"Tidak perlu. Saat ini kamu membutuhkan istirahat," tolak Hayam Wuruk.

"Pjatan walyan tadi cukup membuat hamba merasa lebih baik, kali ini izinkan hamba untuk membalas kebaikan Gusti Prabu yang sudah merawat hamba dengan baik." Praya masih mendebat kecil Hayam Wuruk, membuatnya menipiskan bibir sejenak, kemudian mengembuskan napasnya perlahan. "Baiklah," kata Hayam Wuruk dengan pasrah. "Janganlah banyak bergerak dan ikutlah makan bersamaku, Dinda," kata Hayam Wuruk lagi.

Senyum Praya terkembang mendengar kata Hayam Wuruk yang memberikannya izin. Segera saja dia turun dari peraduan raja, melangkah dengan pelan menuju meja, menyiapkan makanan untuk Sang Raja terlebih dulu dan menuangkan tuak beras di cawan. "Silakan menikmati Gusti Prabu."

Hayam Wuruk meresponsnya dengan anggukan. Menikmati makanannya dalam keheningan bersama Praya. Setelah makan malam, Praya membantu Hayam Wuruk untuk membersihkan badan dan menyiapkan pula sirih serta pinang pada cawan perunggu untuk membersihkan mulut. Ditatapnya wajah Praya yang cantik jelita. Benar-benar memiliki kecantikan dan wajah yang hampir serupa dengan mendiang Dyah Pitaloka.

MATAHARI TERBELAH DI WILWATIKTA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang