Selamat Membaca.
***
Sebelum Hari Penjemputan Sudewi
Hayam Wuruk mengumpulkan kedua orangtuanya serta Rakryan Tumenggung Nala setelah mendapat pesan terbaru dari Pawana. "Saya mengumpulkan ayahanda, ibunda juga Rakryan Tumenggung untuk membahas rencana yang saya buat bersama Paduka Sori mengenai hubungan Wilwatikta dan Wengker. Kabar terbaru yang didapatkan Pawana dan Paduka Sori di sana adalah nama-nama yang membantu Paman Kudamerta untuk menjalankan misi pengenalan Wengker sebagai negeri mandiri bukan bagian mandala Wilwatikta."
Tribhuwana dan Cakradhara terkejut saat mendengar putranya dan sang permaisuri merencanakan sesuatu yang tidak mereka ketahui. Namun, keduanya mendengarkan penuh minat tanpa menyela penjelasan Hayam Wuruk.
"Pawana sudah memastikan bahwa selama ini bahkan setelah kepergian Nyi Tarsih, pergerakan Paman Kudamerta lebih bebas. Sebab selama ini, kain-kain yang dibuat di tempat milik Nyi Tarsih selalu memiliki ciri khas dan harus memerlukan dua kali kerja untuk bisa menyamarkan kain tersebut. Apakah Rakryan Tumenggung ingat dengan Tuan Kebo Manggali yang kita gunakan sebagai umpan beberapa saat lalu?"
Rakryan Tumenggung Nala mengingat-ingat lalu menjawab. "Hamba mengingatnya Gusti Prabu. Tuan Kebo Manggali sempat menggantikan ayahnya untuk sementara waktu menjadi adipati di Tajum, namun pekerjaan utamanya adalah sebagai saudagar dan termasuk salah satu saudagar terkenal di wetan."
"Benar. Pawana meminta keterangan dari Tuan Kebo Manggali mengenai kain-kain yang beredar di pasar juga barang-barang lainnya seperti perhiasan, emas dan gerabah. Dari Tuan Kebo Manggali inilah diketahui bahwa Wengker memiliki perkumpulan para pedagang—"
Cakradhara menyela penjelasan Hayam Wuruk. "Ananda Prabu, perkumpulan dagang adalah hal yang wajar, sebab dengan saling berkumpul akan memudahkan para saudagar besar untuk saling bertukar informasi, dan pembagian wilayah kekuasaan untuk memasarkan dan menyalurkan barang-barangnya kepada penjual di pasar atau penyewa. Pemerintahan pun hadir untuk mengatur perdagangan dan pajak pada setiap saudagar."
Hayam Wuruk tersenyum singkat. "Yang dikatakan ayahanda memang benar, bahwa perkumpulan pedagang adalah membawa manfaat dan pemerintahan hadir dalam pengaturan pajak juga penyalurannya. Akan tetapi perkumpulan para pedagang di Wengker tidak hanya untuk kepentingan dagang, karena digunakan sebagai sumber daya untuk mencapai tujuan yaitu kekuasaan. Nama-nama yang didapatkan Pawana adalah nama-nama yang menaungi perkumpulan dagang. Dugaan kita selama ini kurang tepat, karena faktanya orang-orang yang memiliki keahlian perdagangan, mereka kerja sama menjalin hubungan dengan pedagang kitai nagari juga pengetahuan membaca arah angin di lautan. Paman Kudamerta memberikan lahan pasar yang seluas-luasnya tanpa membebankan pajak perdagangan bagi para saudagar kaya."
"Jika para saudagar tidak dibebankan pajak, tentu hal ini akan membuat timpang dalam keuangan negeri, apalagi untuk negeri yang wilayahnya tidak luas seperti Wengker. Meski saat ini Wengker begitu makmur dan subur akan pertanian, tapi tanpa pajak perdagangan adalah hal yang tidak mungkin Ananda Prabu," timpal Tribhuwana."
"Karena itulah harga di pasar kekuasaan Wengker dalam beberapa waktu ini cenderung lebih tinggi dari pasar di tempat lain apalagi di wilayah kotaraja kita, dan canggu serta ujung galuh. Pajak tidak dibebankan pada para saudagar akan tetapi pada rakyat yang membeli dengan menaikan harga jual dan memalsukan barang. Salah satunya seperti kain, baik tenun, satin dan sutra. Ada yang dibuat mirip serupa seperti barang-barang dari kitai nagari ada yang sebenarnya adalah hasil tenun para pengrajin lokal tapi dibuat seola-olah dari kitai nagari. Paman Kudamerta dan perkumpulan dagang lebih banyak bermain di aneka jenis kain, karena bisa menyasar banyak pembeli," papar Hayam Wuruk.
"Jadi rencana Ananda Prabu bagaimana?" tanya Tribhuwana.
"Pawana membawa pesan dari Paduka Sori yang mengatakan telah berhasil menyakinkan Bibi Rajadewi untuk membantu Wilwatikta mengakhiri hal yang terjadi di Wengker. Menurut Paduka Sori sebelum kepergian Nyi Tarsih, hubungan Paman Kudamerta dengan istri dan selirnya menegang sebab keduanya memperingatkan Paman Kudamerta untuk tidak meneruskan rencana pembangunan pelabuhan juga perluasan kekuasaan."
KAMU SEDANG MEMBACA
MATAHARI TERBELAH DI WILWATIKTA (TAMAT)
Fiksi SejarahBlurb: Tragedi Perang Bubat tidak hanya menorehkan jarak antara Majapahit dan Pasundan, tapi juga luka dan duka bagi dua kerajaan tersebut. Gugurnya Dyah Pitaloka-calon permaisurinya, membuat Hayam Wuruk melewati masa-masa sulit. Namun, Wilwatikta t...