25. Rayu

894 106 85
                                    

Haloooo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haloooo

Malmingnya merapat ke sini yuk.

Siapkan jari kalian buat vote dank omen ya, kasih emotikon apa pun tentang yang kalian rasakan di bab ini

Mari kita awali dengan yang agak-agak panas, hihihi 🤭

***

Warning 21+

Entah berapa kali dia terus menghentak dengan gerakan lembut dan sesekali menekan. Tubuhnya semakin memanas, gairahnya meletup kian kuat saat melihat perempuan di bawahnya terlihat ... menikmati penyatuan ini. Sesekali bibir ranum itu digigit kecil, kadang mengeluarkan rintihan dan engah yang lirih. Dadanya yang naik turun semakin indah berselimut peluh yang mengilat.

Kenapa dia baru menyadarinya? Bahwa wanita yang ada dalam kuasanya ini sangat cantik dan memesona. Dia mendongak sembari memejamkan matanya saat dirinya menyentuh titik terdalam tubuh wanita itu, dia tak ingin cepat usai, sebab dia sudah lama merindukan saat seperti ini. Segera saja dia membalikkan posisi dengan menempatkan wanita itu di atasnya. Ada jerit kecil dari bibir ranum itu, dan hanya di responsnya dengan kekehan singkat.

"Geraklah," katanya pada wanita itu. Dia memegang pinggang ramping itu, mengusapnya perlahan lalu kembali berkata dengan suara serak dan parau. "Geraklah, jangan ragu."

Meski sempat kikuk, perlahan wanita itu bergerak. Awalnya kaku sekali tapi kemudian dia bisa merasakan bahwa perempuan itu semakin bisa menikmati penyatuan ini dan tahu mana-mana saja yang bisa membuatnya merasa melayang.

"Gusti Prabu ..." ucap wanita itu dengan terbata dan deru napas yang semakin berat.

Hayam Wuruk tersenyum lebar sembari kian erat memegang pinggang wanita itu. Dia tahu bahwa mereka akan segera sampai, karena itu Hayam Wuruk membantunya dengan menghentak lebih cepat dari bawah. Keduanya bergerak semakin tak terkendali hingga tiba-tiba tubuh perempuan itu bergetar dan perlahan jatuh di atas tubuhnya.

Hayam Wuruk sempat terkekeh sebelum akhirnya dia memeluk tubuh itu. Beberapa menit kemudian, Hayam Wuruk mengubah posisi dengan menempatkan wanita itu ke samping dengan tangan yang masih memeluk erat. Dia tenggelamkan wajah ayu yang kini bersemburat merah di pipi, lalu diusapnya pelan dengan ibu jarinya. Tatapnya begitu dalam pada wanita yang baru saja membuatnya puas dan terbang.

"Tidurlah Sudewi," katanya pada sang permaisuri. Hayam Wuruk merutuk dirinya sendiri. Harusnya dia mengucapkan kata yang lebih indah bukan menyuruhnya tidur, tapi kenapa berdekatan dengan Sudewi selalu membuatnya sulit mengendalikan diri termasuk dalam ucapan. Padahal dia ingin menghabiskan malam dengan bercerita tentang sebuah kisah, tapi justru dia lah yang merusak malam syahdunya ini.

Hayam Wuruk hanya bisa mengunci bibirnya saat Sudewi merespons dengan anggukan lalu memejamkan kedua matanya. Ah! Benar-benar bodoh! rutuknya lagi pada diri sendiri. Namun, Hayam Wuruk berjanji, bahwa dia akan mengulang malam-malam yang seperti ini dan akan membuat Sudewi menemaninya sepanjang malam. Hayam Wuruk semakin mendekap Sudewi saat merasakan tubuh wanita itu akan bergerak menjauh. Tangannya melingkar erat, seolah tak mau Sudewi meninggalkannya.

MATAHARI TERBELAH DI WILWATIKTA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang