Majapahit, tahun 1359 Masehi (Beberapa bulan pasca pernikahan Hayam Wuruk dan Sudewi)
Kepala Hayam Wuruk seakan pecah saat mendengar laporan apa yang terjadi di Tanjung Pura (Kalimantan) yang juga melibatkan Rakyan Tumenggung kebanggaannya—Mpu Nala. Padahal seharusnya Mpu Nala yang dialihfokuskan dari Tanjung Pura ke Dompo bisa sepenuhnya fokus pada rencana menjalin persahabatan dengan Dompo. Dia memang mengizinkan Mpu Nala untuk berkunjung ke Tanjung Pura, tapi Hayam Wuruk juga tidak menyangka bahwa kunjungan tersebut menjadi sebuah tragedi.
Karena itulah Hayam Wuruk meminta pada Gajah Mada untuk datang ke tempat kediaman pribadinya bersama Rakyan Demung membicarakan permasalahan ini, juga persiapan rencana lawatan kerajaan ke daerah kekuasaan Wilwatikta. "Menurut Paman Mahapatih, langkah apa yang harus kita ambil atas apa yang terjadi di Tanjung Pura?" tanya Hayam Wuruk.
"Kabar yang kita dapatkan adalah dari prajurit dan beberapa awak kapal yang membawa kepulangan Idhang bersama Nyonya Jayanti, tapi Rakyan Tumenggung Nala juga sepertinya baru tiba, dan saat ini masih berada di Lasem untuk memeriksa armada laut-laut kita yang sedang dibuat. Menurut hamba, yang harus dilakukan Wilwatikta adalah mengumpulkan semua kesaksian, termasuk bagaimana dari pihak Nan Sarunai dan khususnya adalah Rakyan Tumenggung Nala. Meski peperangan selalu terjadi dalam perebutan wilayah, tapi apa yang terjadi di Nan Sarunai bila dikarenakan alasan pribadi, tetap harus ada penegakan hukum ketegasan," ujar Gajah Mada mengemukakan pendapatnya.
Hayam Wuruk merespons pendapat Gajah Mada dengan anggukan beberapa kali. Di tengah ketiga pria tersebut terdapat sebuah meja berbentuk lingkaran yang di atasnya sudah disajikan jamuan beraneka minuman dan makanan.
Hayam Wuruk membuka salah satu mangkuk keramik yang memang selalu disediakan khusus untuknya. Namun, saat dia membuka mangkuk tersebut, Hayam Wuruk sedikit terkejut sebab manisan yang biasanya selalu tersedia, kini hanya tersisa tiga butir saja. Untuk mengambil sisa manisan itu, rasanya dia tak tega untuk menghabiskannya. Maka Hayam Wuruk hanya berdeham kecil lalu menutup kembali mangkuk tersebut. Sedang Darya yang berdiri persis di belakang Hayam Wuruk, hanya memperhatikan saja tingkah sang raja.
"Kalau begitu sembari menunggu kedatangan Rakyan Tumenggung Nala tiba di kotaraja, sebaiknya saat Paman Mahapatih dan Rakyan Demung mempersiapkan rencana keberangkatan lawatan kerajaan ke berbagai wilayah daerah kekuasaan Wilwatikta. Sehingga sejauh mana, Demung?"
"Ampun Gusti Prabu, persiapan kita sudah hampir selesai. Seperti yang Gusti Prabu perintahkan, hamba sudah mengirimkan beberapa pasukan untuk menyisir jalur yang akan kita lewati terlebih dulu demi keamanan seluruh keluarga kerajaan. Tandu-tandu untuk para sentana raja, juga untuk Permaisuri dan Gusti Prabu pun sudah hampir selesai dikerjakan."
Hayam Wuruk mengangguk kembali. "Tapi pengamanan kotaraja juga harus diperketat, Rakyan Demung. Mengingat hampir semua keluarga raja ikut dalam rombongan lawatan, maka kita jangan sampai melalaikan keamanan dan penjagaan kotaraja."
"Baik, Gusti Prabu. Menurut perkiraan hamba, bila segala persiapan telah selesai dan siap untuk berangkat melakukan lawatan ke daerah-daerah, sudah bisa dilakukan di bulan Asadha (sekitar Juni-Juli)."
"Saya meminta Rakyan Demung terus memantau dan melaporkan segala hal mengenai persiapan tersebut. Nantinya mengenai jadwal keberangkatan, saya akan meminta Pasangguhan menghitung bulan baiknya untuk melakukan perjalanan bersama para Dharmadyaksa," ujar Hayam Wuruk.
"Baik, Gusti Prabu."
Setelah pembicaraan kenegaraan selesai, Rakyan Demung meninggalkan kediaman raja terlebih dulu, sedangkan Gajah Mada masih tinggal hingga membuat Hayam Wuruk mengernyit heran. "Apakah ada hal yang ingin Paman katakan?" tanya Hayam Wuruk tanpa basa-basi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATAHARI TERBELAH DI WILWATIKTA (TAMAT)
Historical FictionBlurb: Tragedi Perang Bubat tidak hanya menorehkan jarak antara Majapahit dan Pasundan, tapi juga luka dan duka bagi dua kerajaan tersebut. Gugurnya Dyah Pitaloka-calon permaisurinya, membuat Hayam Wuruk melewati masa-masa sulit. Namun, Wilwatikta t...