12. Manis

766 95 56
                                    


Sudewi kembali tersentak. Lagi-lagi karena Hayam Wuruk melingkarkan tangan di pinggangnya lalu meremasnya lembut. "Saat kamu menikah nanti, aku akan memberikan hadiah terbaik untukmu dan calon istrimu, Sotor," kata Hayam Wuruk persis di telinga kiri Sudewi.

Sedang Sotor hanya meresponsnya dengan senyuman tipis. Namun, Sudewi bisa melihat bahwa ekor mata Sotor mengikuti arah tangan Hayam Wuruk. Senyum tipis yang diberikan Sotor lebih tampak terkesan meremahkan—setidaknya itulah yang ditangkap Sudewi. "Terima kasih, karena Gusti Prabu sangat baik hati pada hamba dan calon istri hamba. Tapi ... hadiah itu sudah hamba dapatkan," balas Sotor yang justru memicu remasan tangan Hayam Wuruk di pinggangnya sedikit kasar.

"Melindungi keluarga raja khususnya Gusti Prabu dan Permaisuri adalah hadiah yang tak ternilai bagi hamba," imbuh Sotor.

"Wah! Aku begitu terkesan. Wilwatikta memang membutuhkan orang-orang sepertimu, Sotor. Sepertinya dedikasimu untuk kerajaan akan jauh lebih berguna bila berada di Lasem atau Kambang Putih. Aku yakin Rakyan Tumenggung Nala akan sangat berterima kasih bila kamu ikut serta dalam kesatuan armada laut."

Sotor terdiam sejenak kemudian kembali menerbitkan segaris senyumnya. "Hamba pernah mendengar bahwa bulan dan matahari dilihat dari belahan bumi mana pun cahayanya akan selalu sama. Jika matahari laksana pemberi kehidupan maka bulan adalah sinar yang menenangkan, sehingga di mana pun hamba berada, hamba tak akan keberatan."

Rangkaian ucapan Sotor memang lembut bahkan terdengar indah, tapi justru bagi Hayam Wuruk bagai terhunus belati. Adiknya itu seolah tidak lagi malu untuk menutupi perasaannya yang sebenarnya. Meski Sudewi tidak merespons dengan berlebihan apa yang Sotor ucapkan, tetap saja membuat Hayam Wurik tak berkutik. Namun, Hayam Wuruk menolak kalah, sebab bagaimanapun dia-lah Sang Maharaja Wilwatikta.

"Sepertinya memang kamu tidak ragu ditempatkan di mana pun, maka aku akan segera memberi keputusan untuk menempatkanmu di Lasem," ucap Hayam Wuruk menegaskan keputusannya. Tanpa menghiraukan seruan terima kasih dan ucapan dari Sotor, Hayam Wuruk bergegas menggenggam Sudewi dan menariknya untuk lebih dekat di sisinya dan berjalan meninggalkan perjamuan.

Tak akan ada yang berani menegurnya karena telah lancang meninggalkan perjamuan keluarga yang kini membuatnya tak nyaman. Dadanya terus terasa nyeri dan panas. Pikirannya seolah kalut entah karena apa. Hayam Wuruk hanya terus berjalan lurus ke depan dan masih menggenggam tangan Sudewi yang berada di belakangnya. Dia bahkan tak sadar bahwa langkahnya yang terlalu cepat kesulitan bagi Sudewi untuk mengikutinya hingga tampak tertatih.

"Kakang Prabu, kita akan ke mana?" pertanyaan Sudewi mengembalikan kesadaran Hayam Wuruk.

Dia menoleh ke arah Sudewi yang tampak terlihat takut saat menatap matanya. Ah ... dadanya kembali berdenyut nyeri. Hayam Wuruk membandingkan bagaimana tatapan Sudewi yang tampak berbinar dan bersahabat pada Sotor bukan padanya. "Kita ke mana?" alih-alih menjawab, Hayam Wuruk malah mengulang kembali pertanyaan Sudewi.

"Kita ke mana, kamu akan segera tahu, Sudewi."

Sudewi menahan pergelangan tangannya, sehingga membuat Hayam Wuruk memberikan tatapan tajam. "Hamba memang permaisuri dan istri Kakang Prabu, tetapi hamba mohon, bisakah Kakang Prabu melembutkan diri?"

Hayam Wuruk mengernyit. Perlahan dia mendekat hingga hanya berjarak sejengkal. "Melembutkan diri? Sadarkah kamu Sudewi, bahwa kamu terlampau berani meminta sesuatu padaku?" ucap Hayam Wuruk yang diakhiri dengan seringainya yang manis tapi menakutkan itu.

"Melembutkan diri ... mungkin ... akan aku pikirkan." Lalu dia kembali menggenggam Sudewi dan terus menariknya.

Setelah berjalan melewati beberapa paseban dan ruangan pribadi raja, mereka berdua sampai di Istana Timur yang salah satu ruangannya adalah kediaman khusus permaisuri. Sudewi sempat bingung ketika Hayam Wuruk justru membawanya pada 'kamarnya' bukan kediaman raja.

MATAHARI TERBELAH DI WILWATIKTA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang