37. Selir Rupini

660 83 22
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Sudewi dan Ibunda Tribhuana tampak syok dengan apa yang terjadi pada Selir Rupini. Saat ini selir yang berajah manis itu sedang ditangani oleh tabib. Wajahnya pias sekali. Semakin tampak mengenaskan karena bibir Selir Rupini kering dan pecah-pecah. Meski sedang terlelap, cekungan hitam di bawah matanya terlihat jelas.

"Mohon maaf Gusti Ibu Suri, Gusti Paduka Sori—" Sang Tabib menatap ragu pada Sudewi dan Tribhuana—sedikit-sedikit kepalanya tertunduk dan mengecap bibirnya beberapa kali. "—Selir Rupini mengalami keguguran. Namun, hamba tidak bisa memastikan berapa usia kandungan Selir Rupini, mengingat saat ini keadaannya tidak bisa untuk diajak bicara."

Hamil?!

Sudewi dan Tribhuana saling lirik. Sudewi bahkan berusaha mengendalikan raut wajahnya agar tampak tenang, meski kepalanya sedang menghitung dan mengingat-ingat selama beberapa bulan ini kapankah Hayam Wuruk tidak tidur bersamanya. Dia bertanya dan menjawabnya sendiri di dalam kepalanya.

Apakah pernah satu malam saja Hayam Wuruk tidak tidur bersamanya? Tidak pernah.

Ataukah Sang Sri Nata mendatangi Selir Rupini di waktu senggangnya di pagi, siang atau menjelang petang? Sudewi ragu. Tapi dia ingat dan paham betul bagaimana waktu-waktu yang dihabiskan oleh Hayam Wuruk yang lebih banyak untuk urusan pemerintahan atau sesekali datang mengunjungi Aji Rajanatha dan membawa putranya itu untuk ke tempat Sudewi.

"Periksa dengan teliti apa penyebab kegugurannya. Periksa dan perhatikan, apa saja yang biasanya dimakan dan diminum Selir Rupini, anda bisa menanyakan pada para emban yang selama ini bertugas melayani Selir Rupini." Suara Tribhuwana tegas saat menitahkan sang tabib.

"Hamba siap melaksanakan, Gusti Ibu Suri."

Tribhuwana mengangguk pada Sudewi—memberikan kode pada Sudewi agar segera meninggalkan kamar Selir Rupini. Sebelum berbalik dan mengikuti Ibunda Tribhuwana, Sudewi masih menatap iba pada Selir Rupini yang tergolek tak berdaya di atas ranjangnya, lalu berbalik mengikuti Ibunda Tribhuwana dan berjalan sedikit di belakang Tribhuwana. Tidak ada yang bisa memastikan apa yang terjadi sebelum bertemu Hayam Wuruk dan Selir Rupini sadar. Hanya dua orang itu yang bisa menjawab apa yang sedang ada di kepala Sudewi dan Tribhuwana.

***

Hayam Wuruk mendatangi tempat Tribhuwana dengan tergesa. Di belakangnya ada Mahapatih Gajah Mada yang ikut serta dalam pertemuan kali ini. Tribhuwana bergerak cepat dengan mengumpulkan Gajah Mada, Hayam Wuruk dan suaminya. Pertemuan kali ini hanya diikuti lima orang sebelum akan ditentukan apakah diperlukan rapat bersama anggota Dewan Sapta Prabu yang lain.

Tampak sekali sorot mata Hayam Wuruk yang menahan amarah. Sudewi tahu betul akan sorot mata itu, tetapi tidak tahu apa yang membuat Hayam Wuruk seperti ini. "Ananda Prabu ...." Tribhuwana belum sempat mengatakan apa pun, akan tetapi Hayam Wuruk segera menyela.

"Ini adalah pengkhianatan," ucap Hayam Wuruk tegas. Dia menatap Sudewi, mengunci pandangannya pada Sudewi masih dengan sorot mata yang tajam. "Saya tidak bisa mengatakan apa pun sampai Selir Rupini sadarkan diri. Jadi, marilah kita menunggu Selir Rupini saja."

MATAHARI TERBELAH DI WILWATIKTA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang