32. Peran

665 91 25
                                    

Malming gini Hayam Wuruk update lagi. Kayaknya biar malmingnya nggak terlalu kelabu, mari kita bermanis-manis ria.

***

Malam ini tepat saat bulan purnama muncul—tampak besar dengan sinarnya yang indah dan hangat. Semakin menambah syahdunya perjamuan malam di tempat Tumenggung Nala. Aneka makanan dan minuman tersaji, dan tak tanya itu saja, Tumenggung Nala bahkan mengadirkan pertunjukan wayang. Hayam Wuruk duduk ditemani Tumenggung Nala di sampingnya, sedangkan Sudewi ditemani Inu dan di belakangnya terdapat Bibi Padmi.

Sesekali Hayam Wuruk melirik ke arah Sudewi, memperhatikan permaisurinya yang malam ini terlibat lebih ... bebas. Binar matanya lebih cerah dan bibirnya sering mengulas senyum. Kadang Sudewi terlihat mengangguk-angguk sembari matanya menatap Inu yang sedang berbicara, entah apa yang dibicarakan keduanya, tapi yang Hayam Wuruk lihat, Sudewi terlihat akrab dengan Inu. Sejak kapan dan bagaimana?

"Sepertinya Inu mudah sekali dekat dengan orang baru, bahkan parameswariku, aku tak yakin bahwa Inu hanya gadis biasa, di mana kamu menemukannya?" tanya Hayam Wuruk sembari matanya tak beralih dari Sudewi dan Inu.

"Dia hanya gadis yang membantu persediaan obat-obatan untuk kebutuhan kesatuan wwang jaladhi kita Gusti Prabu. Dia murid dan juga asisten seorang acaraki yang terkenal di Lamajang."

Hayam Wuruk mengernyit. "Sepertinya ..., kamu mengenalnya dengan baik."

"Dia hanya bekerja untuk hamba, Gusti Prabu."

"Bagaimana kalau aku membawanya dan masuk ke dalam Kedaton?"

Tumenggung Nala sontak melebarkan matanya. Garis rahangnya tampak mengetat dan kaku. Namun, beberapa detik kemudian Hayam Wuruk justru terkekeh dengan respons Sang Tumenggung. "Apa kamu mengira dia akan menjadi selirku?"

"Ah—bukan begitu Gusti Prabu, maksud hamba ...,"

"Nyi Damayanti," ucap Hayam Wuruk menyebutkan sebuah nama yang lagi-lagi membuat Tumengung Nala hanya bisa diam. "Ingatlah akan nama itu dan apa yang aku sampaikan saat di pelabuhan siang tadi. Bahwa nama itulah yang menjadi penyebab kekacauan yang terjadi antara Wilwatikta dan Nan Sarunai. Tumenggung Nala, aku tidak melarangmu untuk dekat dengan gadis mana pun bahkan dia—" Hayam Wuruk mengedikkan dagunya ke arah Inu.

"Tapi ingatlah satu hal, pastikan bahwa Nyi Damayanti ditemukan terlebih dulu dan tuntaskan apa yang harus kalian selesaikan." Hayam Wuruk menghela napas panjang. "Karena membawa orang baru masuk ke dalam hidup kita yang masih tertaut di masa lalu, adalah hal yang menyedihkan." Sebenarnya dia mengatakan ini untuk dirinya sendiri.

"Bubat dan Nan Sarunai, terjadi hampir bersamaan. Entah apa yang akan terjadi pada Wilwatikta di masa mendatang. Dua-duanya disebabkan hal yang diluar jangkauanku. Dua-duanya terjadi dan dilakukan oleh dua orang kesatria besar dan hebat Wilwatikta. Jadi, pastikan bahwa langkahmu ke depan lebih berhati-hati.

Hayam Wuruk mengatakannya bukan sebagai ancaman. Bagaimanapun dua kejadian besar itu adalah catatan buruk bagi Wilwatikta, dan karena sebab itulah dia berada dan menemui Tumenggung Nala yang kini tampak menahan malu dan penyesalannya. Tak ada lagi percakapan di antara keduanya. Tumenggung Nala cenderung diam sedangkan Hayam Wuruk hanya menikmati tuaknya dan hiburan tari topeng. Namun, tatapnya masih tak teralih dari Sudewi.

Sedang Sudewi sendiri kali ini bisa bernapas lega setelah berkejaran dengan waktu. Para prajurit yang diutusnya sudah berangkat dan menyamar dengan bantuan Inu. Gadis itu banyak membantunya, tak hanya membuatkan penawar tapi juga melancarkan rencananya. "Gusti Paduka Sori bolehkah hamba mengatakan sesuatu?" tanya Inu dengan hati-hati.

"Silakan, kenapa kamu tampak ragu," balas Sudewi yang merasa sedikit heran pada Inu.

"Gusti Paduka Sori sangat baik hati, hamba berterima kasih pada Gusti Paduka Sori yang percaya pada hamba tentang ramuan itu dan—" Inu menggigit kecil sudut kanan bibirnya. "Hamba ingin memberikan sesuatu pada Gusti Paduka Sori."

MATAHARI TERBELAH DI WILWATIKTA (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang