Akhirnya bulan berganti dengan matahari begitu cepat menurut Lidya, semalaman Lidya tidak bisa tidur karena masih memikirkan nasibnya. Dia tidak takut jika dihukum dengan Papa dan Mamanya, tapi jika ketiga kakaknya sudah turun langsung itu berarti tidak ada kata ampun. Ketiganya bisa bersifat baik dan sadis secara bersamaan. Saat Lidya SMP dan ketiga kakaknya masih tinggal di rumahnya, Lidya sama sekali tidak bisa merasakan kebebasan. Jika ia telat 1 menit saat pulang sekolah, kakak keduanya akan langsung menghukumnya. Maka dari itu, Lidya sangat takut dengan Jane dan Jian yang selalu mendukung hukuman yang diberikan Jane ke Lidya. Berbeda dengan Rachel, dia sangat memanjakan adiknya jadi Lidya sagta dekat dengan Rachel. Namun Lidya tidak tau jika kakak ketiganya ini jika sudah marah dan kecewa, akan lebih galak dibanding kakak keduanya. Lidya semalaman hanya berdoa untuk ketiga kakaknya amnesia atau tiba-tiba mereka ada meeting di luar negri.
Saat ini Lidya pun bersiap-siap menggunakan seragamnya dan bersiap untuk sarapan. Lidya pun melihat semuanya sudah di ruang meja makan namun yang anehnya ketiga kakaknya tidak menggunakan baju formal melainkan baju rumahan. Lidya hanya berfikir mungkin mereka akan menggunakan baju formal setelah selesai makan
"Pagi semua" sapa Lidya sambil memundurkan kursinya untuk duduk di sampin Rachel
"Sekarang ada peraturan di rumah ini yang diubah ya Pa, Ma? Setau aku dulu kalo yang bungsu harus cium semua anggota keluarga sebelum kita sarapan. Apa udah diubah?" ucap Jane dengan nada datar
Lidya sadar dengan kesalahan pertamanya pun langsung beranjak dari tempat duduk dan langsung mencium pipi keluarganya dengan urutan Reynand, Linda, Jian, Jane dan terakhir Rose. Setela ia mencium semuanya, Lidya pun langsung kembali ke tempat dudukya
"Maaf ka, aku lupa" cicit Lidya
"Peraturan ini tetap kamu lakuin kan walapun kita ga ada di rumah?" tanya Jane
"Sering ka tapi biasanya setelah makan aku ciumnya" jawab Lidya sambil menunduk
"Peraturannya sebelum makan dan setelah pergi Lidya, jangan sampai lupa lagi"
"Iya ka" bisik Lidya
"Yaudah jangan berdebat, kita makan dulu. Siapa yang mau mimpin doa?"
"Lidya" jawab serempak Jian, Jane dan Rachel
Inilah nasib Lidya ketika ada kakaknya, dia tidak bisa menolak dan akan selalu menerima apa yang disuruh. Lidya pun hanya mengangguk dan langsung memimpin doa. Saat makanpun mereka hanya berdiam tanpa ada obrolan karena peraturan keluarga Radifan adalah saat makan tidak boleh berbicara dan berdebat, namanya ruang makan jadi yang bisa dilakukan adalah makan. Lidya pun mempercepat makannya karena ia masih menghindari obrolan semalam
"Papa selesai makan. Kalau kalian sudah selesai, langsung ke ruang tamu. Papa mau bicara" kata Reynand sambil memundurkan tampat duduknya
"Pa, Lidya mau berangkat sekolah bentar lagi telat" jawab Lidya
"Ngapain ke sekolah kalau kamu cuman ada di rooftop sampai akhir pelajaran?" ucap Reynand dengan nada datar
Lidya langsung mendapat tatapan tajam dari Mama serta ketiga kakaknya. Menurut Lidya mama serta kakaknya adalah induk singa dan anak-anak singa. Jika dibangunkan maka dirinya dalam bahaya. Ucapan dari Papanya mampu membuat induk serta anak singa bangun dari tidurnya.
"Papa udah izinin kamu Lidya untuk ga masuk hari ini. Kamu ganti baju selesai ini habis itu langsung ke ruang tamu" lanjut Reynand sambil meninggalkan ruang makan
Selesai makan Lidya pun langsung ke kamarnya untuk mengganti bajunya dengan baju rumahan. Saat ia turun dari tangga di sofa sudah terlihat Papa dan Mamanya duduk bersebelahan yang diapit dengan ketiga kakaknya. Lidya pun yang ingin duduk di sofa langsung diberhentikan oleh Jane
KAMU SEDANG MEMBACA
Affection (?)
Fiksi RemajaMenunjukkan rasa kasih sayang bisa dengan berbeda-beda cara ada yang menunjukkan secara langsung ataupun tidak langsung. Awalnya Lidya sangat menerima aturan-aturan dari kakaknya yang terkadang menurutnya berlebihan tapi karena semua berdasarkan den...