Part 51 - Trust

538 74 15
                                    


Saat ini mereka semua sedang di ruang tamu setelah menyelesaikan makan malamnya. Robert sedaritadi di sebelah Jian sambil menatap sikap Lidya yang berbeda. Benar kata Rachel kalau adiknya ini akan berbeda sifatnya jika di rumah. Sudah beberapa kali Jian menggoda Lidya namun ia hanya pasrah dan merengek, jika Jian adalah orang asing dan Lidya berada di tempat umum. Pasti Lidya akan menghajar orang itu habis-habisan.

Robert saat ini hanya bisa menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan oleh Opa, Oma, Papa dan Mama Jian yang menanyakan pekerjaannya dan kesibukkan mereka berdua. Ternyata memang keduanya menyempatkan waktu di saat mereka saling sibuk dan hal itu yang membuat orang tua di keluarga Radifan sangat kagum. Sedangkan Jane, Rachel dan Lidya hanya menyimak. Sesungguhnya si bungsu sudah bosan, ia ingin pergi ke kamar saja dibanding mendengar cerita romantis dan juga mengenai pekerjaan. Obrolan itu terlalu dewasa menurut Lidya.

"Ohiya sayang, tadi kamu bilang kalau Lidya anak abndel sama badgirl, kok kamu bisa tahu?" pertanyaan Jian membuat Lidya membulatkan matanya ke arah Robert, seakan itu adalah kode untuk Robert tidak memberitahukan kelakuan Lidya diluar

"Ahhh ituu.. Enghhh" jawab Robert dengan terbata karena ia masih bingung dengan kondisi Lidya, haruskah ia jujur atau bohong

"Anggap aja Lidyanya gaada di sini bang" kata Jane sambil menutup wajah Lidya dengan bantal

"Lidya kalau di luar memang ditakutin sama orang lain. Ya aku bilang dia badgirl atau bandel karena kerjaannya suka ribut sama geng lain" ujar Robert yang membuat semua orang menatap Lidya dan Lidya hanya bisa menundukkan wajahnya

"Tapiii, Lidya ngelakuin itu bukan karena sok jago tapi dia ngebantu orang-orang yang tertindas sama geng motor lain atau preman-preman. Kalau kamu ke pinggir jalan yang banyak jajanannya, pasti mereka semua kenal Lidya. Karena Lidya yang bantu mereka dari gangguan preman-preman di sana" jelas Robert agar tidak terjadi salah paham

"Tetep aja caranya salah" timpal Jane

"Iyaa bener, abang juga suka kok nasehatin Lidya buat ga pakai cara kekerasan makanya diganti jadi balapan motor. Biar yang kalah ga macem-macem lagi" jawab Robert yang membuat Lidya makin menunduk. Sepertinya Robert belum tahu betul sikap keluarganya, mungkin dari sisi Robert itu hal baik tapi bagi keluarganya itu jauh berbeda,

"Kamu suka ngelihat Lidya balapan?" tanya Jian dengan tatapan tajamnya

"Hemmm.. Nonton aja gapapa kan sayang?" Jawab Robert dengan kikuk

"Nggak! Awas aja kamu nonton balapan lagi" Jian menjawabnya dengan ketus

"Iya, iya. Aku ga akan nonton lagi, soalnya Ratu Balapnya juga lagi di sini, ga seru balapan kalau gaada Lidya" ucap Robert dengan entengnya

"Emang kamu sejago itu Lidya?" tanya Papa Reynand

"Lumayan" cicit Lidya karena ia masih takut dengantatapan keluarganya

"Udah gausah bahas balapan, pokoknya kalian berdua ga boleh nonton atau balapan. Awas aja!" ucap Jian dengan tegas yang membuat Robert dan Lidya takut.

Setelah perbincangan balapan, mereka fokus kembali dengan huibungan Jian dan juga Robert, akhirnya Robert izin apmit pulang karena sudah malam dan mereka harus melanjutkan aktivitasnya di esok hari. Keluarga Radifan pun sangat senang melihat anak pertama sekaligus cucu pertamanya sudah menunjukkan hubungan yang serius. Mereka tidak akan menuntut Robert dan Jian cepat-cepat untuk menikah, karena hubungan mereka juga masih 6 bulan. Setidaknya mereka tahu kalau Jian bisa membangun hubungan dengan orang lain dan bukan bekerja saja.

Keesokkan harinya keluarga Radifan mempunyai rutinitas seperti biasa. Para orang tua berada di rumah, ketiga kakaknya ada yang ke kantor ataupun bekerja di rumah dan Lidya yang pastinya sekolah. Di sekolah Lidya pun menjalani hari seperti biasanya, bertemu dengan teman-temannya dan bercanda yang membuat sekelas tertawa. Hari begitu cepat sampai akhirnya Lidya menuju mobil karena sudah jam pulang sekolah.

Affection (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang