Part 10 - Fans

813 58 6
                                    

Keesokkan paginya rutinitas di rumah Radifan seperti biasanya, mereka mengawali aktivitasnya dengan sarapan bersama. Setelah itu mereka langsung melanjutkan aktivitasnya masing-masing. Untuk saat ini Jian memutuskan kerja dari rumah dan jika ada yang urgent maka dia akan langsung ke kantor,. Berbeda dengan Jian, Jane ke kantor dari pagi sampai siang, karena dia memang harus bertemu dengan teamnya untuk melakukan meeting ataupun menggambar untuk karya-karyanya dan ia akan pulang di saat siang hari atau sore. Sedangkan Rachel, ia mengikuti jadwalnya saja sebagai penyanyi dan CEO di agencynya sendiri. Terkadang jadwalnya tidak bisa diatur seperti kedua kakaknya, karena jika berhubungan dengan media pasti ada saja kejadian yang mengharuskan ia ke kantor atau pergi menghadiri acara di luar negeri. Ketika ketiga kakaknya sedang bekerja, Lidya berkutat dengan soal-soal yang diberikan gurunya agar Lidya tetap mendapatkan nilai walaupun tidak masuk karena sakit. Inila jeniusnya Lidya, ia hanya perlu membaca singkat dan langsung bisa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan atau terkadang ia langsung membuka youtube untuk mengetahui cara mengerjakan tugasnya seperti apa.

Setelah belajar, Lidya langsung makan siang bersama Jian di ruang makan. Selesai makan siang, Jian mengajak Lidya ke ruang tamu untuk mengajak Lidya bersantai sebentar

"Dek, kakak semalem udah ngobrol sama Jane untuk hukuman kamu. Kita udah memutuskan untuk hukuman kamu akan kita kasih setelah kamu sembuh. Karena percuma kasih hukuman kamu sekarang, kamu aja buat gerak aja susah"

Ucapan Jian hanya direspon dengan anggukkan Lidya yang menatap Jian sebentar dan setelah itu menunduk. Jian hanya mengelus rambut Lidya sambil menatapanya

"Kamu mau lagi ngomong sesuatu?" Jian membuka suaranya kembali karena melihat adiknya yang hanya menunduk

"Enggak kak, aku ga bisa aksih respon apa-apa setelah kejadian kemarin. Perusahaan kakak gimana? Udah stabil kah?" tanya Lidya dengan muka yang masih menunjukkan kesedihannya

"Perusahaan kakak sedikit goyang tapi udah aman, jadi kamu fokus aja sama kesembuhan kamu sekarang. Dibanding ikut balapan, kamu gamau ikut olimpiade? Kemarin pas kakak telfon wali kelas kamu, dia katanya udah beberapa kali minta kamu wakilin sekolah dan gamau. Kenapa?"

"Aku suka belajar tapi aku ga suka ikut olimpiade. Waktunya bakal belajar terus kak, aku gabisa main lagi kalau udah ikut olimpiade" jawab Lidya dengan nada perlahan agar kakaknya tidak salah paham

"Jadi kamu maunya main aja gitu? Selain balapan kegiatan kamu apa aja?" Jian hanya ingin memahami sikap Lidya yang sekarang, ia tidak mau hanya menuduh atau menjudge Lidya

"Nggak gitu juga, aku biasanya ya main basket setelah belajar atau ya bantu-bantu orang dari organisasi geng motor aku. Hmmm sama aku suka bantu orang untuk foto-foto kak"

"Kamu bisa jadi fotografer?" Jian hanya mengerutkan dahinya saat adiknya berbicara mengenai aktivitas yang biasa ia lakukan. Memang Lidya sangat suka photography makanya setiap ia ulang tahun, biasanya Lidya meminta kamera atau perlengkapan lainnya seperti tripod ataupun lensa tapi Jian tidak tau kalau adiknya menjadi fotografer

"Hehehe iya kak, aku bikin kecil-kecilan aja kalau misalnya aku ada kerjaan nanti temen-temen aku yang bantu buat siapin alat-alatnya sama jadwal biar aku ga bentrok sama kegiatan sekolah" Lidya sedaritadi menceritakan hobbynya dengan senang karena baru kali ini dia menceritakan hal tersebut kepada kakaknya dan ternyata rasanya menyenangkan bercerita dengan kak Jian walaupun perbedaan umurnya sangat jauh

"Boleh kakak liat hasil foto-foto kamu? Kakak penasaran"

"Boleh dong kak, coba sini hape kakak. Hape aku gabisa buka sosmed soalnya"

Jian pun langsung memberikan handphonenya ke Lidya dan ia langsung mengetik username yang ia buat untuk mengumpulkan hasil foto-fotonya sebagai portofolio sebagai fotografer

Affection (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang