Dua tahun kemudian setelah kecelakaan Lidya
Pagi ini di kediaman keluarga Radifan seperti biasanya. Mama Linda dan Jane menyiapkan makanan untuk keluarganya. Sedangkan, Papa Reynand sudah ada di ruang makan sambil memegang handphonenya untuk melihat berita hari ini. Jian yang sudah bersiap-siap menggunakan baju formal pun langsung mencium kedua pipi Papanya serta mengarah ke dapur untuk menghampiri adik serta mamanya.
"Pagi Bundadari dan anaknya" teriak Jian sambil mengecpu kedua pipi Mama Linda serta Jane
"Haish pagi-pagi gini udah berisik" balas Jane dengan sinis
"Lagi PMS ya? Sensi bener" jawab Jian yang tidak mau kalah
"Haduh anak-anak mama ini masih pagi kok udah berantem. Adikmu belum bangun kak?" tanya Mama Linda dengan lembut
"Ini yang di sebelah mama siapa? Walaupun galak-galak gini, dia tetap adik aku" jawab Jian yang membuat Jane mengangkat tangannya untuk memukul Jian
"Bukan Jane sayang, bangunin gih. Nanti adekmu ngambek kalau makanannya habis" perintah mama Linda.
Jian pun langsung menghampiri kamar sang adik yang masih tertidur. Untungnya membanguni adiknya yang satu ini tidak ribet. Ia hanya perlu menepuk perlahan sampai bangun
"Chel, ayo bangun. Makanannya bakal dihabisin Jane kalau kamu ga bangun" bisik Jian sambil menggoyakngkan badan adiknya. Ini senjata Jian agar adiknya bangun
"Haish, bener-bener mak lampir itu ga sadar pipi. Makan terus" balas Rachel sambil ke kamar mandi
"Untung udah gue rekam kata-katanya. Nanti bakal ada pertandingan tinju lagi deh" monolog Jian sambil memaikan handphonenya.
Tidak memakan waktu lama, Rachel pun keluar dari kamar mandi dan bersiap-siap memakai baju formal karena ia harus ke kantor serta memakai make up yang natural.
"Ayok makan" Rachel mengajak Jian keluar kamar melewati kamar si bungsu yang masih tertutup.
Keduanya terhenti di kamar Lidya dan menatap pintunya sedikit lama
"Udah 2 tahun aja ya ka kejadian itu" ucap Rachel yang memecah keheningan keduanya
"Iya, kakak masih ga bisa lupain kejadian itu. Kejadian terburuk di keluarga ini" suara Jian bergetar dan Rachel langsung memeluk Jian agar tidak menangis.
Dengan cepat Jian langsung membuka pintu kamar Lidya
"Lidya Gabriella Radifan, ayok bangun. Kamu ada kuliah pagi kan! Gaada calon dokter yang malas" teriak Jian
"Adek sayang, bangun yuk" Rachel mencium seluruh wajah Lidya
"Eunghh.. Kakakk nanti aja adek bangunnya" Lidya langsung membalikkan badannya
"Janeeee.... Lidya ga mau bangun nih" teriak Jian yang membuat Lidya terbangun walaupun matanya tertutup
"Cepu banget sihh" jawab Lidya dengan suara seraknya
"Ayok bangun dan siap-siap adik penurut. Ingat kan janji adek yang harus nurut sama kita semua" kata Rachel dengan lembut.
Lidya pun hanya menganggukkan kepalanya dan membuka matanya langsung mengecup pipi Rachel serta Jian. ini adalah salah satu ritual pagi Lidya yang terbaru, siapapun yang membanguni Lidya harus ia cium walaupun nantinya ia akan mencium semua anggota keluarganya saat sebelum makan.
Setelah Lidya memasukki kamar mandi, Jian serta Rachel duduk di pinggir kasur Lidya sambil menatap pintu kamar mandi. Mereka langsung mengingat kejadian dua tahun lalu dimana Lidya sudah dipastikan oleh dokter kalau nyawanya tidak selamat. Namun, Tuhan memang baik dan rencanaNya selalu membuat para umat manusia terkagum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Affection (?)
Teen FictionMenunjukkan rasa kasih sayang bisa dengan berbeda-beda cara ada yang menunjukkan secara langsung ataupun tidak langsung. Awalnya Lidya sangat menerima aturan-aturan dari kakaknya yang terkadang menurutnya berlebihan tapi karena semua berdasarkan den...