Part 52 - Keras Kepala

548 68 3
                                    

Sudah seminggu Lidya berada di kamarnya, ia tidak boleh sekolah maupun keluar kamar. Lidya tidak mempunyai kegiatan apapun kecuali rebahan di kasur untuk menonton dan tidur. Hidupnya benar-benar membosankan, ketiga kakaknya serta Oma dan Mamanya pun hanya sesekali masuk ke kamarnya. Opa Frank dan Papa Reynand sama sekali tidak pernah mengunjungi Lidya sama sekali, jadi ia hanya bisa menerima hukuman yang sudah diberikan.

Hukuman yang diberikan bukan hanya itu, saat ini kamar Lidya pun dijaga oleh 2 orang bodyguard. Sejujurnya Lidya tidak tahu kalau ia dijaga sebegitu ketatnya sampai ia mau keluar kamar karena air minum di kamarnya sudah habis. Di saat ia keluar ada 2 bodyguard yang sudah menjaga kamarnya. Tidak ada jalan keluar untuk Lidya kabur, balkon di kamarnya sudah dikunci dan ingin keluar kamar ada 2 bodguard yang menjaganya 24 jam. Hidupnya benar-benar terkurung.

"Arrrrrghhhhhhhhhhh.. Bosan bangett anjirrrrr" teriak Lidya yang sudah frustasi karena ia sudah menonton series dan film berkali-kali tapi rasa bosannya tidak hilang

"Ceklekkkk"

"Permisi Non Lidya, ada apa teriak? Apa ada yang bisa dibantu?" Rini si bodyguard yang berada di luar pun kaget karena Lidya yang berteriak kencang, ia takut jika Lidya macam-macam di kamarnya.

Rini adalah salah satu bodyguard pilihan Opa Frank yang harus menemani Lidya selama 24 jam. Sebenarnya, Opa Frank ingin memilih bodyguard pria namun Oma Adel dan Mama Linda lebih menginginkan bodyguard wanita supaya Lidya tidak risih dengan keberadaan bodyguard yang ada di sampingnya.

"Gue bosen tantee" jawab Lidya yang melengkungkan bibirnya

Rini yang sedari awal tidak pernah berkomunikasi secara langsung dengan Lidya secara langsung pun merasa gemas dengan anak ini.

"Sopankah dengan yang lebih tua ngomong gue lo?" tanya Jane yang sudah masuk ke kamar Lidya sambil menatap tajam adiknya

"Maaf kak Jane.. Maaf, tante namanya siapa?" tanya Lidya dengan melembutkan nadanya

"Nama saya Rini, Non" jawab Rini

"Salam kenal tante Rini, maaf tadi Lidya ngomongnya ga sopan" Lidya langsung membungkukkan badannya biar terlihat lebih sopan

"Enghhh.. Iyaa, gapapa Non. saya permisi keluar dulu ya, kalau Non Lidya butuh bantuan. Bisa panggil saya aja ya Non" kata Rini dengan sopan

"Iya, makasih tante" ucapan LIdya membuat Roy pamit undur diri dari kamarnya dan meninggalkan Lidya dengan Jane

"Kenapa teriak-teriak, hm?" tanya Jane dengan tatapan tajamnya

"Adek bosan kakak" jawab Lidya sambil merengek

"Yaudah ayok tidur aja" Jane menidurkan badannya di samping Lidya sambil memeluk lidya dengan erat agar Lidya bisa tertidur di sampingnya

"Kakak, adek udah tidur berapa kali daritadi. Adek bosen banget" rengek Lidya

"Yaudah kamu mau ngapain?" tanya Jane sambil menepuk perut Lidya yang saat ini lebih berisi dari sebelumnya

"Adek mau keluar kamar, adek mau ke taman, adek mau sekolah, adek gamau di kamar doang kakak"adu Lidya yang sudah merasa bosan

"Maaf, kakak ga bisa kabulin itu. Tidur aja yuk, kakak juga ngantuk" ucap Jane sambil mengelus punggung dan perut Lidya agar ia nyaman serta ngantuk

"Agh, kakak nyebelin. Orang mau keluar malah disuruh tidur" teriak Lidya sambil mengambil gulingya dengan kasar dan menutup wajahnya

"Kenapa kamu sering teriak akhir-akhir ini?" tanya Jane dengan nada yang tajam

"Aku ngomong lembut pun ga bikin kalian izinin aku keluar kamar. Aku ngomong lembut pun ga bikin kalian percaya sama aku, jadi buat apa aku ngomong lembut? Mending aku teriak aja, siapa tahu kalian dengerin omongan aku" jawab Lidya yang sudah menggunakan kata "Aku" karena dirinya sudah terlalu kesal

Affection (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang