Sudah 3 hari Lidya berada di ruangan VVIP rumah sakit, badannya masih terasa lemas dan tidak nafsu makan. Alhasil badan Lidya sekarang memang kembai seperti awal, Jane yang melihat badan Lidya yang kembali kurus pun semakin sebal karena ia sudah susah payah membuat Lidya makin berisi tapi bisa kembali kurus dengan jangka waktu yang pendek
"Ayoo dimakan lagi, dari kemarin kamu ga pernah lho habisin makanannya. Padahal yang kamu makan cuman bubur atau mashed potato lho dek" Jane masih menyuapi Lidya makan siangnya
"Udah kenyang kak, adek bener-bener ga nafsu makan. Buahnya nanti adek habisin" balas Lidya
"Nggak, hari ini kamu harus habisin bubur sama lauknya. Inget kata dokter kemarin gak? Habisin makanannya. Katanya mau sehat tapi makan aja ga habis" ucap Jane dengan tegas
Lidya hanya bisa menghela nafas sambil mengunyah makanan yang Jane berikan. Suapan demi suapan pun diterima oleh Lidya supaya kakaknya satu itu tidak kembali mengomel
"Naiizzz, akhirnya habis juga makanannya. Ini buahnya juga dimakan. Nanti snacknya juga harus dihabisin" ujar Jane
"Aku usahain ya kak" jawab Lidya
"Harus dihabisin adek, ga liat apa kalo kak Jane mukanya udah sedih banget gara-gara badan kamu kurusan" Rachel menyentuh pipi adiknya yang sekarang agak tirus
"Iyaa, nanti dihabisin tapi adek boleh gak keluar dari kamar ini? Sekedar ke taman aja, adek bosen di kamar" ucapan Lidya berhasil membuat ketiga kakaknya menatap tajam
"Dokter cuman ngizinin kamu turun dari kasur buat ke toilet doang Lidya, kamu belum boleh kemana-mana dulu" kata Jian dengan tegas
"Tapi kan ini ga jalan kakak, pake kursi roda juga gapapa" bisik Lidya
"Nanti tanya suster atau dokter aja, habis ini dokter Farren harusnya ke sini. Kamu bisa tanya dokter dan inget kalau dokter bilang ga boleh. Kamu harus ikutin kata dokternya" ujar Rachel sambil mengelus kepala si bungsu
Lidya kembali menganggukkan kepalanya sambil memegang remote tv. Sudah menjadi rutinitas si bungsu, setelah makan ia akan sebentar menonton TV walaupun berujung dengan ketiduran. Saat Lidya ketiduran, dokter Farren pun datang untuk melakukan check up
"Cekllek" bunyi pintu ruangan kamar Lidya
"Sore semuanya, maaf baru bisa check up sore ini. Lidyanya masih tidur ya, mau dicheck sekarang apa dibangunin dulu?" tanya dokter Farren
"Halo dokter, kita bangunin aja ya. Lidya udah tidur daritadi kok" kata Jane sambil menghampiri Lidya dan membangunkannya dengan lembut
"Eunghh" Lidya sudah membuka matanya dan mengeluarkan suaranya sedikit
"Hai Lidya, maaf ya udah ganggu tidurnya. Saya periksa dulu ya" dokter Farrren langsung mengeluarkan stetoskopnya dan memeriksa badan Lidya dengan seksama
"Gimana dok keadaan Lidya?" tanya Jian
"Keadaannya masih sama belum ada perubahan, saya juga dapat laporan kalau Lidya tidak menghabiskan makanannya beberapa hari ini. Saya sarankan Lidya harus lebih banyak makan dan minum air putih biar cepat pulih. Sedikit dipaksakan gapapa, gamau di rumah sakit lama-lama kan Lidya?" tanya dokter Farren
"Gamau dok, mau cepet pulang sama lepas infus ini" Lidya mengangkat tangannya yang sedang diinfus
"Kalau mau sehat dan lepas infus, harus lebih banyak makan, minum air putih dan istirahat ya. Orang yang mengalami tipes bisa lho dirawat sampai 2 minggu, jadi kamu harus denger kata dokter ya" kata dokter Farren
"Okay dok, Lidya pengen nanya. Boleh ga Lidya ke taman pakai kursi roda, di kamar terus bosan" ucap Lidya
"Lidya, karena keadaan kamu masih kayak gini. Saya ngelarang kamu buat keluar-keluar apalagi turun kasur, cukup ke kamar mandi aja kamu boleh turun dari kasur ini. Kalau keadaan kamu udah membaik, kamu baru boleh ke taman. Okay?" dokter Farren kembali menggunakan nada tegasnya agar Lidya tidak keras kepala
"Denger kata dokter Farren kan Lidya Gabriella Radifan?" ucap Jian
"Iya denger kak" balas Lidya dengan nada lemas
"Yaudah kalau gitu, nanti kita check darah lagi ya Lidya dan tolong diperhatikan lagi istirahat, makan dan minumnya ya. Saya izin pamit dulu" dokter Farren langsung meninggalkan ruangan Lidya
"Baik dok, terima kasih" ketiga kakak Lidya langsung menjawab serempak dan memberikan senyum kepada dokter Farren serta suster yang sudah memeriksa Lidya
"Kamu makan dulu snacknya, ini dihabisin ya Lidya dan gaada penawaran" Jian langsung memberikan snack yang disediakan dari rumah sakit untuk Lidya
Lidya hanya mengambil snakcnya dan langsung memasukkan ke mulutnya secara perlahan, untung snack hari ini cukup membuat Lidya senang yaitu pudding dan juice. Selesai Lidya memakan snacknya, Rena dan Auora datang membawa makanan Lidya dan ketiga kakaknya
"Cekllek" bunyi pintu ruangan kamar Lidya
"Haloo Lidyaa, udah enakkkan badannya?" Rena langsung datang menampiri Lidya sambil meletakkan buah di meja sebelah kasur Lidya
"Masih lemes kayak kemarin kak hehe, makasih ka makanannya" kata Lidya
"Lidya betah di rumah sakit kayaknya, jadi belum sehat-sehat" ucap Jane dengan ketus
"Kenapa gitu kak?" tanya Aurora
"Omelin tuh Ra, dia makannya ga habis terus. Padahal dokter selalu bilang makan harus habis" ucap Jian
"Udah gitu bukannya istirahat malah mau izin ke taman karna bosan" timpal Rachel
Aurora sudah menatap tajam Lidya yang membuat Lidya menundukkan kepalanya dan memainkan jarinya karena gugup
"Bener Lid?" tanya Aurora menggunakan nada datarnya
"Bukan kayak gitu Ra, emang perutnya gabisa dimasukkin banyak makanan" jawab Lidya
"Dengerin kata dokternya Lid, habisin makanannya dan jangan aneh-aneh deh buat keluar kamar. Besok anak-anak bakal kesini, kalau bosan kita main aja di kamar. Jangan ngelakuin aneh-aneh dulu" kata Aurora
"Iya" Lidya hanya menjawab singkat
"Lidya masih belom boleh makan dari luar Jane?" tanya Rena
"Belum, ini masih dikontrol dari rumah sakit. Kalau udah boleh mah, aku bawain tuh makanan dari rumah. Ga bisa aku liat Lidya badannya sekurus itu" jawab Jane
"Lidya cepat sembuh ya nanti kalo udah sembuh kak Rena jajanin kamu sepuasnya" ujar Rena
"Makasih ya kak Rena" Lidya yang badannya masih lemas pun hanya bisa merespon seadanya
Setelah berbincang beberapa jam, akhirnya memasukkin jam Lidya untuk makan malam. Jika biasanya diawasi dengan ketiga kakaknya atau orang tuanya, saat ini Lidya harus diawasi oleh ketiga kakaknya ditambah Rena dan juga Aurora. Jane yang menyuapi Lidya pun harus bersabar karena untuk makan Lidya memang membutuhkan waktu yang lama dan memang harus dipaksakkan. Ruangan itu pun penuh tatapan tajam jika Lidya ingin memberhentikan makanannya
"Jangan dilama-lamain makannya Lid. Dihabisin ayok makanannya" kata Aurora
"Sabar Ra, emang beneran ga nafsu" Lidya lanjut mengunyah makanannya
Akhirnya Lidya pun menyelesaikan makanannya dan baru hari ini dia bisa menghabiskan semua makanannya. Memang the power of tatapan tajam di ruangan tersebut, mampu membuat perut Lidya menerima makanannya. Selesai Lidya makan pun, Rena dan Aurora izin pulang karena sudah malam. Di ruangan tersebut memang menyisakan Jian, Jane dan Lidya karena Rachel tiba-tiba harus ke kantor karena ada urusan penting
"Besok kakak mau keluar, kamu mau nitip sesuatu biar ga bosan?" tanya Jane
"Adek mau minta buku aja kak, buku apa aja boleh fiksi atau non. Adek pengen baca" kata Lidya
"Yaudh nanti kakak bawain, sekarang kamu tidur ya. Biar cuman seminggu aja di rumah sakit, jangan kelamaan" balas Jane
"Okay ka. Good night" Lidya langsung mengecup pipi kedua kakanya tanpa aba-aba dan langsung memejamkan matanya
"Kalo sakit gini ternyata lebih sweet ya anaknya" ucap Jian yang disambut ketawa oleh Jane
KAMU SEDANG MEMBACA
Affection (?)
Teen FictionMenunjukkan rasa kasih sayang bisa dengan berbeda-beda cara ada yang menunjukkan secara langsung ataupun tidak langsung. Awalnya Lidya sangat menerima aturan-aturan dari kakaknya yang terkadang menurutnya berlebihan tapi karena semua berdasarkan den...