Setelah kejadian Rena menghukum Lidya dan teman-temannya, kehidupan Aurora pun berubah. Ia tidak sebebas dulu bahkan untuk keluar rumah hanya bisa ke sekolah dak ke rumah Lidya yang ditemani oleh Rena. Rena paham kalau adiknya pasti bosan jika harus di rumah dan hanya belajar, hape serta laptop Aurora memang sedang disita oleh kakaknya. Jadi hiburan Aurora hanyalah televisi dan ke rumah Lidya. Rena juga beberapa kali membiarkan Aurora untuk bermain dengan teman-temannya di rumah Lidya. Lidya dan teman-temannya sekarang ini sudah terbiasa jika mereka harus berbincang dan diawasi oleh Rena serta ketiga kakaknya Lidya. Bahkan Lidya menjadi guru private Aurora, karena dia memang tidak sepintar Lidya dan beberapa nilainya sangatlah turun karena saat Lidya tidak masuk, Aurora tidak mendapat contekkan dari siapapun. Aurora serta Lidya sudah harus terbiasa ketika Jane dan Rena berdiri di belakang mereka untuk melihat adiknya belajar. Akhirnya 2 bulan pun berlalu, gips Lidya sudah bisa dilepas dan dinyatakan oleh dokter sembuh. Namun untuk ketiga kakaknya, Lidya tetaplah masih harus dipantau di rumah. Dari hari pertama pelepasan gips, Lidya langsung bertanya ke dokter apakah dia sudah boleh ke sekolah dan melakukan aktivitas. Jawaban sang dokter membuat ketiga kakaknya mendecak kesal, karena dokter mengatakan boleh namun tidak boleh melakukan aktivitas berat karena Lidya juga harus masih belajar berjalan normal. Untuk bagian Lidya boleh sekolah, ketiga kakaknya pura-pura tidak mendengar namun di bagian tidak boleh beraktivitas bera, mereka sangat mendengarkan. Rayuan demi rayuan dikeluarkan oleh Lidya agar ia bisa sekolah kembali.
Seperti saat ini, Lidya sedang mengikuti ketiga kakaknya kemana saja. Ia selalu merayu untuk diperbolehkan sekolah
"Kakak kakak kesayangan aku, please banget. Aku mau sekolah kayak dulu, aku bosan belajar di rumah" Lidya dengan rengekkan merayu ketiga kakaknya
"Untuk sementara, kamu di rumah dulu. kakak belum bisa mastiin kapan kamu masuk sekolah" jawab Jian dengan tegas
"Aku udah 2 bulan di rumah terus, pleaseee" rengek Lidya sambil duduk di atas karpet seperti bayi yang meminta mainan
"Lidya Gabriella Radifan, denger kata kak Jian. Sekarang ini kamu di rumah dulu, nanti kita bakal rundingin lagi kapan kamu bisa masuk sekolah" tegas Jane kepada Lidya
"Maaf, aku cuman mau kayak kalian aja yang bisa sekolah normal" bisik Lidya sambil menunduk
"Kita bisa sekolah normal karena tingkah laku kita juga normal Lidya. Apa kamu pernah denger dari papa mama pas sekolah kita itu ke bar, balapan dan merokok?" Rachel berbicara dengan tegas yang membuat si bungsu makin takut. Pasalnya, jika kakak ketiganya sudah berbicara ketus berarti kesalahannya memang tidak bisa ditolerir.
"Aku minta maaf kak Rachel. Yaudah aku ke kamar dulu" Lidya langsung berjalan ke kamarnya dengan lemas. Ia tau meluluhkan ketiga hati kakaknya memang pasti susah.
Melihat adiknya seperti itu Jian, Jane dan Rachel akhirnya membicarakan mengenai Lidya yang boleh sekolah umum kembali atau tidak. Setelah beberapa jam mereka berbincang, akhirnya mereka sudah memutuskan dan langsung ingin membicarakknya ke Lidya. Mereka langsung masuk ke kamarnya karena sudah pintu sudah diketuk beberapa kali namun Lidya tidak ada suara untuk mengizinkan mereka masuk. Setelah masuk, mereka langsung melihat Lidya sedang duduk di kasur sambil menggunakan headset dan menonton sesuatu di laptop. Ketiga kakaknya langsung mengintip apa yang ditonton. Lidya memang sedang menonton moto gp dengan serius
"Nonton balapan sampe serius gitu hm?" Jane melepaskan headset Lidya dan melembutkan suaranya namun tegas yang membuat Lidya makin takut
"Aku cuman nonton aja kak, karena aku emang suka" cicit Lidya sambil mematikan siaran langsung moto gp nya
"Aku jadi makin ragu buat kamu sekolah umum kalau kamu masih gini" kata Jian dengan tegas
"Kakak, aku emang suka nonton ini. Apa ga boleh juga?" tanya Lidya
KAMU SEDANG MEMBACA
Affection (?)
Teen FictionMenunjukkan rasa kasih sayang bisa dengan berbeda-beda cara ada yang menunjukkan secara langsung ataupun tidak langsung. Awalnya Lidya sangat menerima aturan-aturan dari kakaknya yang terkadang menurutnya berlebihan tapi karena semua berdasarkan den...