Beberapa hari setelah Lidya dan ketiga kakaknya berbaikkan, mereka melakukan rutinitas seperti biasanya. Namun saat ini Lidya mempunyai aktivitas tambahan yaitu setelah pulang sekolah ia ada tambahan jam pelajaran untuk mengikuti olimpiade Matematika. Seperti peraturan yang sudah dibuat oleh ketiga kakaknya, Lidya harus mengikuti salah satu olimpiade supaya bisa bersekolah dengan normal. Akhirnya, Lidya memutuskan untuk mengikuti Olimpiade math.
Di saat ia belajar untuk olimpiade, teman-teman Lidya pun menunggunya di lapangan basket termasuk Aurora. Ia sekarang sudah diberi kebebasan sedikit oleh kayak-kakaknya. Cerita Lidya mengenai team photographynya membuat Rena luluh dengan tingkah laku adiknya. Ia sekarang sudah boleh pulang terlambat asal bermainnya dengan Lidya, walaupun ia hanya menunggu Lidya sambil bermain basket dengan ketiga temannya itu pun tidak masalah. Asalkan Aurora jujur kepada kakaknya.
Setelah beberapa jam mereka main basket, akhirnya Lidya pun menghampiri mereka dengan wajah yang lelah
"Muka lo kenapa ditekuk gitu?" Rico langsung mengelus kepala Lidya dengan lembut karena ia peka kalau Lidya sangatlah lelah
"Capek banget, otak gue mau meledak huhh" Lidya hanya menyenderkan kepalanya ke pundak Rico
"Yaudah lo mau ngapain dulu sebelum pulang? Biar otaknya agak fresh" tanya Rafael
"Hmmm sebenernya gue lagi pengen makan mie indomie pedes sama kornet telor, nyam nyam nyamm" Lidya mengecap lidahnya karena sudah terbayang dengan indomie yang ia ingin santap
"Wah warkop sabi sih, tapi lo boleh ga sama kakak lo makan gituan?" kata Rafael
"Ya pasti ga boleh tapi karena mereka gatau ya harusnya ga marah. Ayokk makan mie, gue udah ga makan mie dari beberapa bulan yang lalu" rengek Lidya
"Kok bisa ga makan mie? Emang di rumah ga makan?" tanya Erick
"Boro-boro Rick, lo kalo check di lemari makanan gue mana ada mie. Adanya sayur, keripik-keripik sehat, buah. Pokoknya sheat-sehat deh. Ayokk makan mie please"Lidya semakin merengek karena teman-temannya masih belum setuju kalau ia makan mie
"Yaudah kita makan mie, asal lo bilang bang Rico, bang Rafael, bang Erick, ka Aurora makan mie yukk. Nah kalo lo ngomomng gitu kita baru makan mie" goda Rafael ke Lidya yang membuat Lidya makin mendengus sebal
"Bang Rico, Bang Rafael, Bang Erick, Ka Aurora, makan mie yukk. Pleaseee" Lidya menggunakan senyuman lebarnya yang membuat mereka langsung ikut tersenyum
"Hayukk gas ke warkop" kata Rico yang disusul oleh Lidya dan teman-temannya
Mereka pun langsung ke warkop dan menyantap makanan yang sudah mereka pesan. Mereka smeua memesan indomie goreng beserta telor dadan dan juga kornet. Terkhusus Lidya, karena ia sudah lama tidak memakan indomie dia langsung memesan double dan ditambah cabe serta sambal yang membuat mienya makin pedas. Terlihat wajah Lidya yang berkeringat serta hidung dan bibirnya yang juga merah. Setelah makan pun mereka langsung pulang karena takut kemalaman.
Sesampai di rumah, Lidya langsung masuk kamar dan mandi. Ia menunggu ketiga kakaknya pulang untuk makan malam. Sewaktu menunggu ketiga kakaknya pulang, Lidya sudah merasakan perutnya yang sakit namun ia masih bisa tahan. Sampai akhirnya pas mereka semua makan malam, Lidya sudah tidak bisa menahan sakit perutnya
"Kak, aku ke kamar mandi dulu ya. Udah ga kuat" Lidya langsung berlari ke kamarnya untuk menuju ke kamar mandi. Selesai selesai, ia langsung ingin keluar kamar mandi namun perutnya tiba-tiba sakit lagi dan akhirnya ia kembali ke closet kamar mandi untuk bab. Sudah sejam lebih Lidya tidak kembali ke ruang makan, itu membuat ketiga kakaknya bingung kenapa Lidya tidak menyelesaikan makanannya. Karena rasa penasaran, ketiga kakaknya pun ke kamar Lidya
"Dek, kamu masih di kamar mandi?" tanya Jian
"Masih kak, perut aku sakit banget" lirih Lidya dari dalam kamar mandi
"Kamu udah sejam lebih lho di kamar mandi, kamu bab biasa apa gimana?" kata Jane yang sedikit panik
"Kayaknya aku diare kak, ini udah 6x aku bab. Sakit banget kak" Lidya langsung memflush closetnya dan langsung keluar dari kamar mandi. Wajahnya sudah pucat, badannya lemas dan berkeringat
"Kamu habis makan apa? Kok bisa kayak gini?" ucap Rachel
"Makan bekal kakak doang kok" Lidya sengaja berbohon karena ia takut kakaknya semakin marah karena tau ia makan mie instant
"Apa kakak perlu tanya Aurora kamu makan apa aja di sekolah?" Jane langsung mengambil handphonenya untuk menghubungi Rena
"Jangan kaa..." lirih Lidya
"Jujur kamu makan apa? Jane tolong hubungin dokter Samuel untuk kesini supaya Lidya bisa cepet diperiksa" perintah Jian ke Jane
"Aku tadi makan mie instant pedes di warkop" cicit Lidya sambil meringkukkan badannya di kasur
"Whaatttt??!! Kamu makan mie instant??! Bukannya kita udah bilang kamu ga boleh makan mie instant lagi??!!! Teriak Rachel yang sudah kesal dengan tingkah laku si bungsu
"Tadi aku pusing banget belajar terus pengen mie, jadi aku makan mie. Maaf..." Lidya hanya bisa berbisik karena badannya sudah lemas
"Aku udah hubungin dokter Sam, kamu kenapa teriak-teriak Chel?" Jane melembutkan nadanya
"Tuh adik kakak, dia makan mie instant pedes di warkop dan langsung diare. Ga ada kapok-kapoknya" ucap Rachel
"Kamu tau kan kalau lambung kamu suka bermasalah, kenapa makan mie?" tanya Jane
"Aku lagi kepengen kak" cicit Lidya
"Makannya satu atau dua?" kata Jian
"Aku makan double sama kornet dan telur dadar. Enak banget kak" jawab Lidya dengan semangat walaupun badannya masih lemas
"Diarenya juga enak gak?" ucap Jane
Lidya pun hanya menggelenggkan kepalanya karena badannya sudah lemas dan perutnya sangat sakit. Ia pun sebenarnya hanya ingin tertidur namun lagi-lagi perutnya beraksi dan ia pun langsung berlari ke kamar mandi karena ingin bab. Dokter Sam pun tiba, ia langsung memeriksa Lidya di depan ketiga kakaknya
"Lidya salah makan dan mungkin dia makan di tempat yang tidak bersih, jadi menyebabkan diare. Saya akan kasih obat dan suntikkan, kalau nanti Lidya deman dan perutnya masih sakit. Tolong dibawa ke rumah sakit saja, kita harus periksa apakah Lidya terkena infeksi atau virus" dokter Sam langsung menjelaskan penyakit Lidya
Lidya yang mendengat suntikkan pun langsung ketakutan dan melihat ketiga kakaknya, ia memohon untuk tidak disuntik namun ketiga kakaknya hanya memegang tangan dan kaki Lidya agar tidak bergerak saat disuntik. Setelah disuntik pun Lidya langsung menangis keras, pasalnya Lidya memang sangat takut dengan jarum suntik. Setelah dokter Sam keluar kamar, ketiga kakak Lidya pun hanya menatap Lidya yang masih menangis dan memeluk gulingnya
"Hikss hikks pada jahat nyuntik nyuntik huhuhu mau papa mama aja hikss" Lidya memeluk gulingnya dengan erat
"Udah udah jangan nangis, nanti makin demam. Udah tidur aja" ucap Jian dengan lembut dan mengelus kepala adiknya
"Perutnya sakit kak, elus perutnyaa" Lidya langsung mode manja ketika sedang sakit. Tanpa aba-aba pun Jian langsung naik ke kasur Lidya untuk mengelus perut Lidya, Jane langsung mengelus kepala dan punggung Lidya agar segera tidur sedangkan Rachel, ia memilih untuk mengelus kaki adiknya supaya ia bisa tidur dengan lelap. Setelah beberapa menit pun, Lidya langsung tertidur lelap dengan dengkuran kecil
"Anaknya emang suka banget dihukum kayaknya kak" ucap Jane dengan senyuman
"Yaudah besok aja kita omongin, sekalian kita tanya sama temen-temennya juga kenapa bisa Lidya makan mie" balas Jian sambil mengelus perut Lidya dan mencium keningnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Affection (?)
Teen FictionMenunjukkan rasa kasih sayang bisa dengan berbeda-beda cara ada yang menunjukkan secara langsung ataupun tidak langsung. Awalnya Lidya sangat menerima aturan-aturan dari kakaknya yang terkadang menurutnya berlebihan tapi karena semua berdasarkan den...