Saat ini Lidya dan teman-temannya sedang menjalani hukumannya di sekolah. Mereka sedang berada di aula sekolah untuk menerima hukuman dari kepala sekolah. Mereka harus membersihkan dan mengecat gedung aula yang baru saja direnovasi.
"Ini sekolah udah mau bangkrut apa gimana sih? Masa beresin ginian nyuruh anak murid" keluh Erick yang wajah serta badannya dipenuhi warna cat bercampur dengan keringat yang menetes deras karena di dalam ruangan tidak ada ac ataupun kipas, hanya ada henbusan angin dari jendela
"Enak aja, ini sekolah bapak gue. Lo doain keluarga gue bangkrut?" timpal Lidya sambil melempar Erick dengan kertas koran yang seharusnya untuk melindungi lantai agar tidak terkena cat
"Haiya maaf, gue lupa. Anak pemilik sekolah aja ada di sini" Erick hanya terkekeh melihat muka Lidya yang sudah cemberut
"Lagian, ini juga salah lo Rick. Lo kenapa lempar tuh bola ke kepala guru" balas Rico dengan nada sebal
"Ya namanya juga kaget, pasti ga sengaja dong Rico. Gue bener-bener refleks" Erick fokus melanjutkan aktivitas mengecatnya sambil berbciara dengan teman-temannya
"Besok=besok refleks lu diganti kek, jangan ngelempar barang gitu. Ngelempar duit kek" kata Aurora sambil terkekeh
"Gue mau sih kayak gitu, tapi gue ga punya duit. Moon maap aja nih" celotehan Erick membuat teman-temannya tertawa
Setelah pembicaraan tersebut, mereka pun melanjutkan aktivitas mengecatnya tanpa suara dan hanya terdengar alunan musik di handphone Lidya yang sengaja ia pasang agar tidak sunyi dan lebih bersemangat saja.
"Lidya, gue dapet info nih kalau ada yang ngadain balapan tapi harus perizinan dari wali. Lo ga mau coba?" tanya Rico yang memcah suasana hening
"Lo kayak ga kenal keluarga gue deh Co. Yang ada tuh arena balap sama kakak gue udah langsung dijadiin tanah rata kalo tahu gue balapan" jawab Lidya
"Bener sih, walaupun kakaknya Lidya gak segalak dulu tapi kalau masalah balapan, gue yakin mereka bakal ngelarang" balas Aurora
"Ya dicoba dulu ga sih? Kalo kata lagu mah You'll never know if you never try" jawab Erick dengan percaya dirinya
"Tapi kalau sama kakak gue I know even you never try" jawaban Lidya membuat seluruh temannya tertawa
"Coba dulu aja Lid, gaada salahnya untuk nyoba" timpal Aurora
"Okay, nanti gue coba deh. Kebetulan, keluarga gue hari ini ngumpul juga" ujar Lidya sambil melanjutkan hukumannya.
Setelah mereka menyelesaikan hukuman yang sebenarnya tidak selesai karena aula sangat besar dan mereka tiodak sanggup menyelesaikan hari ini. Maka Lidya dan teman-temannya meminta izin ke kepala sekolah untuk pulang dan meneruskannya esok hari. Kepala sekolah sangat senang karena hasil karya anak muridnya tidak kalah seperti tukang bangunan yang ia pesan dan terlihat lebih rapi walaupun baru setengah.
Lidya pun dengan tenaga yang tersisa masuk ke dalam mobil dan memejamkan matanya. Untungnya saat ini ia membawa supir, kalau harus menyetir kendaraan mungkin Lidya sudah tidak sanggup. Sesampai di apartement Jane, Lidya langsung masuk dan melihat keluarganya yang sedang di ruang tamu.
"Lidya pulangg" teriak Lidya yang membuat keluarganya langsung menengok ke arahnya dan hanya bisa tersenyum melihat Lidya yang wajah dan badannya sudah kotor
"Astagah anak mama kayak tukang bangunan. Langsung mandi sana" perintah Mama Linda dengan wajah yang heran karena anaknya tidak seperti anak sekolahan
"Nih ruangan langsung bau cat" timpal Jian
"Ishh menyebalkan.. Lidya ke kamar dulu" Lidya langsung ke arah kamarnya.
Tanpa waktu lama, Lidya membersihkan badannya serta bersiap-siap untuk makan malam bersama keluarganya. Hari ini, ia sangat rindu dengan masakkan Mamanya serta Kakaknya. Kalau menurut Lidya, ini adalah duo maut untuk memasak makanan enak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Affection (?)
Novela JuvenilMenunjukkan rasa kasih sayang bisa dengan berbeda-beda cara ada yang menunjukkan secara langsung ataupun tidak langsung. Awalnya Lidya sangat menerima aturan-aturan dari kakaknya yang terkadang menurutnya berlebihan tapi karena semua berdasarkan den...