Part 45 - Terkurung

689 85 11
                                    


Semalaman lidya hanya bisa menangis sampai akhirnya tertidur. Ia masih tidak terima kalau dirinya dihukum karena menjaga orang yang ia sayang. Lidya bingung kenapa papanya hanya melihat sisi dari Lidya yang balapan tapi tidak melihat niat baik yang Lidya lakukan untuk menjaga kakakntya dari pria yang tidak bertanggung jawab.

Lidya ingin sekali mengungkapkan apa yang ia rasa namun ia juga tahu, sebanyak apapun ia berbicara selama tidak ada yang mengerti pun akan percuma. Ia hanya bisa merenungi nasibnya setelah ini, karena setelah ini mungkin papanya akan lebih parah untuk menghukum Lidya. Pikiran itu membuat Lidya nangis semalaman dan berakhir dengan ketiduran.

Matahari pun tiba yang sedikit menyinari kamar Lidya karna tertutup dengan gorden. Tanpa Lidya sadari, kedua orang tuanya sudah masuk ke dalam kamarnya dan membuka gordennya dengan lebar agar Lidya merasakan hangatnya matahari

"Sayang, bangun yuk. Siap-siap kamu harus sarapan dan homeschooling" Linda membangunkan anaknya dengan lembut

"Eunghhhh.." Lidya hanya mengerangkan suaranya tanpa membuka matanya sama sekali

"Anak gadis jangan bangun siang-siang. Ayok siap-siap" Reynand mengeluarkan nada tegasnya

Lidya yang sudah mendengar suara papanya pun langsung membuka matanya perlahan, ia tidak mau pagi ini dibuka dengan perdebatan, jadi Lidya langsung bangun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi. Setelah selesai mandi, di kasurnya sudah ada pakaian yang disiapkan oleh kedua orang tuanya, Lidya tidak mau terlalu repot jadi ia langsung memakain pakaian yang sudah disiapkan.

Si bungsu langsung menuju ke lift untuk ke ruang makan. Di sana sudah lengkap dengan ketiga kakaknya serta kedua orang tua Lidya. Lidya tetap menicum sartu per satu walaupun suasanya tetap ada rasa dingin dan memanas. Untungnya anggota keluarga Radifan tidak menonal ciuman dari Lidya. Sarapan kali ini pun sangat bersahabat dengan Lidya yaitu sandwich, chicken creamy soup dan juga buah

"Ma, mulai hari ini dan nanti siang, makanan Lidya harus ada satu porsi salad sayur. Mau itu sarapan, makan siang atau makan malam" ucap Reynand dengan tegas

"Sekali boleh dong pa, Lidya libur untuk makan sayurnya?" bujuk Linda

"Engga" Reynand menjawab dengan singkat yang membuat Lidya ingin menangis tapi ia tahan

Lidya memakan sarapannya dengan cepat karena ia tak mau berlama-lama di ruangan itu

"Adek selesai" Lidya langsung menggeser kursinya dan berdiri untuk meninggalkan ruang makan

"Duduk, tunggu kakak sama orang tuanya selesai makan. Udah lupa sebagai anak bungsu di sini yang baru boleh pergi setelah yang lebih tua selesai makan?" ucapan Reynand membuat Lidya langsung terduduk lagi dan menudukkan wajahnya.

Keluarga Radifan memang seperti itu, bukan hanya dengan papa mamanya. Di keluarga besar Radifan pun, Lidya harus seperti itu karena ia adalah cucu bungsu di keluarganya. Jika sudah ada opa dan omanya, peraturan Lidya lebih ketat lagi. Perbedaan umur Lidya dengan kakaknya yang terlalu jauh, itu juga membuat opa dan omanya semakin ketat dengan si bungsu.

Lidya hanya bisa menundukkan wajahnya sambil memainkan tangannya, karena peraturan di keluarganya tidak boleh memainkan handphone di ruang makan. Jadi, ia memilih untuk memainkan tangannya saja, sampai akhirnya tangan kiri Rachel memegang tangan Lidfya dan yang kanan masih menyuapi makanan ke mulutnya. Lidya pun akhirnya memainkan tangan Rachel yang ternyata panjangnya tidak jauh dengan dirinya.

"Papa selesai, kalian langsung mau ke kantor apa gimana?" tanya Reynand dan menatap satu persatu anaknya

"Aku ke kantor Pa, karena ada meeting" jawab Jian

Affection (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang