Part 55 - Takut

778 88 21
                                    

Lidya saat ini sedang menikmati makanannya dengan lahap, ia harus memanfaatkan segala moment yang ada. Sesungguhnya ia ingin setiap hari memakan makanan yang ia suka dan juga pergi dengan bebas tapi ia sadar kalau nantinya hidupnya akan lebih berat lagi karena kejadian Rendra yang memukulinya. Opa Frank sedari tadi masih melihat Lidya dengan tatapan tegas karena ia tidak ingin tiba-tiba lembut seperti yang lain. Opa Frank tetap ingin Lidya patuh kepada keluarganya dan tidak berbuat macam-macam.

Dengan cepat Lidya menghabiskan makanannya dan tersenyum manis ke keluarganya sebagai ucapan terima kasih sudah membebaskan Lidya untuk memakan makanan kesuakaannya. Opa Frank yang melihat Lidya sedang berbincang dengan ketiga kakaknya pun beranggapan kalau Lidya sudah baik-baik saja

"Lidya Gabriella Radifan" suara tegas Opa Frank membuat sesisi ruangan terdiam dan Lidya langsung menundukkan wajahnya

"Saya tidak pernah mengajarkan cucu dan anak saya untuk menunduk ke siapa pun saat dipanggil" lanjut Opa Frank sambil menghampiri Lidya.

Jane yang melihat badan Lidya sudah bergetar pun langsung menghampiri Opanya dan menahan agar Opanya tidak terlalu dekat dengan Lidya

"Opaa, biarin Lidya istirahat. Inget omongan bang Gerrard" bisik Jane

"Adik kamu itu hanya pura-pura, tadi aja dia ketawa-ketawa aja sama kalian. Opa gamau terlalu manjain dia" Opa Frank melepaskan tangan Jane dan tetap menghampiri Lidya

"Tatap saya" Opa Frank mengangkat dagu Lidya dan melihat Lidya menutup matanya sampai badannya bergetar

"Buka mata kamu Lidya!" teriak opa Frank di depan wajah Lidya yang membuat Papa Reynand langsung menjauhkan Opa Frank dengan Lidya

"Paa, cukuppp. Lidya ketakutan" Papa Reynand langsung memeluk Lidya dengan erat

Tiba-tiba Lidya merasakan bahwa dirinya lupa cara bernafas dan membuat badannya bergetar sambil menutup mata. Papa Reynand berusaha untuk membangunkan Lidya namun hasilnya nihil karena badan Lidya tetap bergetar hebat tanpa membuka mata. Rachel yang sedikit panik langsung mendekati Lidya sambil memencet bel untuk memanggil suster dan dokter. Dokter Farren sedikit panik melihat keadaan Lidya yang sekarang

"Jangan panik Lidya. Yuk tarik nafas, buang nafasnya secara perlahan. Ayok dokter temenin, tarikkkkk... buangggg" Dokter Farren melembutkan suaranya agar Lidya bisa mengingat kembali untuk bernafas.

Lidya mengikuti arahan dokter Farren dan secara perlahan dan akhirnya badannya tidak bergetar kembali melainkan bernafas dengan benar.

"Nah sekarang ayok buka matanya, jangan ditutup ya. Emang gamau ngelihat muka dokter yang ganteng ini?" Dokter Farren mengajak Lidya bercanda agar Lidya bisa relax.

Secara perlahan Lidya membuka matanya namun pertama kali yang ia lihat adalah wajah opa Frank yang membuat Lidya menutup mata kembali

"Heii.. Kok ditutup lagi? Sini liat wajah dokter aja ya" Dokter Farren mengarahkan dagu Lidya ke arah wajahnya dan secara perlahan membuat Lidya membuka matanya

"Nah.. Kalo kayak gini kan lebih baik. Kenapa kamu tutup mata?" suara lembut dokter Farren membuat Lidya terdiam

"Ta–kut Dok" jawab Lidya dengan gugup

"Takut sama siapa?" Dokter Farren pun mengangkat tangannya dengan tujuan mengelus pucuk kepala Lidya namun Lidya langsung menutup matanya kembali seperti orang ketakutan

"Dokter cuman mau mengelus kepala kamu aja Lid, wajah kamu ingetin saya sama anak saya di rumah" ucapan Dokter Farren membuat Lidya membuka matanya kembali dan terfokus dengan cerita sang dokter

"Dokter udah punya anak?" tanya Lidya

"Udah dong tapi masih kecil. Bandelnya kayak kamu yang ga suka minum obat kalau sakit" Dokter Farren dan Lidya pun terkekeh

Affection (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang