🍂🍂🍂
Di loteng rumah Edgar.
Alden dan Abby tampak khawatir menunggu kepulangan Edgar dan yang lainnya.
"Apakah mereka baik-baik saja?" gumam Abby.
"Mereka akan baik-baik saja," hibur Alden.
Tanpa mereka sadari, seekor tikus zombie menyelinap masuk lewat lubang pada atap. Tikus zombie menghampiri kedua bocah itu yang sedang melihat ke jendela. Ia berniat menggigit pantat Alden.
Namun, Alden yang awalnya dalam posisi agak menungging, tiba-tiba duduk sehingga tikus itu tertimpa pantat Alden.
Merasakan ada sesuatu yang mengganjal di pantatnya, Alden menjerit kaget. Anak laki-laki itu terlonjak bangun. Abby dan Alden melihat tikus zombie yang menjadi gepeng. Kedua bocah itu memekik.
Si tikus zombie yang gepeng pun bangkit dan menuju ke arah mereka. Alden dan Abby melompat-lompat karena takut. Si tikus zombie terinjak-injak dan akhirnya mati mengenaskan dengan tubuh hancur dan cairan hitam yang menggenang.
Abby dan Alden menghela napas lega. Namun, kini kaki dan pakaian mereka ternodai cairan hitam dari si tikus.
"Kita harus segera membersihkan diri. Kak Ezlyn bilang, kita bisa terinfeksi dengan cairan hitam ini," ujar Alden.
Abby tampak berpikir. "Lalu, kita harus bagaimana? Aku tidak mau menjadi zombie."
"Kita harus segera membersihkan diri." Alden berniat membuka kunci pintu loteng.
Abby menahan tangan Alden. "Tidak, kita tidak boleh ke luar. Ingat kata-kata Kak Edgar."
"Lalu, cairan hitam ini? Kita hanya perlu diam, jangan bersuara," ucap Alden yang kemudian membuka pintu loteng. Anak laki-laki itu menuruni tangga gantung.
Abby pun tidak punya pilihan lain selain menyusulnya.
Tidak ada kamar mandi di lantai dua, hanya ada dua kamar dan satu ruangan lainnya saja. Mereka harus turun ke lantai satu karena ada dua kamar mandi di sana.
Setelah memastikan jika lantai satu aman, mereka pun pergi ke kamar mandi yang berbeda untuk membersihkan diri. Keduanya melakukan berbagai cara agar tidak menimbulkan bunyi sedikit pun. Meski sulit dan sering kali tak sengaja membuat suara, kedua bocah itu akhirnya selesai membersihkan diri.
Abby memakai baju Alden yang sebelumnya telah diberikan. Saat ke luar dari kamar mandi, Abby membeku karena sosok zombie berbadan tinggi besar bediri di depan pintu kamar mandi.
Mendengar suara klik pintu kamar mandi, si zombie menolehkan kepalanya ke arah Abby. Bola mata di balik selaput yang menutupinya tampak bergerak-gerak.
Abby hanya bisa terdiam dan membeku. Gadis kecil itu menelan saliva ketakutan. Si zombie mendekat membuat Abby semakin panik. Gadis kecil itu merapatkan mulutnya dan menahan napas sebisa mungkin.
Sebuah bola menggelinding di ruang tengah. Itu membuat perhatian si zombie teralihkan di mana ia langsung berlari menuju ke arah bola yang menggelinding tersebut.
Rupanya itu sengaja dilakukan oleh Alden untuk mengelabui si zombie. Anak laki-laki itu berdiri di depan pintu kamar sembari memperhatikan si zombie.
Abby mengendap-endap untuk menghampiri Alden. Kedua bocah itu menaiki tangga sembari memperhatikan langkah mereka agar tak menimbulkan suara.
Si zombie membungkuk dan mengambil bola yang berhenti menggelinding.
Alden dan Abby mempercepat langkah mereka. Namun, Alden tak sengaja terjatuh karena tersandung dan menimbulkan suara.
Perhatian si zombi teralihkan ke tangga. Makhluk itu berlari cepat ke arah tangga.
Abby segera menarik tangan Alden agar segera bangkit dan berlari. Kedua bocah itu pun berhasil sampai di lantai dua dan terus berlari ke kamar yang menuju loteng.
Si zombie bergerak lebih cepat dan berhasil mendeteksi keberadaan dua bocah itu. Ia menarik baju mereka dan mengangkatnya tinggi-tinggi.
Alden menusuk wajah si zombie berkali-kali dengan gunting yang ia bawa ketika mengetahui keberadaan si zombie di depan kamar mandi yang digunakan Abby.
Si zombie melemparkan Abby dan Alden. Kedua bocah itu terlempar ke lantai. Mereka segera menutup mulut dengan tangan agar tidak terdeteksi oleh si zombie.
Cairan hitam menetes dari luka di wajah si zombie. Makhluk itu terlihat marah dan kembali mencari keberadaan kedua bocah itu dengan indera pendengarannya.
Alden dan Abby menahan napas mereka. Keringat dingin menetes ke lantai. Mereka benar-benar ketakutan dan berusaha untuk tenang.
Daun telinga si zombie bergerak-gerak. Rupanya ia bisa mendengar detak jantung Alden dan Abby yang berdebar-debar kencang.
Si zombie mendekati Abby. Ia bisa mendeteksi keberadaan anak perempuan itu dengan mendengar detak jantungnya.
Alden melemparkan gunting di tangannya ke jendela hingga pecah dan guntingnya jatuh ke bawah. Si zombie yang mendengar suara itu pun mendekat ke sumber bunyi. Ia menggedor kaca tersebut hingga retak dan pecah.
Abby dan Alden bangkit, lalu mengendap dan mendorong si zombie hingga jatuh dari jendela lantai dua. Kedua bocah itu menghela napas lega.
"Ayo, cepat! Kita harus kembali ke loteng," kata Abby.
"Tidak, kita harus memeriksa dari mana zombie itu bisa masuk," ucap Alden.
"Apa? Tapi, itu berbahaya," gerutu Abby.
"Jika kita tidak menutup jalan masuk ke rumah ini, para zombie itu akan terus berdatangan," ujar Alden.
Abby tampak khawatir.
Tanpa menunggu jawaban Abby, Alden menuruni tangga menuju ke lantai satu. Ia mengendap dan melihat ke sekeliling untuk memastikan lewat mana zombie tadi masuk.
Pintu belakang masih aman, pintu depan juga. Kaca jendela yang pecah terlihat aman juga. Lalu, dari mana zombie tadi masuk?
Abby menyusul Alden. "Tidak ada jalan masuk, kan? Cepat, kita harus kembali ke loteng." Ia menarik tangan Alden.
Kedua bocah itu pun kembali menaiki tangga menuju ke lantai dua, tetapi langkah Alden terhenti. Ia menatap ke tempat pembakaran yang tak tertutup kaca. Kepalanya bergerak melihat cerobong asap di atas tempat pembakaran tersebut.
Terdengar suara pergerakan di dalam saluran cerobong asap. Alden dan Abby panik dibuatnya.
"Gawat." Alden segera menutup kaca tempat pembakaran.
Abby menggeser rak berkaki roda untuk menahan pintu kaca pembakaran.
Namun, sebelum Alden berhasil menutup pintu kaca pembakaran itu, tiba-tiba zombie terjatuh dari dalam cerobong asap dan mencengkeram kaki Alden.
Alden menjerit ketakutan. Ia menarik kakinya agar terlepas dari tangan wanita zombie itu.
Si wanita zombie menarik kaki Alden, lalu membuka mulut dan siap menggigitnya.
Abby mengambil payung dan memukuli wajah si zombie. "Pergi kau! Pergi, pergi!" teriaknya.
Alden menendang wajah si zombie dengan kaki satunya, lalu segera menutup pintu kaca tempat pembakaran. Itu membuat si zombie terkurung di dalam sana.
Namun, tak bertahan lama. Si zombie membentur-benturkan kepalanya ke pintu kaca hingga retak.
Alden dan Abby segera berlari ke tangga untuk menuju ke loteng.
Si zombie berhasil memecahkan pintu kaca dan merangkak cepat ke arah Alden dan Abby yang sedang berlari di tangga. Kedua anak itu berhasil tertangkap.
Alden dan Abby berteriak meminta tolong.
🍂🍂🍂
Karya asli Ucu Irna Marhamah
21.28 | 14 Februari 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
DISTRIK 05
AdventureKetika zombie menguasai wilayah tempat tinggalmu, apa yang akan kau lakukan? Kau yakin akan bertahan di dalam rumahmu? Mereka sangat peka dengan suara dan bau tubuh manusia.