🍂 Part 25 🍂

420 40 1
                                    

🍂🍂🍂 

Sherin melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Ponselnya yang disimpan di penyangga, tengah menunjukkan peta dalam aplikasi Google Maps. Rupanya saat ini ia sedang berada di Distrik 03. 

Kondisi di Distrik 03 sangat memprihatinkan mengingat saat ini sudah menjadi zona hitam. 

Terlihat beberapa zombie yang berkeliaran, baik itu zombie yang kedua matanya masih tertutup selaput mau pun yang sudah bermutasi. Satu per satu dari mereka meledak tanpa sebab. Sherin tak peduli dan tetap fokus menyetir. 

Di tugu perbatasan Distrik 03 terdapat papan peringatan yang bertuliskan "Zona Hitam" menandakan jika di area tersebut sudah tak ada lagi manusia, zona berbahaya, zona yang telah dikuasai oleh para zombie. 

Sementara itu, di super market. 

Edgar dan Devon tengah berjaga di depan ruang isolasi. 

Zombie yang menderita disabilitas tiba-tiba meledak membuat Ezlyn yang ruang isolasinya bersebelahan pun tersentak kaget. Sama halnya dengan Edgar dan Devon yang langsung memeriksa dengan melihat lewat lubang di pintu. Terlihat cairan hitam yang menggenang, sebagian terciprat ke dinding dan pintu. 

Namun, cairan hitam itu tak bergerak dan tak berdenyut-denyut seperti cairan hitam zombie pada umumnya. Seolah cairan hitam itu telah mati. 

Edgar memberitahu Alma tentang fenomena itu. Mereka berdua pun segera mendatangi ruang isolasi tersebut. 

Alma memperhatikan cairan hitam __yang berasal dari tubuh si zombie disabilitas__ di lantai. Ia mengendus-endus. Cairan hitam itu sama sekali tak berbau. Itu aneh karena semua orang tahu bahwa cairan hitam zombie memiliki aroma yang teramat sangat busuk. 

"Alma, aku mau buang air kecil," ucap Ezlyn sembari mengetuk-ngetuk pintu yang membuat perhatian Edgar, Alma, dan Devon teralihkan padanya. 

Pintu ruangan yang mengisolasi Ezlyn pun dibuka. Alma mengantarnya sampai ke depan pintu kamar mandi. 

Setelah buang air kecil, Ezlyn diantar kembali ke ruang isolasi oleh Alma. 

"Aku ingin memeriksa kondisimu sebentar," kata Alma. 

Ezlyn hanya mengiyakan. Ia berbaring dan mengikuti instruksi Alma yang memeriksanya. 

"Apakah kau punya penyakit kronis?" tanya Alma. 

"Tidak. Aku baik-baik saja," sahut Ezlyn. 

"Aku masih bertanya-tanya, bagaimana bisa kau sama sekali tidak terinfeksi virus zombie? Aku pikir ada sesuatu yang membuatmu tak terinfeksi," ujar Alma. 

Ezlyn tampak berpikir. "Aku juga merasa aneh dengan tubuhku sendiri," ucapnya. 

"Orang-orang yang diisolasi ini berubah menjadi zombie pasif setelah digigit. Namun, kau berbeda. Setelah berminggu-minggu digigit, kau tidak menunjukkan gejala apa pun. Aku benar-benar tidak menemukan petunjuk," kata Alma. 

Di lorong, terlihat Tony yang berjalan gegas. Ia berpapasan dengan Devon dan Edgar. Tony menghentikan mereka berdua. "Sepertinya Sherin berniat pergi ke Distrik 02," ucapnya. 

"Untuk apa dia pergi ke Distrik 02?" tanya Devon. 

"Ibuku alias neneknya tinggal di sana. Satu minggu yang lalu setelah menara jaringan diperbaiki, aku akhirnya bisa menghubungi ibuku. Dia bilang, dia baik-baik saja. Sepertinya saat ini Sherin pergi ke sana," jelas Tony. 

Edgar bergumam, "Distrik 02 ditandai sebagai zona merah, kan? Masuk akal jika dia pergi ke sana."

Devon mengangguk. "Iya. Aku akan memberi tahu Danny dan yang lainnya," ucapnya seraya mengeluarkan ponsel dari dalam saku celana. 

Di seberang sana.

Sherin melihat tugu bertuliskan Distrik 02 di depannya. Tak ada papan peringatan zona merah di tugu tersebut. Berbeda dengan Distrik 03. Sherin tak peduli. Ia tetap menjalankan mobilnya memasuki wilayah yang berkabut itu. 

Kabutnya tak terlalu tebal. Sherin masih bisa melihat jalanan yang dilalui. Akhirnya, ia berhasil melewati kabut tersebut.

Sekarang jelas terlihat wilayah Distrik 02. Namun, ekspresi Sherin menunjukkan keterkejutan saat melihat apa yang ada di depannya. 

Kembali ke super market. 

Alma mengantarkan Ezlyn kembali ke ruang isolasinya. Edgar dan Devon masih memiliki sisa waktu beberapa menit lagi berjaga di depan ruang isolasi. 

Setelah Ezlyn masuk, Devon langsung mengunci pintunya. 

Ponsel Alma bergetar menandakan ada panggilan yang masuk. Semua orang sepakat untuk mengubah nada dering notifikasi di ponsel mereka menjadi mode getar agar tak membuat kebisingan di situasi darurat. 

Panggilan yang masuk ke ponsel Alma ternyata dari Sherin. "Sherin menelepon," ucap Alma, lalu ia mengangkat panggilan tersebut. 

"Sherin, kau baik-baik saja? Danny dan yang lainnya sedang menuju ke Distrik 02 untuk menjemputmu. Katakan, kau berada di kompleks mana?" ucap Alma. 

"Kak Alma, sepertinya ada sesuatu yang salah," ucap Sherin dari seberang sana. 

Edgar dan Devon saling pandang. 

"Maksudmu?" tanya Alma. 

Dari dalam mobil, Sherin menatap padang rumput yang luas di hadapannya. Tak ada bangunan, tak ada jalan raya, tak ada manusia, tak ada zombie, tak ada apa pun sejauh mata memandang, hanya padang rumput yang benar-benar luas. Seolah-olah tak pernah ada kehidupan manusia dan peradaban yang maju di sana.

"Distrik 02 menghilang," kata Sherin lirih. 

Alma mengernyit mendengar perkataan Sherin. "Apa yang kau bicarakan?" tanyanya kemudian. 

Sherin ke luar dari mobil. Kakinya menginjak rerumputan segar yang subur. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling. "Aku tidak tahu dengan apa yang terjadi, tapi...."

Hantaman keras mendarat di kepala Sherin hingga membuatnya tak sadarkan diri. Ponselnya jatuh ke rerumputan. 

Di seberang sana, Alma tersentak kaget karena mendengar jelas suara hantaman itu. "Sherin? Sherin?! Halo?" Ia memeriksa ponselnya memastikan panggilan masih terhubung. Namun, telepon diakhiri dengan sepihak. 

"Apa yang terjadi?" tanya Devon. 

"Sepertinya ada seseorang yang menyerang Sherin," kata Alma yang terlihat panik dan khawatir. 

"Danny dan yang lainnya sedang dalam perjalanan menuju ke Distrik 02. Kita hanya bisa berharap mereka segera menyelamatkan Sherin," ucap Devon. 

"Sepertinya kita harus pergi ke sana," kata Edgar. "Sherin pasti berada dalam bahaya."

Devon beralih pada Edgar. "Kau yakin? Bagaimana dengan keselamatan orang-orang di sini? Jika kita pergi, hanya tersisa beberapa pria dewasa saja," ucapnya.

Edgar terdiam dalam kekhawatiran. Begitu pula dengan Alma. Mereka tak bisa melakukan apa pun selain tetap tinggal demi keselamatan lebih banyak nyawa. 

Sementara itu, mobil Danny dan mobil kawan-kawan diserbu oleh para zombie di Distrik 03. Kedua mobil itu tampak kesulitan melaju karena para zombie menghalangi jalan mereka. 

"Apakah Sherin benar-benar pergi ke Distrik 02? Bagaimana caranya dia melewati ratusan zombie ini?" gerutu Danny yang menginjak gas dan menabrak para zombie itu. 

Namun, para zombie dengan brutal menghantam kaca mobil dengan kepala mereka hingga pecah. 

"Aku rasa, kita tak akan bisa bertahan lebih lama lagi di situasi seperti ini," ucap James. "Kita harus pergi dari sini."

🍂🍂🍂 

Karya asli Ucu Irna Marhamah 

21.28 | 14 Februari 2019

DISTRIK 05Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang