🍂 Part 29 🍂

420 40 0
                                    

🍂🍂🍂

Pipa air di super market telah bocor. Jumlah air yang besar membuat beberapa ruangan mengalami banjir. Karena air yang tak berhenti mengalir, listrik otomatis mati. Seluruh ruangan di super market menjadi gelap.

Orang-orang di super market panik karena lampu mati dan air mulai memenuhi ruangan di lantai satu. Mereka berniat mengeluarkan air-air tersebut lewat jendela, tapi beberapa orang tidak setuju karena dikhawatirkan ada zombie yang tiba-tiba muncul dari luar dan menyerang.

Air ke luar lewat celah-celah kecil di pintu, jendela, dan celah lainnya. Namun, itu sangat lama dan memakan banyak waktu sehingga air semakin meninggi. Pintu dan jendela tak lagi bisa menampungnya. Akhirnya, beberapa jendela pecah dan pintu jebol.

Tak ada siapa pun yang berjaga di luar super market sehingga para zombie yang berkeliaran pun masuk ke dalam.

Orang-orang di ruang utama berteriak panik dan berhamburan menghindari para zombie. Para pemuda dan siapa pun yang memegang senjata langsung melawan para zombie. Air di dalam ruangan menjadi surut karena pintu dan jendela telah terbuka lebar.

Di rolasi para zombie pasif, air tak berhenti mengalir dan memenuhi ruangan mereka. Kini setinggi perut.

Kevin menggedor-gedor pintu. "Kakak penjaga! Buka pintunya!" teriaknya. Karena tubuhnya kecil dan pendek, air sudah setinggi leher.

Zombie pasif lainnya juga panik dan menggedor pintu.

Ezlyn yang menendang pintu berharap selot pintunya rusak dan ia bisa keluar.

Tak ada pemuda yang berjaga sejak beberapa menit terakhir.

Ezlyn tak lagi mendengar suara Kevin. Yang terdengar hanya suara gemerubuk air dari ruangan sekat di sampingnya. "Kevin, kau baik-baik saja?" tanyanya.

Tak ada jawaban.

Ezlyn mencari sesuatu di tumpukan kardus popcorn. Ia menemukan sebuah pistol. Lebih tepatnya, Ezlyn telah menyimpan pistol tersebut untuk berjaga-jaga setelah berhasil mencurinya dari Devon yang punya banyak persediaan senjata.

Lewat lubang di pintu, Ezlyn mengeluarkan tangannya dan mengarahkan moncong pistol ke selot kunci. Ia terlihat ragu karena belum pernah menggunakan pistol sebelumnya.

Sembari menutup telinga dengan sebelah tangan, Ezlyn pun menarik pelatuk, tetapi meleset. Ezlyn tak sengaja menjatuhkan pistolnya karena terlalu takut dan kaget dengan suara letupannya.

Suara tembakan barusan mengundang perhatian salah satu zombie yang berada di luar ruangan.

Di lantai dua, Eric sedang mengawasi sekitaran super market dengan drone-nya seperti biasa. Tiba-tiba seluruh lampu di lorong mati. Eric menyalakan senter dari ponselnya, lalu menghubungi Edgar. Namun, panggilan tak tersambung.

Suara letupan senjata dari lantai satu membuat Eric terkejut.

Kembali ke ruang isolasi.

Semua zombie pasif terdiam membeku karena tak ingin keberadaan mereka diketahui oleh si zombie yang kini masuk ke dalam lorong ruangan isolasi.

Kedua matanya yang tertutup selaput bergerak-gerak. Hidungnya yang mengalirkan cairan hitam tampak mengendus-endus.

Ezlyn khawatir dengan keselamatan Kevin yang tak bersuara lagi. Ia pun menggedor-gedor pintu isolasinya. "Hei, Zombie jelek! Datanglah ke mari kau sialan!" teriaknya.

Si zombie pun berlari menuju ke ruang isolasi Ezlyn dan menghantam pintunya berkali-kali dengan kepala. Pengait selot kunci pun copot.

Ezlyn mengambil kardus besar berisi popcorn. Ketika pengait selot yang satunya copot, pintu pun terbuka. Si zombie menyerang Ezlyn, tetapi Ezlyn menghantam wajah si zombie dengan kardus popcorn di mana isinya berhamburan dan sebagian masuk ke dalam mulut di zombie.

Dengan segera, Ezlyn mengambil pistol di dalam air dan menembak si zombie dua kali. Akhirnya zombie pun tewas.

"Wow!" Ezlyn menatap tangannya yang memegang pistol dengan ekspresi bangga.

Cairan hitam yang berasal dari luka tembakan di tubuh si zombie mengalir dan menggenang di atas air.

Ezlyn tak takut terinfeksi oleh cairan hitam itu mengingat dirinya yang tak terinfeksi, bahkan setelah digigit. Ia berjalan menuju ke ruang isolasi Kevin dan membukakan selot kuncinya. Akhirnya Kevin bisa diselamatkan.

Rupanya Kevin baik-baik saja. Ia tidak pingsan meski cukup lama berada di dalam ruang isolasi yang sudah terendam air.

Ezlyn membuka semua selot kunci para zombie pasif dan membebaskan mereka. Air semakin meninggi dan kini setinggi dada.

"Apakah tidak masalah kami berkeliaran?" tanya salah seorang zombie pasif.

"Kalian manusia, kalian berhak atas hidup kalian. Cepat kita harus menyelamatkan diri," ucap Ezlyn.

Mereka pun berhamburan ke luar dari ruang persediaan makanan yang selama ini dijadikan tempat isolasi.

Sementara itu, Alma dan orang-orang di ruang utama kerepotan menghadapi para zombie yang menyerang dan menggigit ke sana ke mari. Korban yang terkena gigitan seketika berubah menjadi zombie.

Sementara itu, Tony, Jessica, dan Raphael bersembunyi di dalam ruang pendingin ketika semua orang kerepotan menghadapi para zombie.

"Kita akan aman di sini," bisik Tony.

Raphael mengangguk-anggukkan kepalanya. Jessica menghela napas lega.

Terdengar suara dari belakang mereka membuat keduanya sontak melihat ke sumber suara. Tony dan Raphael terlihat panik. Suara itu berasal dari balik tumpukkan kotak berisi ikan tuna segar.

Tony mengambil kapak di dalam kotak kaca, lalu ia mengendap menghampiri kotak-kotak ikan tuna itu.

Raphael bersembunyi di belakang ayahnya karena ketakutan. Sama halnya dengan Jessica.

Tony menendang kotak-kotak itu, lalu mengangkat kapak di tangannya bersiap untuk menyerang. Namun, tidak jadi. Rupanya itu adalah anak-anak yang bersembunyi di sana sedari tadi.

"Sedang apa kalian di sini?" tanya Tony kebingungan.

"Paman sendiri sedang apa di sini? Ini tempat bersembunyi anak-anak, bukan untuk orang tua," gerutu Amber.

Anak lainnya menyahut, "Kak Devon dan Kak Edgar menyuruh kami bersembunyi di sini. Kenapa Paman tidak membantu orang dewasa untuk mengalahkan para zombie?"

Tony terdiam. Ponselnya di dalam saku celana bergetar menandakan ada panggilan yang masuk. Ternyata telepon dari Devon. Tony memutuskan untuk tidak mengangkatnya.

Sementara itu, Edgar dan Devon sedang berjalan melewati genangan air yang hanya setinggi mata kaki. Mereka bersiap dengan pistol dan senapan di tangan masing-masing.

"Si Tony tidak dapat dihubungi. Dia pasti bersembunyi seperti anak kecil karena terlalu penakut meski bermulut besar," ucap Devon lirih.

Terdengar suara pergerakan dalam air dari depan sana. Edgar dan Devon menghentikan langkah mereka bersamaan. Di depan ada tangga dan air menggenang menutupi tangga tersebut sehingga ruangan di depan sana terlihat seperti kolam.

Dalam kegelapan, Edgar dan Devon melihat sosok yang berenang di dalam air. Dan sosok itu lebih dari satu.

Keringat dingin menetes dari dahi Edgar. Devon juga terlihat panik.

🍂🍂🍂

Karya asli Ucu Irna Marhamah

21.28 | 14 Februari 2019

DISTRIK 05Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang