🍂 Part 21 🍂

465 43 8
                                    

🍂🍂🍂 

Pukul 9 malam. 

Ezlyn dan Eric tidur bersebelahan dengan jarak 4 meter. Ada kasur lantai yang menjadi alas tidur masing-masing. 

Semua orang di ruangan utama juga tertidur pulas. Hanya para pria dewasa yang berjaga bergantian. Edgar dan Devon berjaga di rooftop dengan persenjataan mereka. 

Di depan ruangan isolasi, Blake dan Sean yang berjaga. 

Beberapa pria dewasa lainnya juga berjaga di ruangan lain, di supermarket. Tiap ada serangga, mereka akan menyemprotnya menggunakan cairan anti serangga. 

Sementara itu, Alma sedang berada di ruangan lain untuk meneliti cairan hitam yang ia dapatkan dari tubuh salah satu orang yang diisolasi. Meski tak ada mikroskop dan alat canggih lainnya, Alma meneliti cairan tersebut menggunakan air, air liur, gula, garam, dan lain-lain. Ia hanya penasaran dan iseng menelitinya. 

Dalam beberapa gelas, tetesan cairan berwarna hitam itu tampak bergerak-gerak dan berdenyut. 

Alma meneteskan air ke salah satu gelas berisi cairan hitam tersebut. Tak ada yang terjadi. 

Selanjutnya, Alma meneteskan air liur ke gelas lainnya. Hasilnya, cairan hitam bertambah menjadi lebih banyak. Ia beralih ke gelas selanjutnya dan memasukkan gula pasir. Cairan hitam itu bereaksi menjadi berbusa. 

Sejenak Alma terdiam. Ia beralih ke gelas selanjutnya untuk memasukkan garam. Cairan hitam itu berhenti berdenyut dan bergerak. Namun, beberapa saat kemudian, ia kembali berdenyut-denyut dan bergerak. 

Karena percobaannya tak menghasilkan apa-apa, Alma memasukkan semua cairan itu ke dalam closet, lalu menyiramnya. 

Di ruang isolasi.

Bocah laki-laki yang terkena infeksi virus zombie merasakan sesuatu yang buruk. Bola matanya yang tertutup selaput tampak bergerak-gerak. Ia menggedor pintu. "Kak Sean, Kak Blake, aku merasakan detak jantungku berdebar kencang," ucapnya. 

"Minumlah air putih dan cobalah bernapas dengan benar," kata Blake. 

Bocah laki-laki itu terdiam. "Aku baik-baik saja, tapi aku merasakan ada sesuatu yang akan datang sebentar lagi," ucapnya. 

Berakhirnya kalimat itu, terdengar suara larian cepat dari lorong menuju ke tempat di mana mereka berada. 

Blake dan Sean bersiap dengan senjata mereka. 

Zombie bertubuh tinggi besar muncul dan menyerang. Namun, sebelum ia sempat menyerang, Blake dan Sean sudah lebih dulu menembaknya hingga tewas. 

Lengah! Si zombie tinggi besar itu meludahkan cairan hitam dari mulutnya sebelum ia tewas. Dan cairan hitam itu mengenai wajah Blake. Karena cairan hitam itu bergerak, maka sebagian masuk ke hidung dan mulutnya. 

Sean mengalirkan air dari selang untuk membantu Blake membersihkan wajahnya, tetapi Blake telah terinfeksi cairan hitam yang membuatnya berubah seketika menjadi zombie. Selaput menutupi kedua bola matanya, urat-urat menonjol di kulit wajah. 

Blake menyerang Sean. 

"Blake! Sadarlah!" teriak Sean

Berbeda dengan orang-orang kebanyakan yang baru terinfeksi zombie, biasanya mereka masih memiliki sisa kesadaran sebelum berubah menjadi zombie sepenuhnya. Namun, Blake seketika menjadi zombie setelah tak sengaja menelan cairan hitam. 

"Sial!" Terpaksa Sean menembak Blake dan memenggal kepala temannya itu dengan kuncian di leher. Namun sebelum kepalanya terputus, Blake sempat menggigit lengan Sean. 

"Kak Sean." Bocah yang diisolasi tampak khawatir mendengar teriakan Sean. Ia menggedor-gedor pintu. 

Di lantai dua, Eric terperanjat bangun saat mendengar suara keretakan di plafon. Ia bangkit untuk duduk, tetapi sebuah tangan membekap mulutnya. Rupanya itu adalah tangan Ezlyn. Gadis itu sudah bangun lebih dulu. 

Kedua remaja itu melihat ke plafon yang retak. 

Retakannya semakin memanjang, lalu roboh. Zombie dewasa jatuh dari atap. Makhluk itu menggerakkan kepalanya ke kiri dan ke kanan. Kedua bola matanya masih tertutup selaput. Ia adalah zombie yang belum bermutasi. Namun, indera penciumannya cukup tajam. Ia mencari keberadaan mangsa dengan mengendus-endus. 

Sementara itu, Eric dan Ezlyn sudah naik ke lantai tiga. Mereka berlari menuju ke rooftop untuk memberi tahu Edgar dan Devon. Namun, mereka berpapasan dengan dua zombie dewasa yang bisa melihat. 

"Gawat," gumam Eric. 

Di rooftop. 

Edgar dan Devon masih dalam posisi mereka. Keduanya saling pandang saat mendengar suara keributan dari dalam super market. 

Tanpa banyak bicara, mereka pun segera turun dari rooftop untuk memeriksa keadaan. Keduanya berhenti saat melihat Eric dan Ezlyn diserang dua zombie dewasa. 

Devon menembak kedua zombie itu hingga tewas. 

Keempat orang itu pun turun ke lantai bawah untuk mengamankan orang-orang. 

Namun, zombie yang buta kembali muncul menyerang Eric dan Ezlyn. Kedua remaja itu terpisah dari Edgar dan Devon. 

Eric menghantam kepala si zombie menggunakan tongkat bisbol dengan keras hingga tengkoraknya retak, tetapi itu tidak membuat si zombie tumbang. 

Si zombie menyerang Eric, tetapi Ezlyn melompat ke atas tubuh si zombie dan melilitkan tali khusus ke lehernya. Akhirnya, kepala zombie pun terpenggal oleh tali khusus tersebut. 

Eric dan Ezlyn menghela napas lega. Mereka segera pergi ke lantai bawah untuk menolong yang lainnya. 

Di ruangan utama, orang-orang panik saat zombie bermunculan. Mereka adalah pemuda dewasa yang berjaga dan telah berubah menjadi zombie entah sejak kapan. Mereka menyerang warga dan anak-anak. 

Edgar, Devon, James, dan Danny telah sampai ke ruangan itu. Mereka kerepotan menumbangkan para zombie. Terlebih lagi semua orang berlarian ke sana ke mari membuat keempat pria itu kesulitan melepaskan tembakan. 

Sementara di depan ruang isolasi, Sean sedang berusaha memfokuskan diri agar tak kehilangan kewarasannya dan menjadi zombie seperti Blake. Selaput mulai menutupi mata kirinya. 

Ezlyn dan Eric tiba di ruangan itu. Mereka berdua terkejut melihat Sean yang sedang bergeliat di lantai. 

"Sean," gumam Ezlyn. 

"Pergi... selagi aku bisa menahannya," ucap Sean. 

Ezlyn dan Eric pun segera pergi ke ruangan utama. Mereka ingin membantu, tetapi Danny menghalangi niat mereka. 

"Tetap di belakangku," ucap Danny. 

"Berikan aku senjata. Aku akan membantu sebisaku," mohon Ezlyn. 

"Tidak," tolak Danny. 

"Tetaplah diam," kata Devon. 

Ezlyn dan Eric pun hanya bisa menurut. 

Tiba-tiba Sean muncul dan menyerang para zombie di ruang utama. Ia menumbangkan mereka satu per satu. 

Melihat Sean yang sudah terinfeksi, Edgar, Danny, dan Devon terkejut tentunya. 

Sean memiliki peluang besar mengalahkan para zombie itu. Selain karena dirinya mantan atlet pegulat dan berbadan besar, ia juga sudah terinfeksi sehingga para zombie tak akan menyerang sesamanya. 

Satu per satu zombie berhasil ditumbangkan. Sekarang hanya tersisa Sean. Laki-laki itu mengambil pistol, lalu menembak kepalanya sendiri. 

Edgar dan Danny mengalihkan pandangan karena tak tega melihat teman mereka tewas. Ezlyn dan Eric menutup mata dengan kedua tangan. 

Devon dan James membuang napas kasar. 

🍂🍂🍂 

Karya asli Ucu Irna Marhamah 
21.28 | 14 Februari 2019

DISTRIK 05Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang