🍂 Part 22 🍂

430 38 14
                                    

🍂🍂🍂 

Kematian Sean membuat teman-temannya sedih, begitu pula bagi yang lainnya. 

Kemunculan zombie yang tiba-tiba itu membuat sebagian besar orang terinfeksi. Yang berbahaya terpaksa harus dibunuh, sementara yang pasif akan diisolasi. 

Salah satu zombie berbahaya tak dibunuh karena lumpuh. Istri dari si zombie itu memohon pada Edgar dan yang lainnya agar sang suami diisolasi saja seperti zombie pasif lainnya. Karena meski memiliki hasrat untuk memangsa manusia, suaminya yang sudah berubah menjadi zombie itu tak akan berbahaya karena kecacatannya itu. 

Akhirnya, Edgar dan kawan-kawan pun memutuskan untuk mengisolasinya saja. 

Alma terlihat sibuk mengobati orang-orang yang terluka. 

Tony menggerutu, "Bagaimana bisa para zombie itu masuk ke dalam super market? Padahal penjagaan sangat ketat. Seluruh pintu dan jendela juga sudah dikunci rapat. Dari mana para zombie itu datangnya?"

Sherin memijit pelipisnya karena kesal mendengar keluhan ayahnya setiap waktu. 

Selain Tony, Edgar dan yang lainnya juga bingung. Mereka tidak tahu para zombie itu lewat mana. 

"Para zombie itu tidak berasal dari luar, kan? Mereka adalah orang-orang yang ada di dalam super market ini," sambung Tony. 

Ya, itu memang benar. Seseorang di dalam super market telah terinfeksi virus zombie dan menyerang yang lainnya. 

Tony kembali bersuara, "Tidak mungkin para zombie yang terisolasi pelakunya. Mereka bahkan masih terkunci di dalam ruang isolasi. Artinya, ada seseorang di dalam ruangan ini yang secara sengaja menularkan virus zombie hingga menyebar."

"Bagaimana bisa kau berpikir seperti itu, Tuan Tony? Seseorang bisa saja terinfeksi virus zombie karena digigit oleh sesuatu yang kecil seperti semut zombie, seperti waktu itu," sanggah Alma. 

Tony menatap pada Ezlyn. "Aku tetap tidak mempercayai gadis ini. Semenjak ada dia, zombie semakin banyak bermunculan di Distrik 05," ucapnya. 

Eric mengernyit, lalu bersuara, "Pak, bagaimana bisa Anda menuduh seseorang seperti itu?"

"Dia orang luar Distrik 05 yang mencurigakan. Coba kau pikir, kenapa dia datang ke mari? Dia ingin mencari mangsa," kata Tony. 

"Sudah, hentikan semua ini." James memisahkan mereka agar tak terjadi pertengkaran. 

"Aku tak akan pernah berhenti sampai kalian mengeluarkan gadis itu dari sini," gerutu Tony. 

Edgar yang sudah tak tahan pun bersuara, "Hei, Tony, kau sendiri sedari tadi pergi ke mana? Apa yang kau lakukan saat semua orang sibuk saling menyelamatkan satu sama lain? Kau tidak melakukan apa pun."

Tony mengepalkan tangannya geram. 

Edgar melanjutkan, "Kau hanya diam dan bersembunyi untuk menyelamatkan nyawamu sendiri. Saat para zombie sudah ditumbangkan, kau berlagak seolah peduli dan khawatir pada semua orang dengan berkoar-koar."

"Hei! Sialan kau!" Tony terpancing emosi dan akan menghajar Edgar. Namun, Devon dan James menahannya. 

Danny juga menahan Edgar, mengantisipasi kalau-kalau sahabatnya itu juga ingin menghajar Tony. 

"Kau, sebaiknya kau pergi dari sini." Tony menarik lengan Ezlyn. 

"Apa yang kau lakukan? Lepaskan dia!" gerutu Eric sembari menahan tangan Tony agar tak menyeret Ezlyn ke luar dari sana. 

Ezlyn berontak dan berusaha melepaskan diri dari Tony. Namun, bajunya di bagian bahu menjadi robek karena lengan bajunya ditarik terlalu kuat oleh Tony. Sehingga, bekas luka gigitan zombie di bahunya terlihat. 

Semua orang terkejut melihat itu. 

Tony segera melepaskan tangannya dari Ezlyn. "Lihat! Kalian lihat? Dia juga pernah digigit zombie! Dia zombie!"

Orang-orang menjauh dari Ezlyn. Mereka takut jika Ezlyn tiba-tiba menyerang. 

Harsa memeluk kedua putrinya. Alma dan Edgar saling pandang. Sementara Eric, tetap berdiri di samping Ezlyn. Ia yakin jika gadis itu tidak berbahaya. 

Alden akan mendekati Ezlyn, tapi Edgar menahannya. Sherin juga menggenggam erat tangan Raphael, adiknya. 

"Sudah kuduga, dia memang orang yang bertanggung jawab atas semua yang terjadi pada Distrik 05. Kalian keras kepala dan tak ingin mendengar apa yang aku katakan," gerutu Tony. 

Alma bersuara, "Ezlyn tidak terinfeksi. Jika dia terinfeksi, dia pasti akan berubah menjadi zombie sesaat setelah digigit oleh zombie. Lihatlah, bahkan luka gigitan di bahunya tampak akan menutup kembali dan sembuh." 

Tony menyahut, "Bisa jadi, dia adalah orang yang disuruh untuk menyebarkan virus ini, sementara dia mengonsumsi obat penangkalnya."

"Menurutmu, siapa yang menyuruhnya?" gerutu Alma. 

"Siapa pun itu. Mungkin iblis atau ada sekte sesat yang menyebarkan penyakit ini," jawab Tony. 

Alma memijit pelipisnya. 

Eric bersuara, "Bisa jadi ini bukan bekas gigitan zombie." Ia beralih pada Ezlyn. "Kau mungkin digigit anjing, kan?"

Ezlyn menghela napas panjang. "Ya, aku digigit bocah zombie saat dalam perjalanan ke mari."

Semua orang terkejut mendengar itu. Mereka pun segera mundur menjauhi Ezlyn. 

"Tapi, aku berdiam diri selama beberapa menit menunggu saat-saat di mana aku akan berubah menjadi zombie. Namun, aku tak berubah menjadi zombie sampai detik ini pun," jelas Ezlyn. 

"Ya, dia benar. Dia masih makan mie instan, kopi, roti, kentang panggang, dan juga marshmello." Eric membenarkan perkataan Ezlyn. 

"Tetap saja kita harus waspada. Dia berbahaya. Bagaimana jika dia tiba-tiba menjadi zombie?" ucap warga. 

"Ya, dia harus diisolasi seperti para zombie pasif lainnya," sahut warga lain. 

Untuk menghilangkan kepanikan, terpaksa Edgar dan teman-temannya mengisolasi Ezlyn di dalam sekat gudang persediaan makanan. 

"Aku tidak mengira kau menyembunyikan ini dariku, dari kami semua," ucap Edgar sembari mengunci pintu. "Setiap waktu, kau bisa saja berubah menjadi zombie dan menyerang kami."

Ezlyn tak menjawab. Ia juga merasa bersalah karena menutupi hal tersebut meski dirinya tak membahayakan orang lain. Justru, dirinya ikut membantu menolong orang-orang. 

Giliran Danny dan James yang berjaga di depan ruang isolasi. 

Sementara itu, Alma dan Edgar sedang berbicara di ruangan lain. 

"Aku mencoba melakukan penelitian karena iseng. Cairan hitam itu sepertinya sangat peka terhadap air liur atau mungkin sesuatu yang ada hubungannya dengan tubuh manusia. Dia akan menyebar menjadi lebih banyak," jelas Alma. 

Edgar tampak serius mendengarkan. 

"Saat aku menaburkan garam, cairan hitam itu berhenti bergerak. Ya, walau hanya sementara. Akhirnya, cairan hitam itu kembali bergerak," sambung Alma. 

Edgar tampak berpikir, lalu ia bertanya, "Apakah itu ada hubungannya dengan penyakit seseorang? Bisa jadi orang-orang yang tak terinfeksi adalah orang yang memiliki penyakit kronis. Jadi, cairan hitam itu tak bekerja pada tubuh mereka meski masuk ke dalam tubuh. Sementara orang yang sehat akan mudah terinfeksi?"

"Awalnya, aku juga memikirkan hal yang sama. Namun, saat aku memeriksa beberapa zombie pasif di ruang isolasi, beberapa dari mereka ada yang memiliki penyakit kronis dan ada yang sehat-sehat saja," tutur Alma. 

"Begitu, ya. Aku pikir virus itu akan lebih cepat menyebar pada orang yang sehat," gumam Edgar. 

Kedua orang itu pun terlihat berpikir keras. Namun, perhatian keduanya teralihkan pada suara keributan di ruang utama. Mereka pun segera ke sana. 

🍂🍂🍂 

Karya asli Ucu Irna Marhamah 
21.28 | 14 Februari 2019

DISTRIK 05Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang