🍂 Part 05 🍂

730 68 1
                                    

🍂🍂🍂

Lima hari kemudian di loteng rumah Edgar. 

Alden sedang membaca buku, sementara Ezlyn menatap ke luar jendela dan melihat para zombie yang berkeliaran. Bahkan, jumlahnya semakin banyak setiap harinya. 

Di lantai bawah, Edgar sedang memeriksa semua jendela dan pintu, memastikan tidak ada celah masuk bagi para zombie. 

Edgar membuka pintu lemari es yang digunakan untuk menahan pintu belakang. Tampaknya persediaan makanan mulai menipis. Pria itu pun menyalakan kompor dan mulai memasak. 

Suara khas saat memasak menarik perhatian para zombie di halaman belakang. Mereka menggedor-gedor pintu belakang. Namun, Edgar tampak tenang dan santai melanjutkan pekerjaannya. Selama beberapa hari ini, itulah rutinitasnya __memasak ditemani oleh para zombie yang tak berhenti menggedor pintu.

Masakan telah matang, Edgar menuangkannya ke piring. Saat akan menaiki tangga menuju ke lantai dua, ia melihat anak kecil perempuan sedang bersembunyi di bawah tangga rumah seberang. Gadis kecil itu adalah Abby, salah satu anak kembar Harsa. 

Abby terlihat ketakutan karena ada banyak zombie yang berkeliaran di depan rumah itu. 

Edgar meletakkan piring ke meja, lalu membuka selot kunci pintu. 

Di loteng, Ezlyn tampak sibuk membersihkan ruangan itu. Melipat kasur dan selimut, lalu dimasukkan ke dalam lemari kecil. 

Alden melihat ke luar jendela. Kedua matanya membulat lebar. "Apa yang dilakukan Kak Edgar?" ucapnya. 

Ezlyn menghentikan aktivitasnya sejenak, lalu melihat ke luat jendela. Tampak Edgar mengendap keluar dari rumah dan membuka pagar. 

"Kenapa dia ke luar dari rumah?" gerutu Ezlyn. 

Sementara itu, Edgar tidak jadi membuka pintu pagar karena para zombie terus berlalu lalang di jalanan. Edgar berjongkok untuk menunggu waktu yang tepat. Dari sana, ia bisa melihat Abby yang juga melihat padanya. 

Edgar melambaikan tangannya. Abby membalas lambaian tangan Edgar. 

Saat para zombie itu agak lengah, Edgar mengendap ke luar dan berhasil menyeberangi jalan menuju ke rumah itu. 

Edgar menghampiri Abby. "Kau baik-baik saja? Kau tidak terkena gigitan?" bisiknya. 

Telinga para zombie itu bergerak dan menolehkan kepalanya ke sekeliling. 

Abby membekap mulut Edgar. Gadis kecil itu mendekatkan wajahnya dan berbisik di telinga Edgar, "Mereka buta, tapi pendengaran mereka sangat tajam."

Edgar mencerna ucapan Abby. Jika dipikir-pikir, para zombie itu memang tidak pernah menunjukkan kalau mereka bisa melihat. Namun, pendengaran mereka begitu tajam sehingga bisa mengetahui keberadaan seseorang hanya dengan suara napas saja. 

Setelah beberapa menit berlalu, Edgar bisa melihat peluang untuk kabur dari rumah itu dan kembali ke rumahnya. 

Dengan menggendong Abby di punggungnya, Edgar mengendap-endap menyeberangi jalan. Pria itu memperhatikan langkahnya agar tak menimbulkan suara sedikit pun. 

Tiba-tiba terdengar suara gonggongan anjing yang membuat perhatian Edgar dan Abby teralihkan. Ternyata seekor anjing yang sudah menjadi zombie. 

"Sial," gumam Edgar. 

Anjing itu berlari ke arah Edgar walau tak bisa melihat karena selaput yang menutupi bola matanya. 

Karena takut dan panik, Abby berteriak. Itu membuat para zombie mendeteksi keberadaan mereka. 

DISTRIK 05Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang