🍂 Part 33 🍂

211 25 0
                                    

🍂🍂🍂 

Edgar tampak fokus menyetir. Di sampingnya ada Alma. Di kursi tengah dan belakang ada Harsa, Alden, Abby, Amber, dan empat anak lainnya. 

Jam tangan Edgar menunjukkan pukul 6 pagi. 

Di mobil kedua, si pemuda yang menyetir. Ezlyn duduk di sampingnya. Di kursi belakang ada Eric dan Raphael. 

Di mobil ketiga yang merupakan mobil pick up, Devon yang menyetir, sementara di bak mobil terdapat para zombie pasif. 

Setelah menempuh perjalanan selama dua jam lebih, akhirnya mereka sampai di kantor polisi. 

Edgar, Devon, dan si pemuda __yang mana tinggal mereka bertiga sebagai pria dewasa di antara yang lainnya__ memasuki gedung kantor polisi dengan membawa senapan di tangan masing-masing. Mereka bertiga harus memeriksa terlebih dahulu apakah gedung itu cukup aman dan apakah tak ada zombie di dalam. 

Tidak ada apa pun di dalam. Hanya beberapa cairan hitam yang berceceran di mana-mana bekas ledakan tubuh si zombie. Cairan hitam itu pastinya sudah tak berbahaya lagi. 

Setelah yakin tak ada zombie, mereka mengunci semua pintu dan jendela untuk menghindari zombie masuk ke dalam. Semua orang pun diperbolehkan masuk lewat pintu depan. 

"Para zombie pasif harus diisolasi di dalam sel," kata Devon. 

"Apa? Tapi, kenapa?" Ezlyn protes. 

"Karena mereka terinfeksi meski pun tidak berbahaya," sahut Devon. 

Ezlyn membuang napas kasar. "Mereka tak berbahaya dan tak akan menyerang kita. Biarkan saja mereka berbaur dengan kita. Diisolasi di ruangan sempit hanya akan membuat siapa pun stres," ucapnya. 

Devon menyahut, "Kita tidak pernah tahu sampai kapan mereka bersifat pasif. Bagaimana jika mereka tiba-tiba menyerang? Lihatlah, sekarang hanya tinggal kita. Semua orang telah berubah menjadi zombie. Kita telah kehilangan banyak orang karena terlalu lengah terhadap Sherin yang bahkan terlihat normal sebelumnya."

Ezlyn terdiam. 

Devon mendekat dan mengambil pistol dari saku belakang celana Ezlyn. "Kau dilarang menggunakan senjata."

Ezlyn terlihat kesal. "Di saat-saat seperti ini kita membutuhkan senjata. Apakah kau tidak akan memberikanku senjata hanya karena aku anak di bawah umur? Aku tak bisa terus menerus dilindungi oleh orang dewasa. Dan sekarang hanya tinggal kalian bertiga yang merupakan pria dewasa di sini," ujarnya. 

Devon menggerutu, "Aku tak pernah menyuruhmu dan Eric melawan para zombie. Aku hanya menyuruh kalian mengawasi. Dan saat zombie muncul, bersembunyilah bersama anak-anak." Karena tak ingin dibantah lagi, Devon berlalu pergi menggiring para zombie pasif menuju sel untuk diisolasi. 

Ezlyn tertawa sarkas karena kesal. 

Eric menepuk bahu Ezlyn, kemudian berlalu ke lantai atas untuk mengawasi sesuai perintah Devon. 

Ezlyn memasuki salah satu sel untuk mengisolasi dirinya sendiri sama halnya dengan para zombie pasif lainnya. 

Devon akan mengunci sel yang digunakan Ezlyn, tetapi tidak jadi saat tahu orang yang berada di dalam sel adalah Ezlyn. "Apa yang kau lakukan?" tanyanya. 

"Tentu saja mengisolasi diri seperti yang kau inginkan. Apa lagi memang?" sahut Ezlyn dengan nada ketus. 

"Meski kau punya bekas gigitan zombie, kau tidak terinfeksi. Jadi, apa gunanya kau diisolasi," ujar Devon. 

Ezlyn mencerna ucapan Devon. "Lalu, apakah aku tidak perlu diisolasi?" tanyanya. 

"Tidak. Keluar dari sel ini. Zombie pasif ini yang akan mengisi sel ini," usir Devon. 

DISTRIK 05Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang