🍂 Part 11 🍂

581 48 0
                                    

🍂🍂🍂

Follow my Wattpad account, vote, comment, and add this novel to your library. Don't forget follow my instagram @ucu_irna_marhamah or @novellova (promotor account). 

🍂🍂🍂

Kompleks D terlihat begitu ramai oleh gerombolan zombie. Mereka berlalu lalang mencari mangsa dan merusak semua fasilitas di kota itu. 

Di loteng rumah, Tony dan Raphael tampaknya sedang bersembunyi. Mereka berdua diam dalam ketakutan. Terlebih lagi saat mendengar suara yang merangkak dan merayap di atap.

"Kenapa kita tidak pergi saja dengan Kak Edgar?" gerutu Raphael. "Jika kita bersama mereka, mungkin kita akan selamat dan tidak akan terjebak di sini," imbuhnya. 

"Ayah sudah menelepon Devon. Sebentar lagi mereka akan datang menolong kita," ucap Tony menenangkan putranya. 

"Aku menyesal karena tidak ikut Kak Sherin saja," rengek Raphael.

Di luar rumah Tony, terlihat para zombie merayap ke dinding dan atap. Sebagian sudah memasuki rumah. Mereka telah menguasai lantai satu dan dua. 

Tony meletakkan telunjuk di depan bibir agar putranya berhenti merengek. Raphael pun diam meski masih menunjukkan ekspresi kekesalan. 

Zombie di atap mendekatkan hidungnya ke permukaan atap rumah. Makhluk itu mengendus-endus layaknya seekor anjing. Bola mata yang tertutup selaput itu bergerak-gerak. 

Ketika Tony dan Raphael sama-sama diam untuk menciptakan keheningan, tiba-tiba hantaman keras terdengar dari atap rumah. Mereka berdua tersentak kaget. 

Tampaknya si zombie __yang sedari tadi berada di atap__ telah mendeteksi keberadaan Tony dan Raphael. Oleh karena itu, ia sekarang membentur-benturkan kepalanya ke atap hingga retak. 

Raphael berteriak meminta tolong. Teriakan bocah laki-laki itu menyebabkan perhatian semua zombie tertuju ke rumahnya. 

Para zombie yang sudah berada di dalam rumah pun berhamburan menuju ke loteng. Zombie-zombie yang merangkak dan merayap di dinding luar rumah pun menuju ke atap dan menggedor serta membentur-benturkan kepala mereka untuk menghancurkan atap. 

Tony membekap mulut Raphael. "Jangan bersuara!" gerutunya. 

Salah satu zombie berhasil melubangi atap. Ia masuk dan langsung menyerang Tony serta putranya. 

Tony melawan si zombie dengan melemparkan benda-benda di dalam loteng pada si zombie. 

Mobil Danny berhenti di tempat yang tak jauh dari rumah Tony. Mereka berhenti di sana agar tak beresiko karena terlalu banyak zombie di sekitar rumah Tony. 

Sean dan Devon ke luar dari mobil. Edgar juga. Rupanya setelah memikirkan dengan matang, ia pun memilih untuk ikut bersama Danny, Devon, dan Sean untuk menolong Tony dan Raphael. 

Keempat pria itu bersiap pada posisi masing-masing sesuai dengan rencana yang telah mereka diskusikan sebelumnya. 

Devon pergi ke rumah yang berseberangan dengan rumah Tony dengan membawa senapan. Pria itu menaiki tangga sembari memasang silencer ke moncong senapannya. 

Sean dan Danny membawa tongkat besi seadanya dan beberapa senjata dadakan lain. Sementara Edgar membawa sekop dan garu yang tergeletak di tanah. Mereka bertiga mengendap-endap menuju ke rumah Tony. 

Namun, salah satu zombie berlari cepat mereka meski ketiga pria itu sudah mengendap-endap dan tak menimbulkan suara sedikit pun. 

Devon yang sudah pada posisi pun langsung menembaki para zombie yang menyerang teman-temannya. 

Edgar memberikan perlawanan. Ia menggunakan sekop dan garu untuk mengalahkan para zombie itu. Diputuskan kepala dari badan mereka secara brutal oleh Edgar. 

Sementara itu, Danny dan Sean melawan para zombie dengan tongkat besi mereka. Mereka berdua cukup lihai menggunakan tongkat besi. Terlebih lagi Sean yang sesekali meninju dan menghantam si zombie dengan tubuhnya yang sudah dilapisi beberapa kain dan lapisan seng yang cukup tebal. 

Devon mengisi ulang senapannya dengan peluru baru. Ia kembali menembaki zombie yang berhamburan menyerang ketiga temannya. 

Perhatian para zombie sepenuhnya teralihkan pada Edgar, Danny, dan juga Sean. Mereka melompat dan menjatuhkan diri dari atap untuk memangsa ketiga pria itu. 

Di dalam loteng, Tony masih berusaha melawan si zombie. Keributan dan benturan di dalam loteng membuat loteng roboh. 

Raphael, Tony, dan si zombie pun jatuh ke lantai dua. Namun beruntung, Tony dan dan Raphael jatuh di atas ranjang, sementara si zombie jatuh ke lantai. 

Tony mengambil pistol di laci, lalu menembak si zombie hingga tak bergerak lagi. 

Karena mendengar suara letupan senjata dari dalam rumah, beberapa zombie yang sedang bertarung dengan Edgar, Danny, dan Sean pun berhamburan masuk ke dalam rumah. 

"Sial!" gumam Devon yang melihat itu. 

Tony dan Raphael mendengar suara derap langkah kaki dari luar menuju ke kamar di mana mereka berada. Tony menodongkan pistolnya ke pintu. 

Tiba-tiba pintu roboh karena mendapat hantaman dan dorongan dari luar. Para zombie itu masuk dan menyerang dua manusia di dalamnya. Mereka bisa langsung mendeteksi keberadaan keduanya. 

Tony menembaki mereka satu per satu, lalu mengisi ulang pelurunya. 

Sementara Raphael berteriak ketakutan. Ia bersembunyi di balik punggung sang ayah. 

Devon bisa melihat Tony dan Raphael yang berada di jendela lantai dua. Ia pun membantu menembaki para zombie yang masuk. 

Pandangan Tony teralihkan sesaat pada Devon di rumah seberang. Ia pun merasa jika peluang untuk hidup semakin besar setelah mengetahui bantuan telah datang.

Raphael melihat ada celah untuk kabur. Bocah itu pun berlari keluar dari kamar. 

"Raphael! Jangan jauh-jauh dariku!" teriak Tony. Namun, Raphael sudah menghilang dari ambang pintu. 

Tony membuka pintu jendela saat zombie masih mencoba memangsanya. Ia melompat ke jendela dan jatuh di atas kanopi, sebelum jatuh ke tanah. Pria itu terlihat baik-baik saja. 

Perhatian beberapa zombie yang sedang bertarung dengan Edgar, Danny, dan Sean teralihkan pada Tony yang baru saja jatuh. Mereka menyerangnya. 

Tony bangkit dan berlari ke gudang penyimpanan makanan di belakang rumah. Para zombie itu mengikutinya. Rupanya mereka bisa mengetahui keberadaan manusia melalui indera penciumannya. 

Sementara di dalam rumah, Raphael tampak tergesa-gesa saat menuruni tangga. Langkahnya terhenti saat melihat zombie berbadan gempal berdiri di depannya. 

Raphael refleks berteriak. Si zombie pun menyadari keberadaan bocah itu. Ia pun mendekat dan berniat menyentuh Raphael. Namun beruntung, Sean datang dan langsung menubruk si zombie hingga terjungkal. 

Di gudang makanan, Tony menyiramkan bensin ke sekelilingnya. 

Para zombie itu pun masuk ke dalam gudang, sementara Tony ke luar lewat jendela. Pria itu menutup pintu, lalu menyalakan korek api dan melemparkannya ke dalam lewat jendela. Tony berlari menjauh. 

Api menyebar dan membakar para zombie itu. Bahkan, sempat terjadi ledakan kecil di dalam gudang. Akhirnya Tony bisa bernapas lega.

🍂🍂🍂

Karya asli Ucu Irna Marhamah 
21.28 | 14 Februari 2019

DISTRIK 05Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang