🍂🍂🍂
Edgar membuang napas kasar. "Sepertinya semua ini belum selesai sampai di sini," ucapnya.
"Maksudmu?" Max mengernyit.
"Seseorang yang barusan menelepon meminta kita untuk tidak mempercayai pasukan Avis. Dia juga bilang kalau Distrik 05 akan dihancurkan sebentar lagi. Aku tidak mengerti dengan maksudnya, tapi dia menyuruh kita untuk pergi ke Distrik 01 dan menemuinya," jelas Edgar.
"Apakah kau percaya?" tanya salah seorang zombie pasif. "Maksudku, yang barusan menelepon adalah orang asing yang entah siapa. Mungkin saja dia hanya iseng."
"Ya, kita tidak memiliki harapan lagi selain bala bantuan," sahut zombie pasif lainnya.
Devon menambahkan, "Ya, mereka benar. Bukankah dari awal kita memang mengharapkan kedatangan tim penyelamat? Dan sekarang, mereka akan datang."
"Danny, James, dan yang lainnya telah aman di markas Avis. Jadi, apa masalahnya sekarang?" ucap Harsa diakhiri dengan pertanyaan.
Edgar menyahut, "Ya, itu memang benar. Tapi, pernahkah kalian berpikir, kenapa mereka tidak melakukan penyelamatan sejak awal? Kenapa baru sekarang setelah korban berjatuhan? Apakah kalian masih berpikir kalau pemerintah peduli?"
Terjadi perselisihan antara Edgar dan yang lainnya, terutama para zombie pasif.
Ezlyn angkat bicara, "Dengarkan aku sekali saja."
Semua mata tertuju pada Ezlyn.
"Meski aku orang asing, bolehkah aku berpendapat?" tanya Ezlyn meminta izin untuk berbicara.
"Ya, tentu saja," sahut Max.
Ezlyn pun bersuara, "Pernahkah kalian berpikir, bagaimana semua mimpi buruk ini bermula? Satu per satu orang berubah menjadi zombie. Lalu setelah 48 jam, para zombie akan meledak dan cairan hitam pada tubuh mereka tak lagi berbahaya.
Pemerintah tak melakukan apa pun selama ini. Di sosial media, negara lain ramai membicarakan tentang langkah pemerintah kita yang sangat lamban, bahkan terkesan tak melakukan tindakan apa pun sama sekali.
Negara tetangga dan negara-negara besar lainnya menawarkan bantuan, tetapi tak ada tanggapan dari pemerintah di negara kita."
Mendengar penjelasan Ezlyn, semua orang terdiam dan tenggelam dalam pikiran masing-masing.
Rupanya selama diisolasi, Ezlyn menggunakan ponsel Eric untuk mencari tahu situasi di luar sana lewat internet. Semua berita dan tanggapan dunia mengenai fenomena saat ini telah dibacanya.
Ezlyn melanjutkan, "Aku menduga bahwa pemerintah sengaja melakukan semua ini agar jumlah penduduk di negara ini berkurang. Bukankah itu terlalu kentara?"
"Kau berpikir pemerintah yang melakukan semua ini?" tanya salah satu zombie pasif.
"Ya, dan pasukan Avis yang dimaksud oleh Danny sudah pasti terikat dengan instansi pemerintah. Aku rasa, ucapan orang yang tadi menelepon ada benarnya," sahut Ezlyn.
Tampaknya mereka mulai berpikir untuk segera pergi dari tempat itu, berbeda dengan para zombie pasif yang masih. pada pendirian mereka untuk tetap tinggal dan menunggu kedatangan para pasukan Avis.
"Kami tak ada pilihan lain. Jika Avis punya markas dan teknologi canggih, mereka pasti punya sesuatu yang bisa membuat kami berubah kembali menjadi manusia normal," ucap si zombie pasif.
"Tak akan ada zombie yang menyakiti kami. Kalian tak perlu khawatir," ujar zombie pasif lainnya.
Akhirnya, Ezlyn, Edgar, Alma, Eric, Alden, Harsa, Amber, Abby, Devon, Max, Raphael, dan empat anak lainnya pun memilih untuk pergi. Mereka memasuki mobil.
Ezlyn menatap Kevin yang melambaikan tangan ketika mobil yang ditumpanginya melaju meninggalkan kantor polisi. Tampaknya Ezlyn merasa berat meninggalkan mereka.
Meski mereka semua adalah orang asing, bagi Ezlyn mereka adalah teman dan keluarga. Mereka semua disatukan oleh situasi dan kondisi.
Para zombie pasif tampak bosan menunggu di kantor polisi. Mereka hanya berkeliaran dan bermain-main.
Beberapa jam berlalu. Terdengar suara deru mobil yang kemudian berhenti di pelataran kantor polisi.
Para zombie pasif tampak senang. Mereka berhamburan keluar untuk menemui bala bantuan yang datang.
Pasukan Avis ke luar dari mobil. Mereka membawa senapan di tangan masing-masing. Saat para zombie pasif itu menghampiri mereka dan meminta bantuan, pasukan Avis langsung menembaki mereka tanpa menunggu mereka berbicara sedikit pun. Entah zombie pasif dewasa atau anak-anak, mereka ditembak dan diledakkan.
Cairan hitam dan merah menggenang di depan pintu kantor polisi.
Kevin yang melihat itu dari jendela terkejut tentunya. Ia merekam semua itu di ponsel, lalu berlari menjauh dari sana. Lewat pintu belakang kantor, Kevin keluar. Anak laki-laki itu mengirimkan video tersebut pada Ezlyn.
Sementara itu, tiga mobil yang membawa Ezlyn dan yang lainnya hampir sampai di perbatasan antara Distrik 05 dan Distrik 03.
Ponsel Ezlyn bergetar menandakan ada notifikasi yang masuk. Ia pun memeriksanya. Rupanya itu adalah video yang dikirimkan oleh Kevin.
Ketika memutar video tersebut, Ezlyn terkejut tentunya. Air matanya menetes membasahi pipi.
"Ada apa? Kau kenapa?" Eric yang duduk di samping Ezlyn kebingungan melihat Ezlyn yang tiba-tiba menangis.
Devon yang menyetir menoleh sebentar ke belakang. Max yang duduk di samping Devon pun berbalik.
"Para pasukan itu... mereka membunuh para zombie pasif dengan tembakan dan ledakan," ucap Ezlyn dengan suara bergetar.
"Apa?" seru Devon dan Max berbarengan.
"Kevin masih di sana. Dia sedang dalam bahaya sekarang. Kita harus menyelamatkannya," ucap Ezlyn.
"Tapi, bagaimana jika para pasukan itu juga membunuh kita?" tanya Eric khawatir.
Devon memutar balikkan mobil dan mempercepat lajunya untuk kembali ke kantor polisi dan menyelamatkan Kevin.
"Hei! Kalian mau pergi ke mana?" Kepala Alma muncul dari jendela mobil yang belakang.
"Mereka tak akan membunuh kita. Danny dan yang lainnya juga tidak dibunuh, kan? Aku rasa, mereka hanya membunuh para zombie. Entah itu zombie pasif atau zombie berbahaya sekali pun," ujar Max menjawab pertanyaan Eric.
Di kantor polisi.
Para pasukan Avis menyisir seluruh ruangan di dalam gedung kantor polisi. Mereka menemukan sisa-sisa makanan di wadah sampah. Artinya sebelum mereka datang, orang-orang telah pergi.
Kevin berlari sejauh yang ia bisa. Ia melompat ke dalam sungai yang memanjang di taman kota. Bocah laki-laki itu menyelam sedalam yang ia bisa.
Gelembung-gelembung keluar dari lubang-lubang kecil di pipinya. Kevin terus berenang mengikuti jalur air. Ia memeriksa ponselnya dan mengirimkan lokasi berkala secara otomatis pada Ezlyn. Beruntung ponselnya anti air.
Beberapa zombie air terlihat berenang di dalam sana. Mereka melihat ke arah Kevin tanpa melakukan tindakan apa pun.
Sungai itu mengalir dan melintang sampai ke perbatasan antara Distrik 05 dengan Distrik 04.
Ada banyak pasukan Avis yang berjaga di perbatasan.
Mobil yang dikendarai Devon berhenti tak jauh dari sana. Mereka sengaja berhenti agak jauh agar tak ketahuan pasukan Avis.
Ezlyn mengirimkan pesan pada Kevin kalau ia sudah sampai. Akhirnya, mereka sepakat untuk bertemu di pinggir sungai yang terdapat tumbuhan sejenis ilalang memenuhi bagian pinggir sungai tersebut.
"Aku yang akan menjemputnya," ucap Devon. "Kalian tetaplah di sini." Ia pun bergegas pergi.
"Hati-hati," kata Max.
🍂🍂🍂
Karya asli Ucu Irna Marhamah
21.28 | 14 Februari 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
DISTRIK 05
AdventureKetika zombie menguasai wilayah tempat tinggalmu, apa yang akan kau lakukan? Kau yakin akan bertahan di dalam rumahmu? Mereka sangat peka dengan suara dan bau tubuh manusia.