🍂 Part 02 🍂

962 72 5
                                    

🍂🍂🍂

Alden tampak serius mengerjakan PR di kamar. Beberapa menit kemudian, ia selesai dengan aktivitasnya tersebut. Alden memasukkan buku-buku yang harus ia bawa besok ke sekolah.

Sejenak Alden terdiam dan merenung. Ia berguman, "Aku benar-benar tidak ingin pergi ke sekolah besok."

Perhatian Alden tertuju ke kertas hasil penilaian di meja. Terdapat angka 96 di sudut atas kanan kertas tersebut. "Hasil Penilaian Tes Kecerdasan Level 7", itu yang tertulis sebagai judul pokok. Di bawahnya terdapat nama Alden selaku orang yang mengisi soal-soal tes kecerdasan, disusul bagan yang berisi rincian dari jumlah soal yang telah diselesaikan oleh Alden.

Terdengar suara benda jatuh dari lantai bawah membuat perhatian Alden teralihkan. "Kak Edgar? Kakak sudah pulang?" Ia bergegas menuruni tangga.

Tidak ada siapa pun di lantai satu. Suara langkah yang mengendap terdengar samar dari dapur. Alden terlalu takut untuk memeriksanya. Ia pun bersembunyi di bawah tangga.

"Kenapa Kakak tidak menitipkanku saja pada Nyonya Molly jika dia akan lama di rumah Raphael?" gumamnya dalam hati.

Beberapa menit berlalu. Alden tak bergerak sedikit pun dari tempat persembunyiannya.

"Alden?" suara Morris disusul dengan suara ketukan pada pintu depan.

"Nyonya Morris?" Alden tampak senang. Ia pun ke luar dari tempat persembunyiannya menuju ke pintu.

Di luar rumah, Morris berdiri mematung. Tangannya yang kotor dan berdarah-darah mencakar pintu.

Langkah Alden terhenti di depan pintu. "Nyonya Morris?" panggilnya. Ia ingin memastikan jika yang datang adalah Morris.

"Bukan pintunya, Alden," ucap Morris dengan suara menggeram. Itu membuat Alden ketakutan. Tidak biasanya Morris berbicara dengan suara seperti itu.

Morris tersenyum lebar menunjukkan giginya yang kotor dipenuhi darah, sebagian bibirnya tampak robek, urat-urat muncul di wajahnya seolah-olah ingin merobek kulit wajah.

"Alden?" panggil Morris sembari mengetuk pintu.

Alden menelan saliva. Perlahan tangannya bergerak menyentuh knop pintu, tetapi tiba-tiba knop pintu berguncang membuat Alden tersentak kaget.

Morris memutar knop pintu yang terkunci dari dalam. Kedua matanya yang tertutup selaput membelalak lebar. Ia pun menggedor-gedor pintu dengan keras.

Alden yang ketakutan berjalan mundur. Tanpa disadari, ada seseorang yang berdiri di belakangnya. Orang itu membekap mulut Alden.

Alden yang panik dan ketakutan meronta-ronta, berusaha melepaskan diri.

Di tempat lain, Alma sedang berjalan gontai menyusuri jalanan kompleks. Ia melihat ke sekeliling. Suasana terasa begitu sepi dan mencekam. Hari belum terlalu larut, tetapi tidak ada orang yang berlalu lalang.

Alma melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 7 malam. Biasanya masih ada orang yang terlihat di sekitar sana. Namun, hari ini agak berbeda.

Samar-samar, terdengar suara geraman dari kejauhan. Karena ketakutan, Alma mempercepat langkahnya. Suara geraman itu terdengar semakin dekat, begitu pula dengan langkah Alma yang semakin cepat. Wanita itu pada akhirnya berlari.

Seseorang muncul dari parit dan menerkam Alma. Wanita itu berteriak kaget.

Kedua mata Alma terbelalak lebar kala menyadari seseorang yang kini menindihnya tidak sepenuhnya terlihat seperti manusia. Wajahnya berurat, bola matanya tertutup selaput, mulutnya berlendir dan berbau busuk. Makhluk itu memudahkan cairan kehitaman dari mulutnya ke wajah Alma.

DISTRIK 05Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang