🍂 Part 09🍂

600 51 1
                                    

🍂🍂🍂

Sherin melajukan mobil pick up dengan kecepatan tinggi. Amber dan Ezlyn yang duduk di sampingnya terlihat khawatir dan melirik ke arah Sherin. 

"Bukankah kita terlalu cepat?" tanya Ezlyn. 

Amber mengangguk-anggukkan kepala membenarkan pertanyaan Ezlyn. 

"Jika kita lambat, para zombie itu akan lebih mudah menghambur ke mobil," sahut Sherin. 

Sementara itu, di bagian belakang mobil. Edgar, Alma, dan Harsa sibuk "bergelut" dengan para zombie yang melompat ke mobil. 

"Jangan meremehkan emak-emak, ya!" Harsa menendang perut si zombie hingga terjungkal dari atas mobil ke jalanan. 

Sherin melihat mobil-mobil yang berserakan di jalanan yang dilalui. Tampak beberapa zombie yang berkeliaran dan menoleh ke arah mereka. 

Dengan penuh perjuangan, akhirnya mereka pun sampai di rumah sakit. 

Berbeda dengan tempat lain yang dikuasai oleh zombie, justru rumah sakit terlihat sepi. Tidak ada siapa pun yang mereka lihat. 

Sama halnya dengan di jalanan yang dilalui, di pelataran rumah sakit juga terlihat beberapa mobil yang berserakan. 

Edgar dan Alma turun dari mobil. Begitu pula dengan Harsa. 

"Pelan-pelan, Nyonya." Alma memapah Harsa. 

"Aku baik-baik saja," kata Harsa sembari memegangi lengan dan pinggangnya yang terluka karena tertimpa reruntuhan gudang makanan. 

"Ibu." Amber ke luar dari mobil, lalu memeluk Harsa. 

"Amber." Harsa membalas pelukan putrinya. 

Mereka pun memasuki gedung rumah sakit. Tidak ada siapa pun di dalam. Semuanya terlihat berantakan. Ada banyak darah dan cairan hitam yang berceceran di lantai, ada juga yang menodai dinding 

"Kita harus tetap waspada. Pasti ada zombie juga di dalam gedung ini," ucap Edgar. 

Mereka memasuki salah satu ruangan. Alma mencari obat-obatan di lemari. Ia pun memberikan penanganan pada Harsa dan Amber. Meski sebelumnya sudah memberikan penanganan seadanya, obat-obatan dan fasilitas di rumah sakit lebih lengkap. 

Edgar, Ezlyn, dan Sherin menunggu di luar ruangan. 

Sherin duduk di kursi dan menatap kosong ke dinding di depannya. Gadis remaja itu kembali teringat pada ibunya yang diseret oleh zombie, lalu dimakan dan akhirnya berubah menjadi zombie. 

"Aku turut sedih atas apa yang menimpa ibumu," kata Edgar. 

Sherin membuang napas kasar. "Aku benar-benar syok dengan apa yang aku lihat secara langsung di depan mataku," ucapnya dengan suara bergetar. 

Mendengar perkataan Sherin, Ezlyn terlihat sedih. 

Alma telah selesai mengobati luka Amber dan Harsa yang kini dibalut dengan perban. Mereka ke luar dari ruangan. 

"Sudah selesai?" tanya Edgar. 

Alma mengangguk. Mereka pun berniat untuk pulang, tetapi tidak jadi setelah mendengar suara gerombolan zombie di tangga. 

"Sebaiknya kita naik lift saja," ucap Edgar. Mereka pun menyebar untuk menaiki lift yang berbeda. Edgar bersama Harsa dan Amber, sementara Ezlyn bersama Alma dan Sherin. 

Pintu lift tertutup dan mulai bergerak turun. Beruntung tidak ada satu pun zombie yang menyambut mereka di depan pintu lift lobi. Tim Edgar dan tim Ezlyn kembali bertemu. 

"Tunggu, ada banyak mobil yang terparkir di sini. Bagaimana jika kita mengambil satu saja atau mengganti sekalian mobil pick up itu dengan mobil yang ada di sini?" usul Sherin. Ia melanjutkan, "Setidaknya kita membutuhkan mobil yang masih bagus dan juga tertutup agar semuanya aman terkendali."

"Idemu bagus juga," kata Edgar. 

Mereka pun memeriksa mobil-mobil yang berserakan di pelataran. Mobil bagus dan tertutup yang mereka butuhkan. Dan yang terpenting, kuncinya masih ada di dalam mobil.

Alma membuka salah satu pintu mobil. Ia terbelalak kaget melihat ada bayi zombie di dalam mobil itu. 

Melihat Alma berdiri terpaku di depan pintu mobil yang terbuka, Edgar pun menghampiri. Pria itu terkejut melihat bayi zombie di dalam mobil. 

Alma mengalihkan pandangan ke arah lain. "Kapan semua ini akan berakhir? Banyak sekali korban yang berubah menjadi zombie, mereka yang tak berdosa, hewan malang, dan orang-orang baik di sekitar kita," ucapnya pelan. 

Edgar menghela napas berat. 

"Kami sudah menemukan mobil yang bagus. Kita harus segera kembali. Alden dan Abby menunggu," kata Ezlyn. 

Perhatian Edgar dan Alma teralihkan. Akhirnya mereka pun memasuki dua mobil yang terpilih. 

Edgar menyetir salah satu mobil. Amber dan Harsa naik ke mobil yang sama. Sementara di dalam mobil yang dikendarai oleh Sherin, ada Alma dan Ezlyn. 

Sherin melajukan mobil duluan, lalu disusul Edgar. 

Alma bertanya pada Ezlyn, "Apakah kau dan Edgar yang menciptakan ledakan sewaktu aku membantu Nyonya Harsa dan Amber ke luar dari reruntuhan?" Ia menatap gadis yang lebih muda darinya itu dengan tatapan serius. 

Ezlyn menoleh pada Alma. "Edgar meledakkan gas di gudang makanan di salah satu rumah warga, sementara aku datang ke rumah Nyonya Harsa untuk membantu mengalihkan perhatian," jawabnya. 

Sherin yang menyetir melirik ke arah spion tengah, memperhatikan kedua perempuan yang duduk di kursi belakang. 

"Aku tadi mendengar bahwa usiamu 17 tahun. Edgar berumur 24 tahun. Jadi, sopanlah sedikit padanya," ucap Alma. 

Ezlyn mendelik ke arah Alma. "Memangnya umur itu penting? Kita tidak pernah tahu siapa yang akan mati duluan, yang lebih muda atau yang lebih tua." 

Alma mendengus kesal. 

"Pegangan," ucap Sherin ketika melihat para zombie yang tersebar di jalanan depan sana. Gadis remaja itu menutup seluruh kaca mobil secara otomatis demi keselamatan. 

Ezlyn dan Alma berhenti berdebat. Mereka berpegangan erat pada handle di atas pintu mobil. 

Sherin meningkatkan laju kecepatan mobilnya. Para zombie itu tertabrak dan tergilas mobil Sherin. 

Sementara itu di mobil yang dikendarai Edgar, terlihat situasi dan kondisi begitu tenang. Berbeda dengan situasi di mobil Sherin, Harsa dan Amber terdiam dan melihat ke jalanan yang dilalui oleh mobil. 

"Anda sangat hebat, Nyonya Harsa. Anda memukuli para zombie itu sekuat tenaga," ucap Edgar memecah kecanggungan. 

Harsa menoleh dan menatap punggung Edgar. "Aku tidak sehebat dirimu dan Alma yang masih muda dan memiliki tenaga yang besar. Aku hanya seorang ibu yang berjuang untuk keselamatan anak-anakku," ucapnya. 

Edgar mengangguk mengerti. 

Harsa berkata, "Aku benar-benar berterima kasih padamu karena telah menolong Abby dan mengamankannya. Pandangan burukku terhadap pria di distrik ini ternyata salah. Masih ada pria baik dan peduli pada orang lain seperti dirimu."

"Anda terlalu berlebihan, Nyonya Harsa," ujar Edgar. Ia mempercepat laju mobilnya mengikuti mobil Sherin sembari mengunci otomatis semua kaca mobil. "Pegangan."

Sementara itu di rumah Tony, Raphael dan ayahnya terlihat duduk di sofa kamar lantai dua. Mereka terlihat bosan dan juga khawatir karena suara-suara geraman para zombie di luar sana terdengar sampai ke dalam ruangan. 

"Kenapa kita tidak pergi dari sini? Mereka bilang, tidak ada lagi manusia lain di kompleks ini selain kita. Semuanya telah berubah menjadi zombie," kata Raphael. 

"Hanya ini satu-satunya tempat yang aman. Stok makanan kita juga banyak," tutur Tony. 

Raphael masih terlihat khawatir. 

🍂🍂🍂

Karya asli Ucu Irna Marhamah 
21.28 | 14 Februari 2019

DISTRIK 05Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang