53

3.1K 373 56
                                    

Sebelum meninggalkan Rion di kamar mandi Hardian selalu bilang: 'Jangan sampe jatoh'... 'Hati-hati'... 'Awas kepleset'. Mitosnya kalau anak dibilangin begitu biasanya kejadian--jatoh. Dan benar saja kebetulan kejadian pada Rion.

Terjatuh di kamar mandi di H-2 lebaran. Dilarikan ke Rumah sakit, padahal malam besok sudah takbiran.

Begitu Bilal menghampiri Rion di ranjang IGD--setelah Rion kembali dari ruang X-Ray, raut wajah abangnya tidak enak dipandang kemudian tanpa ada aba-aba kening Rion mendapatkan sentilan cinta, keras sekali sampai Rion mengaduh, mana perawat yang ikut datang bersama Bilal malah terkekeh lagi.

"Hei, Yong."

Perawat itu menyapa.

Rion mengernyit.

Saat dia menurunkan masker yang dikenakannya baru lah Rion kenal. Ternyata itu adalah Yovan yang waktu itu.

"Gue harap di hari lebaran nanti, gak ada pasien-pasien masuk IGD karena kecerobohan gini. Bikin kesel yang gak dapet libur di hari lebaran," gerutu Bilal.

"AW!"

Refleks Rion berteriak saat Bilal menekan bagian pangkal paha kaki kanannya.

"Pelan-pelan," kata Rion, sedikit was-was karena abangnya terlihat sedang dalam mood tidak baik.

Bilal tidak menghiraukan Rion, dia mengintruksikan pengambilan obat yang dibutuhkan kepada Yovan.

Kemudian kaos Rion ditarik ke atas lalu Bilal memasangkan bantalan-bantalan elektroda, juga manset Tensimeter di lengan atasnya, dan menjepitkan oximetry di telunjuknya.

"Gue, kan, cuma keseleo, kenapa pake-pake yang ginian?" tanya Rion.

Bilal tidak menanggapi. Abangnya sekarang terlihat sibuk dengan bedside monitor.

Bagian bawah tubuh Rion ditutup selimut. Tanpa permisi kedua tangan Bilal menyelusup dan menarik boxer pendeknya.

Rion sampai refleks melotot.

Setelah terlepas, Bilal menyibakkan selimut.

Rion semakin melotot.

Anj--sempaknya diekspos.

"Dok, Dokter Yubi sebentar lagi ke sini."

Seorang perawat datang dan menginformasikan.

Bilal hanya menanggapinya dengan gumaman dan anggukan kepala.

Rion menghela napas. Untung saja perawat perempuan yang hanya menyibak tirai itu tidak melirik paha mulusnya yang dengan tidak senonoh diumbar oleh Bilal.

Yovan memasuki area ranjang membawakan segala yang diminta oleh Dokter panutannya.

"Fraktur, Dok?" tanya Yovan.

"Nggak, dislokasi ringan, kalau ada Fraktur dia gak akan tenang gini."

Bilal menyambungkan selang infus dengan PICC Line di lengan atas Rion. Abangnya itu juga tampak memberikan obat-obat yang disuntikan melalui alat itu.

Kemudian setelah selesai, Bilal hendak melangkah keluar dari tirai.

"Heh, Bang!" panggil Rion dengan nyaring.

Bilal menengok. "Gak usah teriak, lo gak sadar lagi di mana?"

Agak sewot abangnya menanggapi.

"Mau ke mana?" tanya Rion.

"Nanti gue balik lagi kalo Dokter Ortopedi udah dateng," sahut Bilal.

"Celana gue."

Bilal melirik boxer hitam Rion yang disampirkan di atas kursi.

Just🌹StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang