86

2.4K 403 45
                                    

"Ke rumah sakit dulu, ya."

Rion yang sedang memandangi jalanan, langsung menoleh ke orang yang mengemudi.

"Ngapain? Ada urusan mendadak? Gak ah, gue gak mau ngikut. Balikin dulu ke rumah bentar," kata Rion, tidak mau dia menginjakan kaki di rumah sakit, nanti juga ada jadwal periksa yang mengharuskannya ke tempat itu.

"Ketemu Dokter Nirwan."

"Ngapain? Ketemu aja sendiri, gue gak ngikut," keukeuh Rion.

Bilal tidak mengindahkan ucapan adiknya, tetap melajukan mobil menuju tujuannya.

"Gue capek loh, pengen istirahat," Rion menatap abangnya itu, berbicara dengan nada setengah merengek. Mobil tetap melaju menuju arah rumah sakit, dan dia beneran sudah lelah, aktifitas yang tidak seberapa itu sangat melelahkan untuknya. Kenapa abangnya tidak mengerti?

Bilal tetap fokus mengemudi, tidak menanggapi.

"Ish, resek banget dah," rutuk Rion sembari memalingkan wajah, kesal, dia kembali memandangi jalanan di jalur kiri dengan suasana hati yang otomatis menjadi buruk.

.

Sampai di parkiran rumah sakit. Tak sedikit pun Rion menggerakan kepalanya yang bersandar pada kaca mobil.

Bilal keluar dari mobil, berjalan memutar, menurunkan kursi roda lalu mengetuk kaca mobil kiri depan.

Rion menjauhkan kepalanya dari kaca mobil yang diketuk dari luar itu.

Bilal membuka pintu mobil.

"Apaan? Gue gak ikut turun!" ucap Rion dengan sewot. Kursi roda sudah ada di sana, yang berarti Bilal ingin Rion ikut masuk ke dalam rumah sakit.

"Bentar aja," kata Bilal.

Ada yang lain dari tatapan abangnya, tidak datar dan tajam seperti biasanya, tatapannya sekarang seolah sedang memohon.

"Gue capek," ungkap Rion.

"Istirahat di dalem, nanti boleh tidur juga. Bentar aja, ya?"

Rion mendengkus. Kenapa sih Bilal?! Orang lelah juga. Kalau dia punya urusan kenapa harus bawa-bawa Rion.

Awas saja nanti akan Rion adukan kepada Lena, dia yang lelah dibawa-bawa oleh Bilal ke rumah sakit.

"Yaudah," ucap Rion, menurut dengan terpaksa.

.

Bilal membawa Rion ke IGD. Kenapa IGD coba? Malu, kan,  kalau hanya untuk menumpang istirahat. Dan menyebalkannya Bilal malah pergi, meninggalkan Rion dengan Syahid dan Yovan yang seharusnya sudah pulang, tapi karena tadi melihat Rion, mereka tidak jadi pulang, jadinya menemani Rion, sekarang berada di dalam tirai yang menutupi ranjang dengan tas ransel di punggung mereka.

Rion lelah ingin tidur, tapi tidak bisa tidur karena ada rasa tak nyaman yang mengganggu.

"Abang gue kemana?" tanya Rion dengan jengah.

"Nah, pucuk dicinta abang pun tiba," ucap Syahid karena tirai terbuka dan memperlihatkan sosok abang yang dicari oleh Sang Adik yang sejak tadi memasang wajah kesal.

Bilal datang bersama dengan Dokter spesialis paru yang menangani Rion sejak awal sakit.

"Yong, apa kabar?" tanya dokter itu, yang sejak lama jadi memanggil Rion dengan sebutan 'Iyong' mengikuti keluarganya.

"Baik," ucap Rion dengan datar dan malas.

Dokter Nirwan tetap tersenyum, walaupun disambut dengan kurang ramah oleh pasiennya.

Just🌹StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang