55

3.5K 420 78
                                    

Di sebuah group chat Whatsapp: 'LakinyaLisa', yang beranggotakan empat biji laki.

👇

Mohon maaf lahir dan batin 🙏 Maaf atas semua kesalahan gue selama kenal, perlakuan resek gue, omongan kasar gue, candaan yang mungkin pernah gak sengaja nyakitin hati lo pada, gue minta maaf yang sebesar-besarnya, udah banyak ngerepotin juga, dan atas segala bantuan lo semua ke gue, gue ucapkan terimakasih banyak 🙏, gue sayang lo betiga, lo betiga yang terbaik, makasih udah jadi temen gue🙏

Adam

Anju, merinding gue, telepon.

Angkat kampret Iyong.

Woe.

Gazza

Ada apaan nih? Gue kaget. Yong lagi baek-baek aja, kan?

Yuzi

Merinding juga gue anjir. Liat emot 🙏 gitu dari lo aja gue merinding Yong, apalagi ditambah baca ketikan lo. Lagi sehat-sehat aja kan Yong?

Gazza

Yong muncul lu. Jangan aneh-aneh.

Adam

Taek Yong, angkat telepon vangsat.

Yuzi

Yong, lo masih idup kan?

Pada brisik brengsek, heboh banget liat orang maaf maafan di hari lebaran doang, heran gue. Tar dulu gue lagi ada urusan!

-

"Apaan?"

Di samping Rion sedang ada Qaisar yang beberapa menit lalu tiba-tiba menghampiri dengan wajah resah gelisah dan memanggil Rion dengan nada ragu.

"Jangan lo cengin, jangan lo cepuin, jangan lo ketawain," kata Qaisar.

"Hoh, apaan? Udah masuk masa puber lo?"

Mata Qaisar membulat.

Yang membuat sebelah sudut bibir Rion kemudian tertarik naik.

Kena.

"Gue cepuin ah, lo udah mulai nonton bokep."

TAK!

"Anj*ng, Qaisar, sakit! Durhaka lo jitak-jitak pala orang tua."

"Abisnya lo ngomong resek banget, tahu ah mulut lo gak bisa dipercaya."

Qaisar pundung, hendak beranjak dengan kesal. Tapi dengan sigap Rion memanjangkan tangan dan meraih tangan adiknya itu, sedikit lupa pada cedera tulang belakangnya.

"Arggh-a-a-anj--j-jiinggg... Qaisar bangsat lu, lupa lagi gue... arghh."

Qaisar tidak jadi berdiri, ikut terduduk kembali seiring menurunnya tangan Rion yang masih memegang pergelangan tangannya.

Rion memejamkan mata, mendesis dan meringis.

"Gak pa-pa lo?" tanya Qaisar dengan polosnya.

Kelopak mata Rion seketika terbuka.

"Apa-apa lah, anjir! Awas aja kalo gara-gara lo tulang punggung gue patah, gue patahin juga tulang punggung lo!"

"Hidih, dari mananya bisa jadi gara-gara gue. Lo sendiri yang gak sabaran pake sok-sokan megang tangan gue segala sampe mau bangun. Mana masih dipegang lagi tangan gue, gak mau banget gue tinggal pergi?"

Just🌹StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang