"Bun, liat, kemejanya jadi kegedean."
Lena melirik Rion yang berdiri di ambang pintu masuk ruangan main Junior. Memakai kemeja putih yang tampak kebesaran dan boxer pendek sebatas paha yang memperlihatkan betapa kurusnya kaki jenjang itu.
"Besok beli," kata Lena.
"Bunda yang beliin," ucap Rion sembari masuk ke dalam ruangan, merebut PSP yang sedang dimainkan oleh adik bungsunya sambil berbaring, Rion juga membaringkan diri di kasur itu setelah mengambil alih permainan Junior.
"Nanti kegedean, kamu gak mau pake lagi."
"Yang ukuran paling kecil aja belinya."
"Kalo yang paling kecil nanti badannya pas, tapi tangannya kependekan."
"Ya, terus gimana dong?" tanya Rion tanpa mengalihkan pandang dari layar PSP.
Junior di sampingnya menonton dengan pasrah.
"Mau pesen, kamu bilangnya pas mau dipake banget, mana keburu."
"Kan, dikira gak akan jadi kegedean."
Lena memandangi putra ketiganya yang sedang tiduran sambil bermain game dengan si bungsu di sampingnya.
"Ah, tapi gak aneh kok, Yong. Masih pas-pas aja itu di badan."
"Pas gimana. Kegedean ini, Bun, gak keren."
"Kamu itu bukan mau fashion show, Yong. Gak usah mikirin kerennya, yang penting rapi. Coba bangun dulu, Bunda mau liat yang jelas."
"Gini aja udah jelas, kegedean, Bun."
"Yong, kasih maennya ke Jun. Bangun atau gak Bunda beliin."
Rion memberikan PSP yang dia pegang kepada Junior yang pasrah saja sejak tadi mainannya diambil tanpa izin. Kemudian dia bangun, menghadapkan tubuh ke arah bundanya.
Lena menautkan dua kancing atas kemeja yang tidak dikancingkan oleh Rion.
"Pake jas, gak?"
"Nggak. Kan, pake almamater."
"Ya, kalo gitu ngapain mau kemeja yang pas? Orang ketutup ini sama almamater."
"Biar bagus, Bun, kalo pas."
"Ah, gini juga bagus."
"Bilang aja kalo Bunda gak mau beliin."
"Bukan gak mau beliin, bingung ukurannya. Udah, yang ini aja. Dibuka dulu, biar Bunda cuci besok sama setrika yang rapi. Almamater kamu udah dicuci juga belom?"
Rion membuka kemejanya, memberikan pada Lena.
"Kemejanya masih bersih, kan, belom dipake, Bun. Almamaterku yang belum dicuci, ada di kamar."
Lena mengambil kemeja yang Rion lepas lalu bangkit.
"Bunda, ke mana?" Junior bertanya.
"Ke atas dulu, tungguin di sini aja sama Iyong."
Rion memanjangkan kaki ke samping, menahan Junior yang mau bangun.
"Awas, Iyong!" sentak Junior.
"Di sini aja, kenapa sih lo gak mau banget sama gue? Sini gue yang maen."
Rion kembali merebut PSP di tangan adiknya.
"Awas kakinya, Iyong," seru Junior.
Rion menarik kakinya, membebaskan Junior.
"Kakak, Iyong nyebelin," Junior langsung mengadu kepada Erlin yang masuk ke dalam ruangan, kakaknya itu belum pulang--masih ada di rumahnya.
"Iya, emang Iyong mah nyebelin, kapan juga gak nyebelin. Jun, mau eskrim, gak?" tawar Erlin sembari menyodorkan gelas yang berisi eskrim tiga rasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just🌹Stories
General Fiction**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Tentang si bengek apes 'Clarion--Iyong'.