3

3.2K 434 84
                                    

"YOONGG... "

Suara pintu yang terbuka ditambah panggilan nyaring entah dari Adam atau Yuzi, yang pasti itu membuat mata Rion terbuka. Sejak tadi dia tidak sepenuhnya tidur. Dadanya terasa semakin sakit, dengan rasa mual yang samar-samar menyelusup ke kerongkongan.

"Gimana Gazza?" tanya Rion. Gazza tetap dia khawatirkan karena sebelum temannya itu keluar dari rumah sakit dengan sehat wal'afiat Rion belum bisa benar-benar mengembuskan napas lega.

"Baek banget tuh anak, heran gue ada orang sakit modelan kek gitu, mulutnya gak berenti ngunyah. Abang lo rajin ngirimin makanan, tadi juga kita ketemu, ya, Dam? Abis jam kerja keknya dia ke ruangan Gazza dulu sebelum balik."

Rion mengangguk-angguk. "Syukur dah," katanya diakhiri ringisan samar dengan tangan meraba dada.

"Nah, kan, jadi lo yang sakit," kata Adam, memergoki raut meringis Rion.

"Kerokin lagi dah, Dam. Tadi gue berasa enakan, malah gak enak lagi sekarang. Zi, di kamarnya si Gazza ada tolak angin, gak?"

"Keknya kemaren gue liat ada, apotek berjalan dia mah apa aja ada. Tar gue ambilin."

Yuzi keluar dari kamar Rion.

Adam duduk di tepi ranjangnya.

"Dah, ah, Yong, gak berani lagi gue kerokin, orang baru tadi."

"Olesin minyak angin aja kalo gitu di punggung gue."

"Kalo pake freshcare nantinya jadi dingin. Gue minta Yuzi beliin kayu putih aja."

Adam lalu menelepon Yuzi yang belum kembali dari kamar Gazza yang ada di lantai bawah, biar sekalian pergi ke warung.

Cukup lama Yuzi pergi dan akhirnya dia pulang beberapa belas menit kemudian dengan membawa kantong belanjaan supermarket.

Adam langsung mencari minyak kayu putih pesanannya di dalam kantong yang Yuzi simpan di atas ranjang itu.

"Gue beliin susu beruang juga. Mak gue apa pun sakitnya, minumnya susu beruang, sembuh dia," kata Yuzi.

Rion bergerak duduk dan memunggungi Adam kemudian menarik naik kaos pendeknya yang masih sama dengan yang tadi siang.

Jalur-jalur merah bekas kerokan masih tampak jelas di punggungnya.

Adam membalur punggung itu dengan kayu putih banyak-banyak biar hangat.

"Makan belom, Yong?" tanya Yuzi.

"Belom. Apa karena belom makan, ya, gue?" sahut Rion yang jadi balik bertanya.

"Gue pesenin dah, mau makan apaan?"

Yuzi mengangkat handphone. Dia dan Adam sudah makan tadi di perjalanan.

"Yang anget-anget enak keknya, Zi, nasi sama sop gitu."

"Kalo gitu gue beli di warteg depan aja," kata Yuzi.

"Duitnya tuh, Zi, di dompet gue dalem tas."

"Kagak usah, lo, kan, bokek sekarang."

Rion mendecih. Iya, lagi.

"Agak dipijit-pijit enak kali, Dam."

Adam menurutinya tanpa protes. Ini lah gunanya teman, berguna juga saat susah, tidak pas senangnya doang ada.

Setelah makan, minum tolak angin, minum susu, Rion kembali tidur dengan punggung hangat yang membuatnya nyaman. Yuzi akan menginap tapi pulang dulu, kalau Adam sedang tidak bisa menginap karena di rumah ibunya sedang sendirian, ayahnya lagi bepergian dan adik-adiknya lagi pada ada acara sekolah.

Just🌹StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang