Adam, Yuzi, dan Gazza sudah menemui Bilal bersama Qaisar, tentunya mereka berbicara di luar--tidak di depan Rion, dan ternyata katanya Kakak ipar Rion jadi mendonorkan organ hatinya. Qaisar yang jadinya ketahuan menguping obrolan orang dewasa di rumah tadi pagi hanya memberikan cengiran lebar kepada abangnya, dan hatinya lega--plong, entah kenapa.
Sekarang Adam, Yuzi, dan Gazza ada di samping Rion, sementara Bilal dan Qaisar ke Kafetaria untuk membeli minuman.
"Kenapa dah pada liatin gue doang?" Si pasien bertanya.
"Nggak," sahut Adam, singkat.
Gazza merogoh ponsel saat terdengar ada bunyi notifikasi yang cukup nyaring.
"Eh, Yong, mobil buat keponakan lo udah sampe rumah," ungkap Gazza sembari menatap layar ponselnya.
Kening Rion mengernyit.
"Mobil apaan?"
"Eh, si bego, hadiah buat keponakan lo, Jeep mini yang ceritanya kita patungan, tapi jauh lebih gedean lo duitnya," jelas Gazza.
Kening Rion malah semakin mengernyit.
Gazza mendengkus kemudian diperlihatkannya gambar Jeep Mini yang ada di aplikasi E-commerce luar negeri itu.
"Ooohhh, itu, udah sampe rumah gue?" tanya Rion.
Gazza mengangguk. "Udah diterima sama keponakan lo."
"Maknya lah, goblok! Anaknya mah masih bayi," ralat Adam.
Gazza melirik. "Iya, gue tahu!" sentaknya sewot.
"Ribut mulu lo pada," tegur Yuzi dengan santai saat melihat dua kawannya yang mulai 'ngurat'.
Rion menarik sebelah sudut bibir. Tiba-tiba rindu pada situasi ini.
"Berisik emang mereka, marahin, Zi," kompornya.
"Tahu tuh, dari kosan ribut mulu," ungkap Yuzi.
Gazza dan Adam saling mendecak.
"Cepet sehat makanya, Yong, biar gue ada temen ribut yang laen, gak anaknya Bapak Sholeh doang," kata Gazza.
"Zi, dikira Gazza gue gak mau cepet sehat. Kasih tahu, Zi, yang sakit lebih pengen sehat," adu Rion kepada kawan yang paling waras dan selalu menjadi tempat mengadunya; Yuziar.
Yuzi menendang kaki Gazza yang ada di ujung--samping Adam.
"Kena kaki gue, Yuziar!" sentak Adam sembari refleks membalas tendangan Yuzi.
Gazza tergelak. "Gue gak kena," oloknya.
"Dikit doang, lo bales kenceng, anjir!" Refleks Yuzi balas menyentak, tidak mempedulikan olokan Gazza, dia memandang sengit Adam yang duduk di kursi sampingnya.
"Ya, elu, kalo mau tendang-tendang bilang dulu dong, biar gue awas dulu," seru Adam.
"Elu yang harus peka, anjir, udah tahu gue mau nendang."
"Siapa yang tahu lo mau nendang, Sat?"
"Wei, jadi pada ribut, sensian banget dah lo pada, lagi pada mens, apa gimana?" tegur Rion, tidak dengan raut serius, dia juga tertawa seperti Gazza. Yuzi si penengah jadi ikutan ngurat, kalau sudah begitu, tidak ada lagi yang waras yang bisa menenangkan suasana.
"Mens, Yong, kebetulan barengan," sahut Gazza.
Adam mendengkus. "Lu juga, Zulkifli," katanya seraya melirik Gazza dengan ujung mata.
"Eh, jangan bawa-bawa bapak gue dong," timpal Gazza, tidak rela nama bapaknya disebut-sebut.
"Lo juga tadi bilang Sholeh," balas Adam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just🌹Stories
General Fiction**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Tentang si bengek apes 'Clarion--Iyong'.