Bilal mendudukkan diri di hadapan dokter spesialis paru terbaik di rumah sakit itu. Dokter Nirwan namanya.
Monitor komputer di atas meja diputar, jadi menghadap ke arah samping agar hasil X-Ray yang tertera di layar komputer itu dapat terlihat oleh keduanya.
"Sebelumnya adik kamu mengalami Pneumothorax traumatik yang diakibatkan oleh trauma dada?"
Dokter Nirwan memulai pembicaraan langsung ke pembahasan, tanpa basa-basi terlebih dulu.
Bilal mengangguk. "Iya, kemungkinan itu, Dok, karena saya menemukan bekas pemasangan selang dada, dan juga adik saya pernah mengalami kecelakaan. Dia tidak tinggal di rumah dan sedikit tertutup, jadi kami tidak tahu soal tindakan itu secara jelasnya."
"Pasca kecelakaan itu kamu yang memeriksanya dan tidak menemukan tanda-tanda trauma, hanya kakinya yang terluka?"
Bilal kembali mengangguk.
"Iya, semuanya normal, Dok, bahkan tidak ada tanda sesak. Tapi setelah kejadian itu dia langsung pulang ke tempat kosnya, jadi kami tidak tahu apa yang terjadi setelahnya."
Lalu Dokter Nirwan melirik layar komputer yang memperlihatkan hasil X-Ray dada calon pasiennya yang semalam dikirimkan oleh Dokter umum yang merupakan kakak dari calon pasiennya itu.
"Apa yang Dokter Farees lihat dari gambaran ini?"
Bilal serasa kilas balik ke masa pendidikan di mana dia di tes membaca gambaran X-Ray.
"Area hitam yang terlihat meluas, itu menunjukkan udara yang terperangkap. Garis putih tipis yang dipisahkan di kedua sisi, itu menandai batas luar paru-paru, dan itu adalah pleura visceral, gambaran pleura visceral yang seperti ini menunjukkan adanya Pneumothorax. Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radiopaque (Radiopaque yaitu gambaran suatu massa/ benda yang menghalangi dari jalannya sinar radiasi sehingga menimbulkan warna putih bukan berwarna hitam) yang berada di daerah hilus (Hilus adalah saluran yang membawa udara menuju paru-paru.) Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang luas sekali--"
"Oke, cukup."
Bilal menarik kembali tangannya yang menunjuk bagian-bagian dari gambaran X-Ray yang belum selesai dia jelaskan.
"Apa tidak ada kecurigaan lain, selain Tension Pneumothorax?" tanya Dokter Nirwan.
"Semuanya mengacu pada Tension Pneumothorax, Dok, dari hasil X-Ray Thorax dan juga pemeriksaan klinis di IGD kemarin, suara napas yang tidak terdengar di sebelah paru yang kolaps dan juga permukaan dada paru yang kolaps sedikit menggembung karena udara terjebak di rongga dada, itu semua menggambarkan secara jelas keadaan Tension Pneumothorax, Dok," sahut Bilal, menjelaskan dengan nada suara yang yakin, tidak ada ragu karena semuanya sudah tampak jelas.
Dokter Nirwan mengangguk-angguk.
"Adanya Tension Pneumothorax itu memang benar. Tapi saya menemukan hal lain dari gambaran ini, selain dari keadaan itu. Lihat. Diafragma area sini mendatar, padahal normalnya bentuk diafragma itu melengkung ke atas, dan posisi jantung juga terlihat seperti menggantung istilahnya pendulum atau tear drops, keadaan seperti ini disebabkan oleh adanya peningkatan volume paru-paru dikarenakan rusaknya alveolus. Ini jelas sekali menunjukkan kondisi Emfisema. Dalam keadaan normal alveolus bersifat elastis, tapi pada kondisi emfisema, dinding alveolus yang mengalami kerusakan kehilangan elastisitasnya, udara pun terperangkap di dalam alveoli hingga penderita akan mengalami kesulitan mengeluarkan udara dari paru-paru, jadi lah seperti ini: hiperinflasi paru, gambaran paru-paru menjadi lebih besar daripada normal, akibat adanya udara yang 'terjebak' di dalam paru-paru. Sela iga juga jadi terlihat melebar karena adanya hiperinflasi paru. Dan di sini juga terlihat Corakan bronkovascular yang meningkat, suatu tanda adanya peradangan di daerah saluran napas bawah di bagian bronkus, ini bronkitis."
KAMU SEDANG MEMBACA
Just🌹Stories
General Fiction**Jangan plagiat nyerempet copy paste** Tentang si bengek apes 'Clarion--Iyong'.